EPISODE 02

Sejak kecil, Yunho sudah diajarkan kedua orang tuanya untuk menjadi pria yang bertanggung jawab atas dirinya dan orang lain disekitarnya. Ia dididik untuk menjadi pemimpin perusahaan warisan kakeknya, namun sayangnya Yunho menolak dengan tegas dan meminta kedua orang tuanya untuk menurunkan perusahaan itu pada adiknya, Changmin—yang menurutnya lebih cocok mengurus perusahaan daripada dirinya.

Menerima kemarahan sang ayah adalah hal pertama yang Yunho lalui ketika ia lebih memilih untuk menjadi seorang fotografer. Dengan ancaman dikeluarkan dari kartu keluarga, dia tetap memantapkan keinginannya dan mengejar mimpinya untuk menjadi fotografer profesional. Karena itu hubungannya dengan sang ayah tidak begitu baik hingga saat ini. Dengan usaha dan kegigihannya, Yunho berhasil menggapai mimpinya. Memiliki rumah dan studio foto miliknya sendiri. Bahkan menyelesaikan pendidikan khusus tentang fotografi. Membuat namanya dikenal dikalangan intertainer.

Beberapa kali ia terlibat kisah cinta dengan beberapa wanita, hanya saja kisah asmaranya itu tidak pernah bertahan lama karena Yunho selalu sibuk dengan pekerjaannya. Mengabaikan sang kekasihnya yang membutuhkan perhatian darinya.

Menyesap rokok ditangannya, Yunho melirik sosok lelaki cantik yang kini make up-nya sedang dibenarkan peñata riasnya. Walaupun tanpa riasan lelaki itu sudah terlihat cantik.

Park Yoochun sialan itu benar-benar membuatnya kesal dengan menolak semua hasil fotonya—tanpa melihatnya lebih dulu. Hasilnya, ia harus bekerja dengan lelaki muda itu selama beberapa waktu kedepan lebih lama.

Melihat Jaejoong kembali ketengah studio, yang dihias sedemikian rupa Yunho membuang puntung rokok disisinya—yang telah disediakan asbak. Memegang lensa kamera dan mulai membidik sosok didepannya yang telah berpose, "Jika kau memiliki ide, aku harap kau mau membaginya Jaejoong shi. Karena sepertinya kau tahu tema seperti apa dan pose seperti apa yang diinginkan Park Yoochun sialan itu!"

Jaejoong tersenyum tipis, sepasang mata bulatnya menatap lurus pada lensa karena. Dengan kemeja besar yang menutupi hampir seluruh tubuhnya, lelaki itu bertumpu pada satu kaki yang tertekuk sementara satu kaki lain terbujur, "Yang aku tahu Yoochunnie hyung suka foto-foto seksi. Well, dia memang tipe pria mesum yang suka dengan ketelanjangan." ujarnya dengan nada genit.

"Aku sudah melakukannya dan dia menolak hasilnya."

Jaejoong mengubah pose, kali ini dia membiarkan bahunya tersingkap. Memperlihatkan dua putting kemerahan, "Seksi tapi tidak menggairahkan. Yunho shi, apa benar kau ini fotografer professional?"

Yunho menghentikan bidikannya. Melepaskan benda kesayangannya itu dan memberikannya pada Taemin—salah satu asistennya. Menatap jengah lelaki muda didepannya, "Kita selesai hari ini."

"Eoh, wae?" tanya Jaejoong bingung. Duduk diatas hambal lembut dengan kedua kaki merapat, "Apa kau merasa tersinggung karena ucapanku Yunho shi?"

"Tidak." pria itu berjalan mendekati Jaejoong, menunduk untuk menatap lelaki yang kini memiliki surai berwarna merah mencolok. Membuat kulitnya yang putih semakin terlihat bersinar, "Aku akan mencari tahu lebih dulu, sebenarnya bagaimana keinginan dari bossmu itu."

Jaejoong tersenyum tipis, ia berdiri dan hendak memajukan tubuhnya, namun Yunho lebih dulu memundurkan langkah kakinya kebelakang. Menghindari dirinya seperti biasanya, "Kau masih takut padaku, Yunho shi?"

Pria tigapuluh tahun itu menatap wajah cantik Jaejoong sekilas lalu mendengus pelan,"Untuk apa aku takut padamu?"

"Lalu, kenapa kau selalu menghindariku?" tanya Jaejoong lagi, maju satu langkah dengan diiringi satu langkah kebelakang Yunho. Melihat hal itu lelaki cantik itu tertawa kecil, "Lihat, sepertinya kau memang homophobia, huh?"

Mengingat apa yang diucapkan Yoochun padanya, membuat Yunho mengernyit, "Bisa kita bicara sebentar?"

