Eira lekas menulis lagi, tetapi pikirannya masih sangat gelisah dengan acara jumpa fans itu, akhirnya fokusnya pun terganggu.
"Ahhhh aku tidak bisa menulis, tidak ada hal yang mau ditulis di dalam benakku, mau pergi tidak?" tanya Eira.
"Kemana? Jangan aneh-aneh sekarang waktunya bekerja," jawab Yara.
"Ayolah, kamu mau bab baru di ceritaku tidak up hari ini, urusannya kan tambah ribet, mending ikut aku cari angina di atas kantor tidak keluar dari kantor kok," kata Eira.
"Selesaikanlah saja dengan cepat aku tidak mau jika harus ribet urus masalah yang muncul jika kamu telat update," jawab Yara.
"Kalau begitu aku tidak mau tulis saja!" kata Eira kesal.
"Aissh…kau ini bikin pusing saja kelakuannya, jika sekarang kita pergi apa kamu bisa menyelesaikan dengan tepat waktu?" tanya Yara.
"Harus up kan jam satu, sekarang kan baru jam sembilan, aku akan menyelesaikannya dengan cepat," jawab Eira.
"Baiklah ayo, bawa sekalian laptopmu," kata Yara.
"Iya, iya tahu," jawab Eira.
Mereka pun keluar dari ruangan mereka dan pergi ke lift untuk naik ke atas kantor. Sesampainya di atas kantor Eira pun menaruh laptopnya dan berlari ke tepi untuk melihat kearah pemandangan di bawah yang sangat indah.
"Ahhh sejuk sekali di sini, aku paing senang jika berada di sini, oh ya Yara, kaau kamu bicarakan sama CEO saja bagaimana, suruh tambah ruangan untukku di sini?" tanya Eira.
"Kamu mau aku langsung di pecat?" tanya Yara.
"Bicarakan dengan baik-baik lah," kata Eira.
"Sudah kamu ini jangan banyak tuntut, silahkan mencari ide untuk di tulis," kata Yara.
Yara pun menemani Eira sambil mengerjakan proposal yang belum selesai itu. Eira yang asyik menikmati angina sejuk di atas itu pun menguap, lalu dia pergi untuk duduk di samping Yara.
"Kamu sudah mau menulis?" tanya Yara.
"Belum aku mau tidur dulu," jawab Eira.
"Wahhhh kamu gila," jawab Yara yang tidak bisa berkata-kata lagi.
Eira pun tertidur di tempat duduk santai di antai atas kantor. Saat tertidur Eira pun bermimpi bertemu dengan seorang lelaki tampan yang sangat pintar.
(Di dalam mimpi Eira)
Terlihat seorang lelaki tampan sedang memetik apel di sebuah taman, Eira yang sedang duduk menulis pun menatapnya dengan pandangan terpesona.
"Tampan sekali dia, alangkah indahnya jika dia selalu datang menemuiku," gumam Eira dalam hati sambil menatapnya.
Tak di sangka lelaki itu mendengar suara hati Eira dan menghampirinya.
"Apa kamu mau Apel?" tanya lelaki itu.
Eira hanya diam karena terpana, semakin dekat dia semakin tampan.
"Ini untukmu," kata Lelaki itu.
"Terimakasih," jawab Eira sambil mengangguk anggukan kepalanya.
"Nama ku Lord, aku akan sering menemuimu mulai sekarang, kamu ingin aku menemuimu bukan?" tanya Lord.
"Ya, aku mau kamu datang dan menemuiku setiap waktu," jawab Eira
"Ahhh tidak, maksudku bukan seperti itu aku…" lanjutnya saat tersadar akan omongannya.
"Baiklah jika begitu aku akan pergi sekarang, aku akan segera menemuimu lagi," kata Lord.
Eira pun mengangguk dan melihat Lord pergi dengan menghilang dan meninggalkan cahaya biru yang bersinar terang bagaikan permata terkena matahari, mata Eira pun silau dan menutup matanya.
Eira terbangun dari tidurnya dan mendapati Yara yang sedang melihatnya di depan wajahnya.
"Kenapa kamu tidur tersenyum malu seperti itu? Apa kamu bermimpi?" tanya Yara.
"Ya, melanjutkan mimpiku tadi malam," jawab Eira.
"Hah! Mimpi bisa di lanjutkan, aku baru tahu ini, sudah jangan mengada-ada cepat menulis," kata Yara.
"Jam berapa sekarang?" tanya Eira.
"Jam setengah dua belas," jawab Yara.
"Apa!" kata Eira terkejut.
Eira pun langsung menulis dengan cepat, Yara menggelengkan kepalanya saat melihat Eira gelisah.
"Mengapa tidak membangunkanku?" tanya Eira.
"Beri pelajaran untuk kamu saja, besok tidurlah lagi, lalu aku akan mengurus semua masalahmu," kata Yara.
"Ahhh tega sekali," kata Eira sambil menulis dengan cepat.
"Sepertinya kau sedang ada ide untuk menulis cerita ya," kata Yara.
"Diamlah jangan mengangguku!" jawab Eira yang sedang fokus dengan tulisannya.
Waktu pun terus berjalan, Eira pun sudah menyelesaikan dua bab dalam satu jam setengah dan langsung mengirimkan untuk update bab terbaru novel daringnya itu. Setelah update pembaca meningkat dengan drastis. Yara yang membaca komentar dari pembaca pun terkejut.
