EPISODE 04

Rumah mewah itu hening, memperlihatkan keangkuhan dan keanggunan secara bersamaan, menandakan bahwa sipemilik rumah adalah orang yang disiplin dan juga arogan. Dengan warna putih yang mendominasi dan furniture yang seharga ratusan jutah rupiah dalam bentuk berbagai macam kesenian.Rumah mewah bak istana milik keluarga Jung yang terkemuka. Selalu didatangi oleh tamu-tamu penting baik untuk urusan bisnis ataupun hal lainnya.

Diruang tamu, terlihat sang pemilik rumah yang menjamu pasangan suami isteri. Keduanya telah membuat janji sejak beberapa hari yang lalu namun Taehee baru bisa menemuinya.

Jung Taehee menatap tak acuh pada beberapa kalung berlian yang disodorkan padanya. Mata kucing wanita paruh baya itu menatap dua sosok didepannya dengan tajam, "Apa menurut kalian aku akan luluh hanya dengan barang murahan ini, huh?"

"Bukan begitu maksud kami, nyonya. Ini hanyalah sebuah buah tangan dari kami. Tidak ada maksud lain dari pemberian barang ini."

Bibir merah Taehee merengut kecil, ia melirik sosok wanita yang berdiri disampingnya, "Baiklah, sekarang katakan padaku apa yang kalian inginkan?"

Park Hyeji segera mengambil alih kotak perhiasan diatas meja. Memberikannya pada seorang pelayan untuk diperiksa keasliannya, "Ini akan menunggu selama beberapa menit, nyonya. Harap menunggu dengan sabar."

Kwon Hwanghe menatap wanita didepannya dengan keringat dingin yang terlihat—mengabaikan ucapan Hyeji, "Bisakah anda meminta tuan Jung untuk membatalkan pembelian perusahaan kami, nyonya?"

"Huh, apa kalian tidak tahu atau pura-pura bodoh. Selama ini aku tidak pernah ikut campur dalam masalah pekerjaan suamiku."

"Tapi pendapat anda juga bisa mempengaruhi keputusan tuan Jung, nyonya. Karena itu kami meminta tolong. Perusahaan Kwon adalah satu-satunya milik kami, jika tuan Jung mengambil alih maka kami tidak akan memiliki apapun lagi didunia ini."

"Kalian terlalu memujiku." Taehee menggeleng pelan, wanita itu mengambil cangkir tehnya dan meminumnya dengan pelan. Wanita cantik itu menarik nafas panjang, menatap pasangan didepannya lalu kembali melirik asistennya, "Bagaimana?"

Hyeji membungkukkan badan dan berbisik lirih ditelingan Taehee, "Itu asli, nyonya."

"Baiklah, aku tidak bisa berjanji suamiku akan mengubah keputusannya, tuan nyonya. Hanya saja , aku akan mencobanya untuk kalian." ujar Taehee dengan senyum tipis.

"Tentu nyonya Jung, kami berharap akan menerima kabar baik dalam beberapa hari kedepan. Kalau begitu kami permisi, semoga hari anda menyenangkan."

Taehee hanya menatap kepergian kedua tamunya dengan tatapan datar, lalu menyandarkan tubuhnya pada sofa dengan helaan nafas yang terdengar semakin dalam, "Orang-orang seperti mereka sangat menyebalkan. Kenapa aku selalu diganggu orang-orang seperti mereka, huh."

Hyeji tersenyum tipis, melirik seorang pelayan agar memijit atasannya, "Jadwal selanjutnya…"

"Undur saja semuanya atau batalkan. Hari ini aku mau melihat putraku."

Hyeji terdiam saat wanita disampingnya itu memotong ucapannnya, membuatnya menarik nafas panjang, "Daripada anda melihatnya dari jauh, bukankah akan lebih baik anda menemuinya secara langsung."

"Si tua Jung tidak akan mengijinkanku. Kau tahu dia punya mata-mata disekitarku." sungut Taehee kesal. Mengingat sikap suaminya yang keterlaluan itu ingin membuatnya membunuh Jung Jihoon, namun bagaimanapun ia masih mencintai pria tua itu.

"Bagaimana jika anda meminta tolong pada teman, atau rekan kerja tuan muda Yunho?" tanya Hyeji pada wanita cantik itu, "Atau anda bisa meminta tolong pada Kim Jaejoong. Aku yakin dia bisa membantu anda."

"Kim Jaejoong?"

"Dia adalah salah satu model yang saat ini bekerja sama dengan tuan muda, dan lagi mereka terlihat cukup dekat."

"Kim Jaejoong, maksudmu bocah yang bekerja ditempat Park Yoochun?" seru Taehee dengan nada terkejut, "Mereka dekat?"

Hyeji mengangguk, "Saya perhatikan mereka dekat akhir-akhir ini. Dan lagi, sepertinya dia adalah lelaki yang selama ini dicari tuan muda."

Taehee tertegun, menatap lekat Hyeji yang tersenyum tipis, "Maksudmu dia adalah bocah yang lima tahun lalu menjadi korban Yunho? Ah, ini sangat menarik sekali, Hyeji ah.."

"Ya, nyonya!"

***

Yoochun menatap Jaejoong, yang terlihat sekali kesal entah karena hal apa. Lelaki cantik itu sejak beberapa puluh menit yang lalu tidak mau mengeluarkan suara meski ia telah bertanya berkali-kali. Menarik nafas dalam, Yoochun menatap kesal Jaejoong, "Dengar bocah, sebenarnya apa masalahmu, huh?"

