Tak sesuai rencana

Alika menunggu perkataan yang akan diucapkannya.

"Saya pernah mengalami kecelakaan parah yang menyebabkan ibu saya meninggal. Jadi itulah yang membuat saya sedikit ketakutan saat menaiki mobil. Tapi tenang aja, saya bisa kok naik mobil. Trauma itu juga sudah menghilang lima tahun yang lalu, cuma aja satu tahun yang lalu saya pernah mengalami kecelakaan ketika menyetir mobil dan itulah yang membuat saya kembali lagi bisa merasakan trauma itu." ucap Yustaf yang langsung membelakakkan kedua mata Alika.

"A-apa? Kenapa... kenapa kamu gak bilang! Yaudah kamu duduk di sebelah saya aja, saya yang nyetir!" ucap Alika yang langsung menggeser Yustaf dan duduk di kursi setir. Yustaf pun menurut dan duduk disamping kirinya.

Mobil mulai berjalan sesuai kendali setir Alika. Sepanjang perjalanan mereka saling terdiam. Tidak ada satupun dari mereka yang bicara, dibanding sebelum-sebelumnya.

Yustaf terus melihat ke jendela sebelah kirinya yang memamerkan langit gelap yang ditaburi bintang dan satu bulan purnama sangat indah.

Disamping melihat itu semua, ternyata yang membuat Yustaf terus diam adalah... ia sedang memikirkan sikap Alika tadi, ternyata wanita ini.... benar benar mengkhawatirkannya...

Perasaan aneh, kenapa juga karena hal ini dirinya jadi semakin tidak nyaman dengan perasaannya... ada rasa kepuasan tersendiri jauh didalam hatinya namun ada juga rasa khawatir didalam hatinya, jika... ia beralih jadi orang yang... terlalu berharap atas perasaan anehnya ini...

Ia hanya khawatir jika dirinya tidak mampu menepati janji yang ia buat sendiri didalam surat kontrak.

Mereka akhirnya tiba di rumah baru Alika yang letaknya bersebelahan dengan rumah ibu dan ayahnya (Ratna dan Rudi).

Alika yang sudah selesai memarkirkan mobilnya di garasi pun segera mematikan mesin mobil dan cabut kunci dari stop kontak.

Yustaf yang merasa ini saatnya untuk segera turun dan keluar membuka pintu mobil tiba tiba langsung dicengkeram tangannya oleh Alika.

"Yus! Tunggu!" ucap Alika yang terlihat seperti sedang menahan sesuatu.

Yustaf yang melihat Alika tidak bisa bergerak langsung cemas.

"Kamu kenapa Al?" tanya Yustaf panik.

Alika terus mencengkeram tangan Yustaf merasakan kedua kakinya yang tidak bisa digerakkan.

"Yus.. gimana ini.. kakiku.. kakiku Yus!" ucap Alika tidak kuasa.

Yustaf bertambah panik. Ia langsung berkata.

"Apa? Apa yang terjadi sama kaki kamu?!" tanya Yustaf khawatir.

"Kakiku... enggak bisa bergerak Yus!" ucap Alika.

"K-kok bisa?! Kita ke dokter ya sekarang?" tanya Yustaf takut.

"Enggak perlu." ucap Alika, Yustaf heran.

"Kenapa memangnya?!" tanya Yustaf masih panik.

"Karena... ini kesemutan. Bukan penyakit aneh lain." ucap Alika sedikit merasa tidak enak mengatakannya karena sudah terlanjur membuat Yustaf panik. Lantas hal itu pun langsung membuat Yustaf menepuk dahinya.

Rasanya barusan jantungnya hampir dibuat copot karena perkataan ambigu yang diucapkan Alika. Ia bahkan mengira jika Alika kenapa napa!

Sungguh.. baru kali ini Yustaf merasa sepanik itu.

Yustaf pun menghela nafas, mencoba untuk memaklumi perkataan Alika barusan. "Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Yustaf.

"Apa kamu bisa... emm.. anu.. menggendongku sampai ke kamar?" tanya Alika sedikit memalingkan wajah malunya. Yustaf tersenyum.

"Baiklah, kalau itu yang kamu mau." ucap Yustaf menuruti permintaannya.

