Sebenarnya acara tersebut masih berlangsung hingga tengah malam, namun Arka pamit pulang pada pukul sepuluh dikarnakan Yera harus bersekolah besok.
Yera pergi ke toilet sehingga Arka harus menunggu di parkiran bersama Salsa.
Ya, Salsa ingin menumpang karna ia datang menggunakan taksi tadi dan cukup susah juga mencari taksi pada malam seperti ini apalagi sedikit gerimis.
"Gue kira lo bakal lebih milih ajak gue, Ka," ucap wanita itu dengan balutan gaun berwarna hitam dengan lengan panjang.
"Yang lebih berhak itu Yera, Sal," jawab Arka.
entah kenapa Arka mulai memikirkan perasaan Yera, ia tak mau membuat gadis itu sakit hati. Ya, Arka meyakinkan dirinya bahwa ia melakukannya karna tak mau menambah masalah, mungkin.
"Jadi sekarang udah mengakui dia sebagai istri lo?" tanya Salsa seolah meledek membuat Arka kebingungan.
"Bukan gitu," tukas Arka membuat Salsa tertawa.
Yera datang membuat obrolan mereka terhenti.
"Arka biar aku yang nyetir," ucap gadis itu membuat Arka langsung menggeleng.
"Kamu masih dibawah umur dan ini sudah malam, Yera," jelas Arka membuat Yera cemberut.
"Aku bisa," belanya.
"Duh Ra jangan aneh-aneh deh, besok aku ada meeting penting dan jangan sampai gak bisa hadir," Salsa menambahkan.
"Gak ngerti sama pikiran orang dewasa, gak percayaan," ujar Yera lantas membuka pintu mobil yang ada disamping kemudi. "Kak Salsa duduk dibelakang aja," tambahnya.
—[]—
"Yera, lo gila?" Samuel berteriak histeris ketika gadis itu menangkap kodok yang meloncat kearah teman-temannya saat tengah melakukan pemanasan di lapangan sekolah.
Beberapa siswi menjerit dengan nyaring sembari berlari menjauh darisana, keadaan menjadi gaduh menyita perhatian murid lain yang tengah belajar di kelas.
"Ini cuman kodok," balas Yera dengan santai lalu membawa kodok itu kearah benteng sekolah, gadis itu melepas kodok agar masuk kearah benteng yang berlubang supaya langsung pergi kejalanan.
"Cuci tangan cuci tangan," Frendi membawa Yera kearah kran pinggir lapangan lantas memutar kran tersebut agar air keluar dari sana.
Yera hanya menurut dengan menggosokan tangan diair mengalir.
"Ada yang bawa sabun?" Samuel tak kalah heboh membuat Yera mendelik.
"Lo gak usah lebay deh," sembur Yera membuat Frendi memukul lengan Yera pelan.
"Tangan lo nanti kenapa-kenapa ege, mau diaputansi karna kena bakteri?" Frendi berujar mendukung Samuel.
Yera berdecak. "Pake air aja udah cukup."
"Ada apa ini?" tanya sang guru olahraga karna mendapati muridnya tengah gaduh padahal ia baru meninggalkannya beberapa menit untuk mengambil bola volly.
"Ada kodok pak," jawab salah satu siswa.
Guru tersebut berdecak. "Ada kodok saja seheboh ini apalagi ada gorila."
"Loh pak kita setiap hari ketemu sama gorila biasa aja," ucap Samuel membuat pria berjengot itu heran.
"Tuh si Adam," lanjut Frendi membuat orang-orang menggelak tawa.
"Body shamming lo pada," ucap pria yang dimaksud Frendi.
"Adam lucu tahu kayak panda," ucap Putri membuat Adam tersipu malu lantas membuat yang lain menyorakinya.
Pak guru menyudahi acara ledek meledek dan kembali fokus pada pelajaran sebelumnya membahas tentang permainan bola volly.
Pelajaran berlangsung selama dua jam dibawah terik matahari yang menyengat membuat para murid berlari menuju kantin untuk membeli minuman segar dan ada juga beberapa yng memilih membasuh muka dengan air kran agar lebih menyegarkan.
Seperti biasa, setiap selesai berolahraga pasti murid laki-laki dan murid perempuan saling berebut siapa yang terlebih dahulu mengganti baju di kelas.
"Cewek mending di kamar mandi aja deh, gak takut diintip Samuel?" Frendi protes membuat Cika tersulut.