Lelaki cantik itu menatap Yoochun dengan kesal, mencibir pria yang selama ini berusaha mendekati Junsu namun tidak pernah berhasil, "Hyung, apa kau benar-benar tidak tahu?'

"Apa?"

"Aku sudah malas bekerja sama dengan Yunho!" pekiknya kesal, menatap Yoochun dengan pandangan memelas, "Cari model lain saja, nee.."

"Kenapa? Bukankah kau sendiri yang ingin menjadi model kali ini?" tanya Yoochun balik dengan nada sinis.

"Itu karena kau terus memaksaku!" Jaejoong merotasikan bola matanya malas, menatap Yoochun yang berkacak pinggang didepannya, "Jika bukan karena bujukanmu, aku tidak akan mau memperlihatkan tubuhku pada orang banyak."

Yoochun mendelik, "Kau bahkan sudah bermain film dewasa Kim Jaejoong. Semua orang sudah melihat tubuhmu itu!"

Lelaki cantik itu menatap datar Yoochun, "Semua itu kan juga salahmu hyung. Jika kau tidak memaksaku aku tidak akan mau menjadi pemeran film dewasa."

Yoochun menarik nafas dalam, "Bukankah kau bilang ingin menemukan pria yang sudah mengambil keperjakaanmu, huh. Kau sendiri bilang cara apapun akan kau lakukan dan aku hanya memberimu satu opsi."

"Tetap saja, kau yang membuatku seperti ini." gumam Jaejoong kesal, bersedekap dada dan menatap Yoochun dengan pandangan sinis, "Seharusnya bayaranku juga tinggi kan?"

Pria bermarga Park itu memijit pelipisnya pelan, "Lalu, apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Yoochun. Karena ia tahu sebenarnya Jaejoong memiliki maksud tersembunyi, "Katakan dan aku akan memikirkannya."

Jaejoong terkikik kecil, menatap Yoochun dengan tatapan berbinar, "Aku ingin hyung membantuku untuk dekat dengan Jung Yunho."

"Huh kau bilang tidak suka padanya."

"Memang."

"Lalu, untuk apa kau mendekatinya, eoh?"

"Itu bukan urusanmu, hyung. Kau hanya perlu membuatku dekat dengan Jung Yunho." seru Jaejoong dengan senyumnya yang manis. Menatap Junsu dengan pandangan memelas, "Ne.. bantu aku hyung!"

"Baiklah, berikan aku waktu untuk berpikir. Tapi sebelum itu kau tetap harus menyelesaikan pekerjaanmu dengan Yunho."

"Baiklah, aku mengerti."

***

Kim Sangwoo menutup matanya, mencoba untuk mengistirahatkan kepalanya yang berdenyut nyeri karena kelelahan serta kembali mengingat pertemuannya dengan wanita yang telah melahirkan Jaejoong. Sosok yang bertahun-tahun lalu ia sewa untuk memenuhi kebutuhan biologisnya saat bertengkar dengan Kibum, Han Hyojo.

Flashback On..

"Selamat siang tuan Kim, bagaimana kabarmu selama ini?"

Sangwoo menatap wanita didepannya, yang masih terlihat cantik meski usia sudah menggerogotinya. Ia masih ingat dengan jelas wanita ini, yang bertahun-tahun lalu menjadi pemusa nafsunya, "Apa yang kau inginkan?"

"Aku hanya ingin memberitahumu jika aku telah melahirkan anakmu."

Bibir Sangwoo berkedut pelan, menatap wanita didepannya yang selalu mengenakan pakaian yang vulgar, "Lalu, apa maumu? Apa kau akan mengancamku dengan keberadaan anak itu?"

"Aku tidak mengancamu dengan keberadaan anak itu. Hanya saja setidaknya kau mau memberinya uang untuk bertahan hidup."

"Mwo?"

"Aku sudah melahirkannya untukmu, dan sekarang giliranmu tuan Kim. Meskipun kau tidak bisa mengakuinya setidaknya berikan dia uang untuk memenuhi kebutuhannnya. Dia masih belasan tahun, dan aku sudah tidak mampu lagi untuk melakukannya. Karena itu aku harap kau mau membantu memenuhi kebutuhannya."

"Dimana dia sekarang?" tanya Sangwoo pada Hyojo, setidaknya ia harus memeriksa kebenaran dari ucapan wanita didepannya ini.

"Panti asuhan."

Flashback Off

Setelah itu ia benar-benar memeriksa kepanti asuhan yang Hyojo berikan padanya. Seorang lelaki muda yang ia lihat darin jauh, terlihat begitu cantik untuk seorang lelaki. Memiliki paras seperti ibunya dan hanya meninggalkan hidung mancung sepertinya. Karena itu saat Jaejoong berumur belasan tahun, ia membawanya kerumah setelah memberitahu Kibum. Namun bocah itu menolak tinggal bersama keluarganya.

Selama hampir lima tahun ia memperhatikan Jaejoong dari jauh, ia membiarkan pemuda itu bertindak sesukanya—walau ia tahu Jaejoong menjadi seorang pemeran dalam film dewasa bergenre gay. Karena ia tahu pemuda itu tidak akan mau berhenti meski ia mendatanginya.

"Sajangnim, tuan Jung Jihoon sudah datang."

Pria paruh baya itu melirik asistennya dan mengangguk pelan, "Biarkan tuan Jung masuk. Dan siapkan semua dokumen yang dibutuhkan."

"Ya, sajangnim."