Ia pun segera keluar dari mobil dan berbalik berganti arah, menuju kursi mobil Alika yang berada di kursi sebelah kanan.

Alika merasa gugup ketika tangan Yustaf perlahan memegang pinggangnya, rasanya sedikit geli dan seperti ada kupu kupu berterbangan didalam perutnya.

Ditambah lagi saat melihat pipi Yustaf yang begitu licin dan bersih tanpa noda itu hampir bersentuhan dengan pipinya.

Alika coba menahan desir jantungnya yang seperti mau copot itu. Ini aneh.. belum pernah Alika merasa seperti ini sebelumnya.

Kenapa dia harus setampan ini sih?!

Yustaf mulai merengkuh dan mengangkat Alika dengan kedua tangannya, ia keluarkan Alika dari dalam mobil secara perlahan, bahkan ia sangat menghindari kemungkinan kepala Alika terbentur atap mobil saat itu.

Alika yang merasa direngkuh seperti itu langsung memegang dadanya, coba memastikan jika jantungnya masih ada di tempat, seraya ia palingkan wajahnya yang tampak bersemu merah.

Ketika sudah mengeluarkan Alika dari dalam mobil dan membawakan tasnya, Yustaf segera menutup pintu mobilnya dan beranjak pergi dari garasi.

Ia terus memangku Alika, berjalan menyusuri taman. Tubuh yang langsing dan ideal itu benar benar tak seberapa berat menurut Yustaf, dia pasti mengatur pola makannya agar tetap seimbang dan tidak melebihi kadar semestinya.

Selama dipangku, Alika tak merasa memiliki pilihan selain memandang wajah bersinar yang ada diatas kepalanya.

Tampaknya, dilihat dari berbagai sisi pun lelaki ini memang terlihat begitu mencolok, dia memiliki wajah yang sangat tampan, bahkan terlihat seperti keturunan orang luar. Tapi kenapa... dia harus hidup sesusah itu ya?

Ditinggalkan kedua orang tua sejak kecil pasti membuatnya harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya di usia dini, kan?!

Kenapa dia tidak berniat menjadi seorang artis saja?! Barangkali dengan menjadi artis, dirinya bisa mendapatkan banyak uang kan?

Kenapa ia tidak berniat memanfaatkan ketampanan wajahnya itu?!

"Yus.." Alika memanggil.

"Kenapa?" tanya Yustaf tetap meneruskan jalannya.

"Kenapa kamu enggak berniat menjadi artis saja? Maksudku, bukan untuk sekarang... tapi dulu.. kenapa kamu dulu membiarkan hidupmu susah dan tidak mencoba untuk menjadi artis?

Y-ya bagaimanapun kan kamu cukup tampan dan memiliki daya tarik. Kamu bisa saja kan menjadi seorang artis atau pemain film, ya itu lumayan untuk memenuhi kebutuhan hidup." tanya Alika.

Yustaf mendadak menghentikan jalannya dan memandang datar jalanan didepannya. Perlahan ia palingkan wajahnya menatap wajah Alika yang berada dibawahnya.

"Saya tidak berminat untuk menjadi seperti itu. Tenang saja, setelah ini saya akan mencoba mencari pekerjaan." ucap Yustaf.

Alika tersentak, ia sungguh tidak bermaksud berkata seperti itu. Alika langsung membalas perkataannya.

"E-enggak Yus.. maksudku bukan begitu. Yang kumaksud itu dulu... bukan sekarang. Jika sekarang, saya tidak terlalu mempermasalahkan apakah kamu bekerja atau tidak. Lagipula kan kontrak kita akan berakhir setelah saya menemukan calon suami yang saya cintai, kamu tidak perlu sampai repot repot menafkahi saya, karena status kita bukanlah pasangan suami istri sebenarnya." ucap Alika.

Yustaf terdiam. Entah kenapa ada perasaan tidak nyaman didalam hatinya. Ia mulai berkata.

"Bagaimana jika hal terjadi tidak sesuai rencanamu?" tanya Yustaf. Alika terkejut, apa maksud perkataannya barusan?

Kenapa dia berbicara seperti itu?

Alika balik terdiam, memalingkan wajahnya dari sorot mata Yustaf. Ia bahkan bingung mau membalasnya dengan perkataan seperti apa.