"Lo berani ngintip gue bikin mata lo gak bisa liat," ucap Cika sambil mengepalkan tangannya.
"Lagian males banget di kamar mandi tuh, belum lagi ketemu anak kelas lain yang ngomel karna kita lama," Yera menambahkan membuat siswi lain mengangguk setuju.
"Mending cowok aja tuh ganti baju diluar, kalo cewek kan malu," Melia berujar membuat Samuel tertawa terbahak.
"Dikira cowok gak punya malu kali ya," Sarkasnya.
"Aduh kalian ribet, ganti bajunya barengan aja," Frendi menambahkan membuat Cika dengan enteng menginjak kakinya membuat cowok itu berteriak kesakitan.
"Mending cowok ngalah deh, kita ribut gini buang-buang waktu," ucap Melisa mulai membeberkan baju seragamnya pertanda ia akan ganti baju disana membuat para cowok protes kesal.
"Kapan sih cewek pada ngalah, kita mulu perasaan," protes Adam.
Tidak ada yang menganggapi Adam karna jika ia protes pasti akan menjadi amukan para cewek dikelas itu.
Dan benar saja Cika si cewek yang notabenenya sangat emosian melayangkan tonjokan kearah Adam.
—[]—
Yera sengaja untuk mampir ke kantor Arka sepulang sekolah setelah mengganti bajunya dengan baju santai, kata Kenzo Arka berada di kantin untuk mengambil soda kaleng.
"kapan lo bakal balikin Yera ke rumah orang tuanya?" tanya Salsa sembari meneguk secangkir kopi. "Bukannya lo bilang bakal balikin dia secepatnya karna lo gamau kerepotan?" tambah wanita itu.
"Gue-"
"Arka mau ceraiin aku?" tanya Yera memuat Arka kaget, sejak kapan gadis itu ada disini?
Gadis itu menggigit bibir bawahnya guna menahan tangis namun tetap saja air bening itu lolos keluar dari matanya membuat Yera dengan cepat mengusap air matanya.
Yera berbalik lantas berlari menjauh, ia ingin pulang.
Beruntungnya taksi lewat saat ia keluar dari gedung tersebut.
"Kerumah aku ya Pak," ucap Yera ketika masuk kedalam mobil.
Sang supir melihat Yera lewat kaca spion. "Rumahnya dimana ya mbak?"
"Perumahan Griya Bakti," balas Yera yang membuat sang supir menginjak gas.
Supir tersebut beberapa kali melihat Yera lewat pantulan spion, gadis itu masih setia menangis.
"Dikantung yang ada dibawah kursi ada tisu mbak," ucap si supir seolah mengerti. "Mbak pake aja," lanjutnya.
"Makasih," ucap Yera begitu mendapati tisu yang dimaksud.
"Aku mau diceraiin," Yera berujar membuat supir tersebut menengok dengan spontan.
"Maklum hasil perjodohan," lanjut Yera, kali ini tangisnya mereda ia merasa lega setelah mengungkapkan isi hatinya kepada supir walau ia tak mengenalnya.
"Saya menikah dengan istri saya juga hasil perjodohan, dan awet sampai sekarang bahkan saya punya anak empat," kata si supir.
"Awalnya saya mau meninggalkan dia, tapi istri saya tidak mau dan berhasil membuat saya suka sama dia," lanjutnya.
"Aku juga gitu, tapi Arka tetep gak suka dan mau cerai," balas Yera.
Mobil mulai memasuki perumahan tempat tinggal Yera.
"Saya yakin kalian tidak akan bercerai," jelasnya.
"Stop disini pak," ucap Yera ketika sudah berada didepan rumah berwarna biru toska diantara deretan rumah lainnya.
"Makasih ya pak udah mau dengerin curhatan aku," Yera menyodorkan uang berwarna biru sebanyak tiga lembar.
Supir taksi itu balik menyodorkan satu batang coklat untuk Yera, "Makan coklat ini ketika suami kamu menyatakan cinta, ya,"
"Kalo gak gitu?" tanya Yera ketika menerima coklat pipih itu.
"Kamu bisa membuangnya," balasnya.
Yera menatap taksi itu menjauh meninggalkan perkarangan rumah Yera, kali ini tatapannya tertuju pada coklat yang ada ditangannya lalu menggenggamnya lebih kuat.
"Aku harus bisa makan coklat ini."