"Bukankah kita sudah bicara?" Jaejoong menatap pria yang lebih tua dengan bingung. Sedetik kemudian ia terkekeh pelan, "Ah.. maksudmu berbicara diruang pribadi, begitu?"

"Hentikan pikiran mesummu itu Kim Jaejoong. Jangan memikirkan hal yang bukan-bukan!"

"Memangnya aku memikirkan apa?" tanya Jaejoong polos. Ia terkikik geli melihat ekspresi pria tampan didepannya, "Kau sangat lucu, Yunho shi. Aku jadi ingin memakanmu saja."

Yunho mendelik pada lelaki muda itu, "Cepat ganti pakaianmu. Kita makan siang diluar!" desisnya kesal

Senyum Jaejoong merekah, menatap pria yang telah berjalan keluar dari ruang studio, "Kau mengajakku makan siang?!" serunya mendekati Yunho dan menempel pada pria tampan itu.

Pria bermata musang itu menghindar, namun karena merasa terpojok pada akhirnya ia menabrak dinding. Menatap lelaki cantik yang kini semakin mendekatkan tubuh padanya, "Apa yang kau lakukan?" desisnya.

Jaejoong terkekeh pelan, mengusap paha Yunho dengan sensual sebelum telapak tangannya itu menggenggam lembut selangkangan Yunho, "Tidak ada. Hanya ingin membuatmu terbakar." bisiknya lirih.

Yunho mendelik, menatap sekitar yang sepi akan staff, ia beruntung sebelumnya membawa Jaejoong keruang ganti. Membiarkan lelaki itu melepas resteling celananya dan bermain dengan penisnya, "Jika kau ingin, lakukan dengan cepat. Dasar pelacur!"

"Hmmnghhh.." Jaejoong mengabaikan hinaan Yunho karena lelaki cantik itu segera membawa penis pria itu kedalam mulutnya. Mengulumnya dan menjilatnya dengan lihai.

Nafas Yunho terengah. Sejak dulu, ia memang tidak pernah bisa menahan hasratnya ketika sudah terbangun. Ia menjambak surai Jaejoong dengan kasar dan memaksa lelaki itu bergerak lebih cepat, "Ahh.. ah.. haaaa.. nghhh.."

Mata bulat Jaejoong memicing saat melihat wajah tampan Yunho merona merah. Ia mempercepat gerakannya yang mengulum dan menggigit penis besar pria itu, "Uhnghhh… "

"Ahhh.." Yunho memejamkan matanya saat merasa ejakulasi didalam mulut Jaejoong. Nafasnya terengah seraya menatap lelaki dibawahnyab yang menjilat dan mengulum kembali penisnya yang basah, "Sudah cukup. Aku tidak mau terlambat makan siang."

"Uh.. neee!"

***

Sanghyun menatap unit apartemen didepannya, yang terlihat kecil dan juga berada dilingkungan yang cukup kumuh—tidak terawat. Tidak ia sangka putra dari seorang Kim Sangwoo akan tinggal ditempat seperti ini—sangat kekurangan, sementara tiga putra lainnya hidup dengan kemewahan yang tidak ada habisnya.

Kim Jaejoong. 22 tahun, seorang lelaki muda yang memiliki paras cantik yang berprofesi sebagai model majalah dewasa dan juga pernah bermain disebuah blue film beberapa tahun yang lalu—sampai saat ini namanya begitu dikenal didunia prostitusi. Sampai saat ini pun Jaejoong masih bekerja. Ia juga tahu jika Jaejoong adalah anak dari perselingkuhan Kim Sangwoo dengan seorang wanita beberapa tahun silam. Yang ia dengar hubungan keduanya hanyalah sebatas pelacur dan seorang pelanggan. Tuannya sendiri bahkan tidak menyangka pelacur itu hamil anaknya jika puluhan tahun silam wanita itu tidak muncul.

Apa yang kau lakukan, tuan?" tanya Junsu curiga, menatap pria didepannya dengan alis menyatu, "Ada urusan apa anda disini?"

Sanghyun menoleh, menatap sosok lelaki manis dengan surai merah, "Aku mencari Kim Jaejoong, bukankah ini unit apartemen miliknya?"

Junsu menatap pria didepannya dari ujung kaki hingga ujung kepala, lalu mengangguk, "Ya, ada urusan apa dengan adikku?"

"Adik?" gumam Sanghyun bingung. Karena yang ia tahu Jaejoong tidak memiliki sanak saudara lainnya, "Bukankah Jaejoong shi tidak memiliki saudara?"