Alika paham jelas jika apa yang dimaksud Yustaf adalah bagaimana jika dirinya tidak bisa menemukan seorang suami yang ia cintai dalam waktu yang lama?

Dan ekspresi seperti inilah yang paling cocok Alika perlihatkan pada Yustaf. Terdiam menunduk.

Seolah sudah hapal dengan jelas takdir yang kadang berjalan tak sesuai rencana.

Yustaf kini beralih melanjutkan perjalanannya, berjalan masuk ke dalam rumah besar tersebut.

Langkah demi langkah Yustaf berjalan dengan memangku Alika, ia bahkan memperlebar langkah kakinya ketika berjalan dan mempercepat tempo langkah kakinya, agar cepat sampai ke kamar Alika yang berada di lantai dua rumah tersebut.

Yustaf sudah berjalan melewati tangga rumah Alika, ia pijaki satu persatu anak tangga tersebut.

Alika yang semula menunduk, kembali melihat ke arah wajah Yustaf yang ada diatasnya. Entah kenapa ia tidak merasa bosan ketika memandang lelaki ini.

Yustaf yang menyadari dirinya terus dilihat oleh Alika langsung melihat ke arah Alika yang sedang dipangkunya, meskipun hanya sekilas karena ia tak bisa menatap lama lama wanita itu, ia khawatir jika ia terbuai ke dalam tatapan wanita cantik tersebut.

Alika yang menangkap ekspresi Yustaf barusan pun langsung meminta maaf.

"M-maaf.. aku hanya tidak memiliki pilihan selain memandang wajahmu yang kebetulan ada diatas wajahku. Aku tidak berniat memandangmu lama lama." ucap Alika.

Yustaf tersenyum tipis. "Iya, tidak apa apa." balasnya.

Mereka pun akhirnya sampai di kamar Alika yang luas, tertata rapi dan terawat itu. Tampaknya memang, ini bukan seperti rumah baru, ini bahkan mirip seperti rumah yang baru ditinggal sehari oleh sang pemilik rumah.

Sangat rapi dan bersih, bukankah rumah baru itu selalu terkesan dengan tempatnya yang masih berantakan?

Apakah mungkin yang merapikan rumah ini adalah seorang pembantu?

Memangnya ia memiliki pembantu? Lalu apa gunanya wanita ini mencari suami yang bisa memasak?

Yustaf segera menurunkan Alika ke atas kasur maxi ukuran jumbo dengan seprai biru muda bercorak bunga tulip tersebut.

Alika duduk di kasur lalu berkata.

"Makasih banyak ya. Aku memang suka seperti ini. Tenang aja, ini bukan termasuk kontak fisik yang saya jelaskan di surat kontrak kok." ujar Alika. Yustaf tersenyum tipis.

"Oh iya, kamar kamu disebelah kiri kamar ini ya. Kamu bisa merebahkan diri kamu dan mulai beristirahat. Di dalam kamar itu juga ada kamar mandinya, terserah kalau kamu mau mandi atau tidak. Disana juga saya sudah menyediakan berbagai macam fasilitas seperti televisi, lemari, AC, ponsel cadangan dan wifi. Apapun yang kamu inginkan, katakan saja sama saya." ucap Alika.

Yustaf kembali tersenyum tipis, mengangguk.

"Kalau begitu saya pamit." ucap Yustaf, Alika mengangguk.

Alika pun coba merebahkan dirinya ke atas kasur, menatap langit langit kamar. Ia raih ponsel yang ada didalam saku roknya dan lihat chat whatsapp dari Albert yang isinya.

"Selamat menikmati malam pertama!"

Menjengkelkan sekali dia! Alika langsung menggerutu. "Dasar sekertaris tidak jelas."

Alika mulai gerak gerakkan kedua kakinya diatas kasur, tampaknya kesemutan itu sudah menghilang sekarang.

Namun tiba tiba saja Alika mendengar suara teriakan kencang dari tangga bawah rumahnya. "ALIKA!"

Sontak saja Alika langsung terlonjak dan bangkit dari kasurnya. Ia tampak panik. Suara teriakan barusan, itu adalah ibunya!

Apa yang akan ibunya lakukan sekarang?! Bisa gawat jika ibunya tahu kalau Yustaf dan dirinya berada di kamar yang terpisah!