Belum Terima

Setelah mengucapkan janjinya, tiba-tiba saja tubuh kedua orang tua Ulrica memudar. Tentu saja Ulrica langsung panik.

"Ayahanda! Ibunda! Kenapa kalian berdua memudar?! Jangan tinggalkan Ulrica lagi!" Ulrica mencoba untuk menggapai dan menggenggam namun tak bisa.

"Ulrica, kami tidak akan meninggalkan dirimu! Kami akan selalu berada di sisimu dan kami akan muncul di saat kamu butuh!" ucap ibunda ratu yang berusaha membelai wajah yang putri dengan tangan kanannya yang semakin lama memudar.

"Jaga diri baik-baik, Putriku! Tunggu sampai di ulang tahunmu yang ke 18 yang akan datang dalam waktu sua tahun lagi! Di saat itulah kamu akan menjadi bagian dari bangsa kita! Sampai bertemu lagi, Ulrica!" sambung sang ayahanda yang ikut memudar.

Ulrica berusaha untuk meraih dan menggenggam mereka berdua namun sayangnya tubuh mereka sudah menghilang sepenuhnya.

"Tidak!" teriak Ulrica sampai membuatnya terbangun dari pingsannya. Ulrica terduduk dengan nafas yang tersengal.

Anthoni yang berada di samping Ulrica pun langsung mengambilkan air minum yang sudah disediakan supaya Ulrica lebih tenang.

"Minumlah dulu, Tuan Putri!" Anthoni menyodorkan segelas air mineral pada Ulrica.

Tanpa pikir panjang, Ulrica langsung mengambilnya karena saat ini itulah yang sedangkan dibutuhkan dirinya.

Ulrica langsung menghabiskan segelas air itu hanya dalam beberapa detik karena lelah akibat mimpi yang dialami dirinya.

"Terima kasih," ucap Ulrica lalu mengembalikan gelas itu pada Anthoni.

Kemudian Ulrica mencoba memejamkan kedua matanya lalu membuka matanya lagi dan mengamati keadaan di sekitarnya.

Kamar yang asing, dengan warna dan nuansa yang asing pula, begitu berbeda dengan kondisi kamarnya.

Jadi Ulrica bisa memastikan jika saat ini ia sedang berada di tempat orang lain dan bukan di kediamannya. Dan tiba-tiba saja Ulrica menjadi pusing mendadak.

"Argh, aku ada di mana?" tanya Ulrica. Ulrica terus memegangi kepalanya yang sakit.

"Anda berada di kediaman saya, Tuan Putri! Saya senang akhirnya bisa bertemu dengan anda! Saya bodoh karena tidak bisa menyadarinya sejak awal! Ampuni saya, Tuan Putri!" Anthoni bertekuk lutut di hadapan Ulrica.

Ulrica merasa ada yang aneh dengan suara Anthoni, sebab Ulrica belum menyadari jika itu adalah dia karena penampilannya yang berbeda.

Namun suaranya begitu familiar, sehingga Ulrica mencoba untuk menatap dan mengamati Anthoni yang penampilannya sangat berbeda.

Jika di sekolah Anthoni terlihat culun dan bodoh, namun kali ini tampilan Anthoni begitu bertolak belakang.

Dia mengenakan pakaian serba hitam dan penataan rambutnya yang semula berponi kini menjadi undercut. Bahkan saat ini Anthoni tidak mengenakan kacamata.

Ulrica tidak mungkin salah mengenali Anthoni, namun penampilannya saat ini membuat Ulrica menjadi ragu.

"Kau... apakah kau Anthoni?" tanya Ulrica sambil terus menatap Anthoni.

Anthoni yang semula mendudukkan kepalanya kini langsung mendongak sehingga pandangan mata mereka saling bertemu.

"Benar, saya Anthoni, Tuan Putri!" jawabnya dengan tegas.

Anthoni senang karena ternyata selama ini Ulrica adalah putri yang hilang. Dan dengan begini ia yang sudah menyimpan sedikit rasa tidak perlu membuang perasaannya.

'Leluhur berpihak padaku! Syukurlah Ulrica adalah orangnya!' batin Anthoni lega.

Ulrica menjadi seperti orang yang linglung karena kejadian yang tak terduga. Hari ini seperti hari yang membingungkan bagi Ulrica.

"Sebenarnya ada apa ini? Kenapa aku bermimpi seperti itu dan sekarang tampilanmu berubah drastis?!" gerutu Ulrica yang belum bisa mencernanya.

