Yera mengetuk pintu kamar Arka dengan brutal pada pukul dua dini hari membuat Arka sedikit kesal karna ia baru saja tidur.
"kenapa?" ketus Arka ketika ia membukakan pintu.
"Huaaaa," tangis Yera pecah lalu ia memeluk Arka membuat pria itu tersentak.
"Apa-apaan kamu?" Arka berusaha melepas pelukan Yera namun cewek itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Arka hiks aku abis mimpi buruk."
Arka masih berusaha melepaskan pelukannya. "urusannya dengan saya apa?"
"Please Arka aku takut." Yera masih menangis membuat Arka menyerah. Pria itu membiarkan Yera memeluknya lalu membawa gadis itu untuk duduk disisi ranjang kamarnya. Mau tak mau Arka mengurus 'anak' ini dulu.
Setelah beberapa saat tangisan Yera terhenti namun ia enggan melepas pelukannya.
"Udah?" tanya Arka. "Balik ke kamar kamu lagi sana," lanjutnya.
Yera menggeleng. "Aku boleh tidur disini?"
"Gak boleh," jawab Arka dengan cepat.
"Arka please."
Arka menghela nafas. "Saya temenin kamu sampai tidur."
Yera mendongkang. "Janji?"
"Ya," balas Arka singkat.
"Gendong," manja Yera dan mengusap-ngusap kepalanya pada dada bidang Arka.
Arka berdecak lalu menggendong Yera menuju kamar gadis itu yang ada di kamar sebelahnya.
"cepet tutup matanya," ucap Arka ketika menidurkan Yera di kasur queen sizenya.
Yera menepuk ruang kosong disebelahnya. "Kamu duduk disini."
Arka menurut, ia duduk menyender disebelah Yera lalu gadis itu memeluk kaki Arka.
Yera meraih tangan Arka lalu menaruhnya diatas kepalanya. "Usap," perintah Yera yang lagi-lagi sukses membuat Arka menurut.
Yera mulai memejamkan matanya dan nafasnya sedikit tenang.
Arka tidak pernah menduga bahwa hal ini akan terjadi kepadanya, ya menikahi gadis yang masih belasan tahun. Gadis yang menurutnya sangat merepotkan seperti saat ini.
Sebenarnya Arka bisa saja menolak tentang perjodohan ini jika saja ia mau kehilangan semua aset yang ia miliki. Hidupnya sedikit berat.
Andai saja jika sebelumnya Arka sudah memiliki kekasih dan tidak terlalu fokus dengan pekerjaan pasti perjodohan ini tidak akan pernah terjadi karna ia memiliki alasan kuat untuk menolaknya.
Arka mengehela nafas, ia menatap wajah Yera yang sudah tidur terlelap. Gadis yang tidak pernah ia duga akan kehadirannya dalam hidupnya. Arka sedikit membencinya dan tidak akan pernah menganggapnya sebagai Istri.
Yera memang cantik, wajahnya imut dan sinkron dengan tingkahnya yang terkadang absurd bagi Arka. Yera memang selalu memancarkan aura bahagia seperti tidak pernah mengenal beban kehidupan. Yera hidup dari orang berada, Ia sangat disayangi oleh keluarganya dan kedua kakaknya yang sibuk kuliah dan berbisnis diluar negri dan dikelilingi beberapa teman yang baik ya walau tak sedikit yang iri terhadapnya sehingga membenci tanpa alasan.
Dengan sifatnya yang keras kepala karna terlalu dimanja sejak kecil membuat orang disekitarnya sedikit repot dan ya Arka tidak menyukai orang yang merepotkan.
Anak kecil tetaplah anak kecil, fikir Arka.
Arka mengerjap, telinganya menangkap suara cekikikan tak jelas.
"Morning Arkaaa," suara lembut Yera yang ia dapati membuatnya sedikit terkejut.
"Beraninya kamu masuk kamar saya?" marah Arka.
Yera tertawa kecil. "Ih kamu tau yang tidur di kamar aku."
Arka melotot, matanya melihat sekililing. Ya, memang benar ini kamar Yera tapi kenapa bisa dia disini?!
Arka menggeleng, ia memaksa otaknya untuk mengingat kejadian semalam.
Yang ia ingat adalah Yera menangis karna mimpi buruk lalu Arka menawari diri untuk menemani sampai Yera tidur dan—astaga Arka tertidur dikamar Yera karna ia tidak bisa menahan rasa kantuknya.
"Kita tidur bareng Arka hehe," ucap Yera senang membuat Arka mengumpat atas kebodohan dirinya.
"Morning kiss," ucap Yera setelah berhasil mengecup pipi Arka disaat pria itu lengah.
"Yera!" Arka lagi-lagi terkejut dan mengusap pipinya.