Lelaki manis itu merotasikan bola matanya malas, "Apa kau pikir saudara harus memiliki hubungan darah, huh. Tuan sebaiknya kau menyingkir, aku ingin masuk kerumah!" sahutnya seraya menatap pria didepannya kesal.

Sanghyun sedikit menyingkir, membiarkan lelaki manis itu membuka pintu apartemen, "Apa anda tahu kapan Jaejoong shi pulang?"

Junsu meliriknya sekilas pada Sanghyun yang menunggu jawaban darinya, "Masuklah, aku akan menjawab beberapa pertanyaan tentang Jaejoong."

Sanghyun menatap sejenak lelaki itu dan mengangguk pelan, "Mohon maaf sudah menganggu waktumu, Junsu shi."

"Hmmm.."

***

Yunho melirik Jaejoong yang hanya diam tanpa banyak bersuara, padahal beberapa puluh menit yang lalu model majalah dewasa itu mengoceh tanpa henti hingga membuat telinganya sakit. Disampingnya, ada sosok Kim Kibum dan putri sulungnya yang entah bagaimana bisa berada satu meja dengannya. Mungkin kedua orang inilah yang membuat Jaejoong menjadi diam.

"Apa kau sibuk akhir-akhir ini, tuan Yunho shi?" tanya Kibum mengabaikan keberadaan putra tirinya, ia melirik Yunho yang duduk disamping putrinya, "Apa dia pegawaimu?"

"Bukan." Yunho melirik Jaejoong, yang ditatap sekilas oleh Kibum. Ia sedikit curiga dengan hubungan mereka, "Dia adalah salah satu klienku dalam pekerjaan kali ini."

"Oh.."

Seolhyun melirik adik tirinya sekilas. Ini adalah pertemuannya yang pertama dengan Jaejoong semenjak lelaki ini dibawa pulang lima tahun yang lalu—namun menolak masuk keluarga Kim, "Apa kami mengganggumu?"

Jaejoong memang cantik untuk ukuran seorang lelaki, dan yang menjadi bukti kuat adalah hidung pemuda itu yang mirip dengan ayahnya.

Jaejoong mendongak, mengerjab beberapa kali—terlihat menggemaskan karena bulu matanya yang lentik itu menyentuh kulitnya yang putih, "Ani!"

Yunho menaikkan alisnya, menatap Jaejoong dan Seolhyun bergantian, "Apa kalian sudah saling mengenal sebelum ini?"

Jaejoong, lelaki cantik itu meliriknya tajam, "Tidak. Kami tidak saling mengenal sama sekali." ujarnya dengan nada dingin, beranjak dari tempat duduknya dan melirik Yunho, "Aku permisi lebih dulu Yunho shi, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."

"Benar-benar tidak sopan!" gumam Kibum kesal. Menatap kepergian bocah nakal itu dengan alis bertaut. Lalu mengalihkan pandangan pada Yunho yang menatap kepergian Jaejoong, "Bagaimana anda bisa mengenalnya?"

Ia masih ingat dengan jelas bagaimana suaminya menampar pipinya karena membela bocah itu—yang sama sekali tidak pantas masuk dalam keluarganya. Ia tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi selama ia masih hidup didunia ini. Kim Jaejoong tidak memiliki hak apapun atas harta keluarganya meskipun dia memiliki darah suaminya.

"Dia adalah modelku dalam pemotretan kali ini. Dan Yoochun yang mengenalkan kami."

Seolhyun melirik reaksi ibunya lalu kembali menatap Yunho dengan senyumnya yang manis, "Boleh aku mengunjungi studiomu Yunho shi?"

Kibum melirik putrinya dan tersenyum tipis, "Itu akan sangat baik, kalian bisa dekat dengan satu sama lain, bukan?"

Yunho berdehem pelan, melirik Seolhyun yang terlihat malu. Memang wanita itu sangat cantik dan juga sempurna, tapi bagi Yunho wanita itu tidak lebih dari wanita biasa. Saat ini ia justru memikirkan Kim Jaejoong yang pulang tanpa ijinnya, "Kami memang berteman cukup dekat sejak dulu, bibi."

"Jika bisa aku ingin kau menjadi menantuku. Lagipula Yunho shi juga belum memiliki kekasih, kan?" tanya Kibum dengan kekehan kecil, menatap wajah tampan Yunho, "Kau sangat cocok dengan Seolhyun."

"Sebelumnya terima kasih atas tawarannya, bibi. Tapi, sebenarnya aku sudah memiliki kekasih."

Kibum menaikkan alisnya mendengar penuturan Yunho, "Tidak masalah, bukankah kalian bisa saling mengenal lebih dulu? Setelahnya baru pikirkan lagi hubungan kalian."

To be continued..