Ulrica berusaha untuk menenangkan diri dan mengatur nafasnya. Kemudian Ulrica mengingat kembali rangkaian kejadian yang baru saja ia alami.

Ulrica ingat sebelum ia berakhir di kediaman Anthoni, ia sedang bersama dengan Jessica dan teman-teman Jessica.

Kemudian Ulrica tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, sampai ia mengalami sebuah mimpi yang tak ia pahami.

Hingga akhirnya ia terbang di rumah Anthoni, dan Anthoni yang berubah tampilannya sekarang ini memanggil Ulrica dengan sebutan tuan putri.

"Aku sungguh tidak mengerti. Sebenarnya apa yang salah dari semua ini?" gumam Ulrica terus memegangi kepalanya yang sakit.

"Mohon maaf jika hamba lancang, Tuan Putri! Tetapi bolehkah saya tahu isi mimpi anda? Tetapi jika anda tidak berkenan anda tidak perlu menjelaskannya," tanya Anthoni dengan sopan.

Ulrica merasa tidak nyaman dengan perlakuan Anthoni yang begitu sopan. Ia lebih menyukai Anthoni yang seperti biasanya.

"Jangan bersikap seperti itu! Bersikaplah seperti biasanya. Aku tidak suka," ujar Ulrica.

"Hmm, baiklah, jadi bisakah kamu menceritakan isi mimpimu?" tanya Anthoni.

Ulrica meminta Anthoni untuk duduk di sampingnya karena Anthoni bisa sakit jika terus berlutut di lantai yang dingin.

Dengan senang hati Anthoni langsung berpindah tempat dan duduk di samping Ulrica. Ulrica pun memulai menceritakan mimpinya dari awal sampai ia terbangun.

"Jadi begitulah isi mimpiku. Dan sekarang kau bertingkah seolah apa yang di mimpiku itu adalah suatu kebenaran. Ini pasti karena aku berhalusinasi dan pingsan jadi mimpi seperti itu, kan?" tanya Ulrica yang yang masih tidak percaya.

"Mohon maaf karena mengecewakan dirimu, tetapi itu memang benar, Tuan Putri! Mereka—"

"Ulrica!" sahut Ulrica dengan tegas.

"Baiklah, Ulrica, jika kamu masih kesulitan untuk percaya, tunggu saja apa yang dikatakan oleh Baginda Raja dan Ratu di saat usiamu menginjak 17 tahun. Di saat itu kamu pasti akan mengerti," jawab Anthoni yang memberikan saran terbaiknya.

Ulrica yang selama ini hidup sebagai manusia biasa tentu saja menganggap semua ini hanyalah dongeng belaka.

Ditambah ia belum pernah bertemu dengan makhluk seperti itu. Dan, jika Anthoni adalah bagian dari mereka, Ulrica rasa Anthoni pasti berwujud sama dengan mereka.

"Jadi, apakah kau juga seorang werewolf?" tanya Ulrica.

Anthoni langsung mengangguk tanpa ragu. Namun tampilan Anthoni sekarang ini memang memungkinkan jika dia benar-benar manusia serigala.

Ulrica penasaran dengan wujud aslinya, apakah seperti yang ada di televisi. Namun mental Ulrica belum sanggup untuk melihatnya.

Ulrica yang teringat akan Jessica langsung bertanya pada Anthoni apa yang terjadi pada mereka. Namun Anthoni hanya mengatakan jika dirinya sudah menangani mereka bertiga.

Anthoni bisa melihat jika Ulrica belum bisa menerima identitas aslinya. Oleh karena itu Anthoni hanya bisa berbohong untuk saat ini.

"Mereka juga tidak akan mengganggu dirimu lagi setelah ini. Di sekolah nanti, mereka pasti akan menghindari dirimu," ujar Anthoni.

Karena semuanya sudah selesai, jadi Ulrica tidak mau berlama-lama di tempat Anthoni karena tidak enak.

Jadi Ulrica pun berpamitan pada Anthoni untuk pulang dan beristirahat di rumahnya saja dan menganggap jika dirinya masih belum sadar.

"Anthoni, terima kasih atas pertolongan dan penjelasanmu! Namun, aku rasa itu semua hanyalah halusinasiku yang belum sepenuhnya sadar. Aku pulang dulu." Ulrica beranjak dari tempat duduknya.

Saat Ulrica berdiri tiba-tiba tubuhnya terhuyung dan kehilangan keseimbangan, "Aargh!"

TBC..