Pembalasan sempurna

Beberapa hari setelahnya pun pernikahan dilaksanakan. Didalam gedung yang sangat luas dan megah dihiasi juga dengan dekorasi tema acara pernikahan yang begitu memancarkan keanggunan karena warna putihnya. Seakan memang sedang berada di taman surga.

Banyak tamu yang hadir saat itu, bukan hanya dari kalangan orang kelas atas saja, wartawan, karyawan perusahaan, delegasi perusahaan namun juga dari beberapa sekolah, panti asuhan dan rumah baca yang selama ini Alika biayai.

Benar.. dia adalah sang pendonor dana bantuan yang terkenal karena kedermawanannya.

Yustaf diam diam mulai kagum dengan Alika, sepanjang berada diatas altar, duduk bersanding dengannya, Alika terus bercerita tentang kehidupan masa lalunya yang pernah tinggal di sebuah panti asuhan hingga akhirnya ia diasuh dan disekolahkan oleh seorang konglomerat.

Disaat itu Alika mencoba untuk membalas budi kebaikan orang tua asuhnya, dengan terus belajar sampai pada akhirnya ia lulus S1 di jerman.

Ia berkata jika semua kesuksesan yang ia hasilkan sekarang bukan dilalui dari perjalanan yang mudah.

Ia pernah tinggal di panti asuhan, merasakan kesusahan untuk makan enak, berjualan di pinggir sekolah, hingga perjalanan membangun usaha yang diturunkan oleh ayahnya dan terus mempertahankannya hingga sekarang adalah bukan hal yang mudah.

Yustaf terlalu seru mendengar semua cerita Alika, hingga tak sadar ia mulai merasa jika ia jadi lebih dekat dengan wanita ini.

Ada kekaguman didalam diri Yustaf yang membuatnya sedikit lebih membuka hatinya pada Alika. Membuka sedikit tentang cerita hidupnya, meskipun sejak awalia tidak pernah ingin membagikan cerita ini pada siapapun.

Perasaan yang aneh... perasaan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

"Oh jadi kamu... kamu anak hasil diluar pernikahan? Ibumu dinodai oleh majikannya dan majikanmu itu adalah ayah biologismu?" tanya Alika yang di pertengahan kalimat ia agak mengecilkan suaranya, agar tak didengar oleh siapapun.

"Ya benar, atau istilahnya orang lebih suka menyebutnya... anak haram." ujar Yustaf lirih. Alika tiba tiba memegang tangan Yustaf. Menggenggamnya.

"Jujur aku tidak suka istilah itu, lebih baik kamu menyebutnya anak hasil di luar pernikahan saja, ya?" pinta Alika.

Yustaf menatap wanita cantik bergaun putih dengan hiasan di rambutnya yang seolah memberikan kesan keanggunan dari dalam dirinya, Yustaf tersenyum. "Ya."

Terlepas dari semua pemahaman orang lain tentang wanita ini, dari apa yang terlihat diluar tentangnya... ternyata setelah diperhatikan... dia adalah... wanita yang sangat menghargai perasaan orang lain.

Tiba tiba kedua mata Alika tertuju lurus pada dua insan yang kini berjalan menuju ke arahnya, naik ke altar dengan sangat pedenya.

Mereka adalah Rachel dan Andrew. Ini saatnya...

Membalas dendam.

Alika cepat cepat bangkit dari kursinya, menunggu dua orang itu mendekat. Yustaf agak heran melihat respon Alika yang begitu bersemangat bangun dari kursinya dengan pandangan terus tertuju pada sepasang suami istri yang kini berjalan ke arah mereka.

Alika langsung berbisik pada Yustaf.

"Yus, ini saatnya kita beraksi!" bisik Alika, Yustaf yang sudah bangkit dari duduknya tampak heran dengan yang dikatakan Alika barusan. Apa yang akan ia lakukan pada mereka?!

"Ayo Yus. Kita berpura pura mesra." ujar Alika yang langsung memegang tangan Yustaf, menariknya dan membungkukkan lelaki itu supaya maju ke depan wajahnya.

Yustaf merasa gugup saat merasa wajahnya berada sangat dekat dengan wajah cantik Alika. Tentunya Alika merasa ikut gugup juga saat melihat wajah Yustaf yang sangat tampan berada dihadapannya.

Tapi tidak ada cara lain, ia harus memamerkan kemesraannya dengan Yustaf sebagai ajang balas dendamnya pada mereka!

"Ci-cium keningku." ucap Alika gugup. Yustaf tersentak, bahkan mendadak wajahnya jadi sangat berkeringat, entah kenapa suasana jadi sepanas ini.

"Plis ayo lakukan!" pinta Alika sangat berharap. Yustaf merasa sangat malu, ia belum pernah melakukan ciuman dengan orang lain. Tapi kini... ia diwajibkan untuk menuruti apa yang diperintahkannya.

"Plis Yus!"