"Apa yang kamu lakukan pada novel mu?" tanya Yara.
"Kenapa?" tanya Eira yang sedang bersantai makan camilan.
"Ayo kita pergi sekarang," kata Yara.
"Kemana?" tanya Eira.
"Kita harus pergi ke gedung pertemuan Fanslah," kata Yara.
"Apakah banyak yang berkomentar jelek di cerita terbaru ku?" tanya Eira.
"Ya, dan kamu harus menjelaskannya sendiri di hadapan mereka, kenapa bisa novel kamu di peringkat teratas saat ini," kata Yara.
"Haaaa!" jawab Eira terkejut.
Eira tidak tahu dia harus bahagia atau tidak, jika dia tidak bahagia itu bohong, tetapi jika dia bahagia dia akan banyak penjawab pertanyaan yang berulang dari para fans. Yara pun menarik tangan Eira dan memakaikan masker dan topi untuknya agar bisa keluar dari kantor tanpa ada halangan dan masalah dari sesaeng. Sesampainya di tempat pertemuan mereka pun masuk dan mengatus posisi juga menyuruh para fans masuk satu persatu.
"Berbarislah yang rapi, dan masuklah satu persatu!" kata Yara memberikan perintah pada para fans.
"Ahhhhh Kak Eira, aku senang sekai bisa bertemu denganmu, semua cerita yang sudah kamu tulis aku mengikuti semuanya, bahkan aku juga membeli bukunya, sekarang semua buku aku bawa tolong tanda tangani ya Kak," kata Fans.
"Baik sini," jawab Eira.
"Kakak cantik sekali, oh ya Kak Eira kenapa bab yang baru update tadi agak sedikit aneh tetapi bikin penasaran sekali, semakin seru ceritanya datang lah orang ke tiga dengan kemampuan yang supranatural, kenapa Kakak bisa menulis seperti itu?" tanya Fans.
"Ya, karena Kakak seorang penulis harus bisa memberikan hal baru untuk novel Kakak, apa kalian tidak menyukainya?" tanya Eira.
"Aku sangat menyukainya, semua orang juga pasti menyukainya, ceritanya selalu membuatku ingin membacanya terus, terus, dan terus," jawab Fans.
"Terimakasih banyak ya sudah mendukungku selama ini, aku jadi seperti ini juga karena kalian semua, aku sangat bahagia memiliki pembaca seperti kalian," kata Eira.
"Kami akan selalu mendukungmu Kak," jawab Fans.
"Ini semua sudah aku tanda tangani," kata Eira.
"Bolehkah berfoto?" tanya Fans.
"Tentu saja," jawab Eira.
Mereka pun berfoto, satu persatu sudah masuk dan bertemu dengan Eira, semua pertanyaan dari banyaknya orang sembilan puluh sembilan persen menanyakan hal yang sama hingga Eira menghapas semua pertanyaannya. Setelah peserta terakhir keluar Eira pun bernafas lega.
"Akhirnya selesai juga," kata Eira lirih sambil bersandar di kursi dan memejamkan matanya, di dalam pejaman matanya muncul wajah elaki yang ada di mimpinya tadi.
"Kenapa saat aku menutup mata kau juga ada?" gumamnya lirih.
Perlahan Eira pun mendengar langkah kaki mendekatinya.
"Apa kau lelah?" tanya Yara.
"Ahhh aku sangat lelah ayo kita kembali," kata Eira.
"Baiklah, aku sudah menyiapkan makanan dan minuman di dalam mobil kamu makanlah duu aku akan menyelesaikan ini dulu," kata Yara.
Eira pun berjalan ke mobil dengan lesu kelelahan duduk selama lima jam. Sesampainya di dalam mobil dia pun duduk dan makan, saat makan dia kebayang lelaki tampan yang ada di mimpinya itu Eira pun tersenyum sambil makan. Yara melihat keanehan yang ada pada diri Eira.
"Kenapa kamu tersenyum seperti itu?" tanya Yara.
"Tidak!" jawab Eira.
"Kau sedang jatuh cinta? Apa tadi ada yang membuat hati mu berdebar?" tanya Yara.
"Tidak!" jawab Eira.
"Lalu kamu kenapa?" tanya Yara.
"Tidak papa," jawab Eira.
"Sudah ayo kita pulang," kata Yara.
"Apa kita boleh pulang?" tanya Eira.
"Kamu sudah bekerja keras, jadi aku meminta ijin untuk langsung membawamu pulang karena kau terlihat sangat lelah," kata Yara.
"Kau memang yang terbaik Yara," kata Eira.
Di dalam mobil Eira pun terus tersenyum sambil memejamkan matanya. Hal itu membuat Yra merasa sangat aneh dengan tingkah Eira itu, tetapi Yara tetap bersikap biasa saja sampai mengantar Eira sampai di rumahnya.
"Tolong mobilku nanti antar ke sini ya Yara," kata Eira.
"Aku udah menyuruh Geo untuk membawanya ke sini besok sudah bisa kamu bawa bekerja," jawab Yara.
"Baiklah," kata Eira masuk ke rumah.
Yara pun pergi meninggakan Eira karena ada yang harus dia selesaikan terlebih dahulu sebelum pulang.