Yera segera turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi karna ia tidak mau terkena amukan Arka.
Arka menghela nafas panjang guna meredakan emosinya.
—[]—
"Pagi-pagi udah kesambet apaan lo?" tanya Samuel ketika Yera tengah senyum-senyum sendiri sembari memainkan pulpen ditangannya.
"Eh nanti pas istirahat gue traktir ya Sam," ucap Yera membuat Samuel melotot tak percaya.
"Lo sakit? Tumbenan banget biasanya minta di traktir mulu." Samuel segera memeriksa keadaan Yera takutnya sebelum berangkat kepalanya terbentur sesuatu yang membuatnya tidak waras.
Yera masih memikirkan kejadian tadi ketika ia mencium pipi Arka dan tidur bersama Arka. Yera sangat bahagia.
Yera segera mengambil ponselnya yang ada didalam tas. Gadis itu segera mengambil pose ketika sudah membuka kamera ponselnya lalu ia mencari kontak Arka dan segera mengirimkan hasil fotonya kepada Arka dengan pesan 'Semangat kerjanya'.
"Gila," ucap Samuel yang menyaksikan kegiatan Yera barusan.
"Nanti sore jadi pertandingannya?" tanya Yera ketika ia sudah menyimpan ponselnya kembali kedalam tas.
"woiya jadi dong, awas lo kalo gak dateng," balas Samuel sembari menyodorkan jepit rambut pita kearah Yera. "Lo pake ini nanti ya biar gue semangat pas main."
Yera mengambil jepitan tersebut dan segera memakainya. "Sekarang aja pakenya."
"Aduh cantik banget," ucap Samuel sembari menutup mukanya menggunakan tangan seolah ia tidak kuat melihat wajah Yera.
"Lebay," ucap Yera sembari memukul lengan Samuel.
"Yera lo mau beli gantungan kunci gak?" Frendi menghampiri meja Yera ketika cowok itu baru masuk kelas.
"Eh lo pada yang mau beli gantungan kunci sini," panggil Frendi persis seperti penjual.
Frendi mengeluarkan kresek berisi beberapa gantungan kunci. "Ini satunya dua puluh ribu ya."
"Mahal banget, ginian doang mah goceng," protes Melia yang tengah memilih.
"Ini gantungan dari luar negri nyet, abang gue abis dari Thailand. Dia bawa banyak jadi yaudah gue jual buat beliin kado cewek gue," balas Frendi sewot.
"Ini barang gelap guys jangan dibeliin kasian ceweknya dapet kado dari duit haram," kata Samuel heboh. "Dia jualan ini tanpa sepengetahuan abangnya."
Frendi menutup mulut Samuel. "Lo kalo kagak mampu beli mingkem aja sat jangan menutup rezeki orang kayak gini."
Samuel hendak membalas namun bell masuk berbunyi membuat ia mengurungkan niatnya.
—[]—
Yera sudah berada dalam bis bersama beberapa siswa lain yang hendak menonton pertandingan basket antar sekolah. Mereka kompak membawa banner dan aksesoris lain untuk menyemangati tim sekolah mereka.
Seperti kata Samuel, Yera memakai jepit rambut pita yang disuruh tadi pagi. Sebelumnya Yera sudah izin terlebih dahulu kepada Arka untuk pergi menonton pertandingan basket.
Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ditempat tujuan karna pertandingan diadakan diluar kota Jakarta.
"Ingat ya kita harus semangat biar tim kita jauh lebih semangat, oke?" ucap Jefri yang memimpin supporter sekolah Bina Cakra ketika mereka tengah duduk rapi dikursi penonton.
Sorakan terdengar ricuh ketika kedua tim basket memasuki lapangan. Para supporter meneriaki nama tim mereka.
Pertandingan berlangsung dengan hebohnya beberapa teriakan perempuan, teriakan semakin heboh ketika Samuel berhasil memasukan bola kedalam keranjang musuh.
Frendi meniup terompet yang ia bawa dan Jefri dengan hebohnya mengangkat banner.
Babak pertama berakhir dengan tim lawan lebih unggul mencetak poin. Terlihat bahwa Samuel sang kapten tengah membuat strategi agar menang pada babak kedua.
Wasit meniupkan peluit pertanda babak kedua segera dimulai dan para supporter bertepuk tangan dan memberi semangat.
pertandingan berlangsung selama empat puluh menit dengan menegangkan, tim basket Samuel berhasil memenangkan pertandingan membuat yang lain bersorak kegirangan.
Samuel berlari menuju Yera yang ada di kursi penonton, cowok itu mengusap rambut Yera. "Makasih udah dipake, kan jadi semangat."
"Ayoooo kita makan, Samuel yang traktir!" Teriak Frendi yang dihadiahi pelototan Samuel.