Yustaf merasa sangat gugup, ia pun terpaksa melakukan hal tersebut. Ia majukan wajahnya ke depan wajah Alika. Namun baru akan mencium, Rachel berkata.

"Wah sepertinya suamimu tampak sangat gugup ya Al. Padahal kamu dari tadi kelihatan memaksa banget narik dia buat mencium kamu. Apa karena cinta kalian masih terlalu dangkal yah?" tanya Rachel menyindir telak.

Begitupun Andrew yang tampak begitu meremehkan Alika dan Yustaf.

"Yah istriku, ini mungkin yang sering disebut.. baru kenal udah diajak menikah. Jadi kemistrinya juga enggak ada. Biasanya yang kayak gini justru tahannya cuma sebentar. Paling antara dua atau tiga bulanan lalu minta cerai deh." ujar Andrew yang tentunya sejak awal selalu mendukung apapun yang istrinya katakan.

Alika merasa panas, tangannya merasa sangat gatal hingga terasa ingin sekali menggetok kepala mereka berdua dengan heels.

"Iya kan sayang? Mbak Al, semestinya sebelum memutuskan untuk menikah, sebaiknya mbak pikirkan dulu matang matang apakah calon suaminya ini sudah siap lahir batin atau belum untuk menikah. Jangan baru kenal udah langsung diajak menikah. Kasihan suaminya, mana ganteng lagi." ujar Rachel. Alika mengepal keras, kenapa ia harus selalu mendengkar ocehan mereka yang tidak ada gunanya?!

Andrew ikut bersuara. "Namanya juga udah kebelet nikah, niatnya mungkin mau pamer sama kita. Tapi akhirnya malah bikin malu, Al ternyata kamu sejak dulu enggak berubah ya? Masih suka dendam sama orang lain. Inget Al.. punya dendam sama orang baik itu justru enggak baik." ujar Andrew memperingati.

Alika semakin geram dan benci dengan iblis menjelma manusia di hadapannya ini. Namun disatu sisi, Alika mencoba untuk menyabarkan dirinya dari godaan mereka, ia tahu yang mereka lakukan saat ini adalah membalas dendam.

Mereka coba memancingnya agar muncul keributan yang sama seperti yang terjadi di hari pernikahan mereka beberapa waktu lalu.

Tiba tiba Yustaf menarik tangan Alika hingga gadis itu berubah haluan jadi condong ke arahnya dan saat itu juga lelaki tampan itu mengecup kening Alika ketika itu.

Semua orang maupun tamu undangan tampak begitu iri dengan Alika yang sedang dicium lama oleh Yustaf, lebih tepatnya mereka merasa Alika adalah gadis yang beruntung sudah mendapatkan hati, pria setampan Yustaf.

Berbeda jauh dengan Andrew dan Rachel yang tampak sangat tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan.

Bahkan didalam hati Rachel muncul percikan kecemburuan didalam hatinya, bagaimana bisa..

Alika yang lebih rendah kemana mana dibanding dirinya mampu membuat suami yang sangat tampan itu mencintainya? Bahkan Rachel sangat mengira jika suami Alika ini terpaksa menikahi wanita itu karena uang!

Dan seingatnya pun, Alika sudah cukup lama tidak memiliki pasangan selepas bercerai dengan Andrew satu tahun yang lalu! Dia terbukti jelas masih menyimpan rasa dengan Andrew!

Alika melakukan semua ini karena iri dengannya! Itu adalah kepercayaan yang selama ini Rachel yakini!

Tapi kenapa... sekarang!

Yustaf kini mengangkat wajahnya menghadap mereka, menatap dengan berani, mereka yang tak ubahnya ular berbisa.

"Selihat saya, kalian sama sama memiliki hobi yang tidak berguna sama sekali ya? Saya penasaran, apakah karena hal itu kalian menikah? Jika kedua pasangan sama sama memiliki hobi yang buruk, bukankah kemungkinan besarnya hubungan mereka tidak akan bertahan cukup lama? Mungkin antara dua atau tiga bulan, lalu cerai." ucap Yustaf tersenyum licik.

Seolah membalikkan perkataan yang beberapa saat lalu diucapkan oleh Andrew. Rachel dan Andrew merasa sangat kesal, berbeda dengan Alika yang tampak kagum dengan Yustaf.

Yustaf membelai lembut pipi kanan Alika, menatap sang istri dengan lembut dan manja. Ia berkata.

"Oh iya sayang, kenapa kamu enggak bilang, kalo kita sudah berpacaran lama sebelum kamu bercerai?" tanya Yustaf seraya menaikkan tangan Alika menyentuh pipinya.

"Suamimu ini tidak percaya saja, kok ada yang menyangka hubungan kita terjalin tanpa ada kemistri? Apakah dia buta?" tanya Yustaf yang langsung menurunkan tangan Alika dan mengecup punggung tangan wanita itu dengan sorot mata penuh ambisi.