Kekacauan

Seberapa jauh jarak seorang Exor dengan seorang kandidat Exor? Entah itu Kroko, ataupun manusia babi yang kulawan pada awal aku tidak merasakan perbedaan kekuatan yang signikan. Aku tidak merasakan apa yang disebut kekuatan milik dewa. Manusia kuda, pria bersayap dan pria misterius yang menuntun kelompok kami menunjukkan sesuatu yang berbeda. Mereka bisa membunuh begitu banyak orang dalam sekejap mata.

Itu membuatku berpikir kembali bahwa tingkat Exor benar-benar berbeda dari manusia biasa. Aku harus mengakui bahwa kemampuan yang dimiliki Exor berada pada tingkatan yang berbeda. Pada perang yang kali ini pecah ada sekitar 12 Exor termasuk tiga yang memimpin kami, dari kubu penyerbu. Sementara kubu pertahanan benteng nampaknya memiliki 6 orang Exor.

"Exor ternyata sangat kuat."

"Tentu saja mereka kuat, mereka bukan hanya Exor biasa, mereka sudah memasuki tingkat pengikut taat tahap awal kekuatan mereka beberapa kali lipat lebih kuat dibanding Exor tingkat Hamba Suci," Steve membalas gumamanku.

"Tunggu! Kau bilang mereka Exor tingkat Pengikut Taat, kalau begitu seberapa kuat Exor tingkat Hamba Suci, apa kau seorang Exor tingkat Hamba Suci?"

Steve tiba-tiba tertawa, "Kau sangat lucu, sepertinya kau cukup awam mengenai soal ini. Aku, kau, Kroko,dan petarung di liga yang sama dengan kami berada pada tingkatan paling rendah di dalam barrier ini, paling kuat hanya Kandidat Exor level 1. Ada sekitar lima level kandidat Exor semakin tinggi levelnya maka semakin kuat kekuatan fisiknya. Pada level Kandidat, kekuatan biasanya terfokus pada fisik saja.

Kebanyakan setengah binatang lain di dalam barrier berada pada peringkat Hamba Suci. Karena itu sebaiknya kau berhati-hati. Jangan sampai mengajak bertarung setengah binatang tingkat Hamba Suci."

Mendengar perkataan Steve aku mengingat Leon pernah berkata bahwa kebanyakan setengah binatang berada pada level Hamba Suci, bagaimana aku bisa melupakan info penting seperti itu. Aku terlalu arogan dengan menyamakan level manusia babi serta Kroko dengan setengah binatang lain.

Saat aku sedang mengobrol dengan Steve, perang akhirnya pecah setelah salah seorang Exor tingkat Pengikut Taat dari kubu kami melancarkan serangan pada benteng tersebut. Ngomong-ngomong, semua orang yang berada pada tingkat Hamba Suci atau lebih rendah seperti diriku segera memberikan ruang yang luas untuk Exor tingkat Pengikut Taat bertarung.

Seperti kesepakatan yang telah dijanjikan, aku, Kroko dan Steve membentuk formasi segitiga sebelum menyerang ke arah musuh. Kroko berada di depan untuk menjadi perisai pertama serangan musuh pada kelompok ini.

Steve sang manusia badak berada di belakang sebelah kanan, dia bertugas memberikan serangan dadakan yang kuat untuk melumpuhkan musuh. Terakhir, aku berada di belakang sebelah kiri, aku bertugas melukai area vital lawan secara cepat saat lawan sibuk melawan Kroko dan Steve.

Jumlah penyerbu lebih banyak dibanding jumlah pembela benteng sehingga situasi unggul jumlah ini menguntungkan pembentukan kelompok kami, karena dengan jumlah yang lebih banyak maka kemungkinan kita akan diserang saat fokus pada satu target sangatlah kecil.

"Bersiaplah, target pertama kita beruang besar itu!" Steve mengomandoi kami.

"Kroko mengerti."

"Ayo kita serang."

Manusia beruang itu menyadari bahwa kami telah menargetkannya, dia dengan gagah berani melompat ke arah kami dan meluncurkan pukulan keras. Kroko menahan pukulan tersebut dengan kedua tangannya yang disilangkan. Steve segera berlari dan menubruk perut manusia beruang tersebut, pada saat itu Kroko memanfaatkan situasi untuk mengunci pergerakan Manusia beruang tersebut.

Aku memanfaatkan situasi tersebut untuk meloncat ke pundak manusia beruang lalu menusukkan tanganku kedalam lehernya. Untungnya, berbeda dengan Kroko, leher manusia beruang ini relatif lembut sehingga aku bisa menusuknya dengan catatan aku menggunakan kekuatan penuh. Manusia beruang meraung kesakitan, Kroko gagal menahannnya lagi. Dia mengayunkan tangannya berniat menangkap diriku. Untung aku melompat ke bawah lebih cepat sehingga manusia beruang itu hanya bisa menangkap udara.

"Dia tidak akan bisa selamat, ayo kita serang yang lain."

"Kau benar, sebaiknya kita tidak menunda-nunda terlalu lama."

Meskipun dia belum mati, tetapi bisa dipastikan bahwa dia sudah sekarat. Karena itu kami memutuskan untuk segera mencari target lainnya. Aku juga melihat keadaan sekitar, seperti yang di duga, kelompok penyerbu memiliki keunggulan jumlah yang mutlak sehingga kemenangan individu demi individu membuat kelompok penyerbu semakin unggul.

Namun saat aku mengira bahwa perang akan segera berakhir, sekelompok manusia burung terbang keluar dari dalam benteng. Aku membelalakan mataku ketika semua manusia burung tersebut memegang pistol laras panjang. Sialan! Aku sekali lagi lupa bahwa mereka dulunya manusia. Tentu mereka tahu bahwa beberapa jenis pistol masih efektif terutama pada kandidat Exor sepertiku yang belum benar-benar kebal terhadap senjata api.

Tanpa menunggu waktu lama, manusia burung itu menghujani medan perang dengan peluru. Aku bisa melihat perbedaan antara kandidat Exor dengan Exor tingkat Hamba Suci dengan jelas kali ini. Exor tingkat Hamba Suci mengabaikan tembakan tersebut, setiap peluru tidak bisa menembus kulit mereka. Sementara itu kandidat Exor atau Anak Dewa bisa terbunuh dengan mudah oleh peluru-peluru tersebut.

"Sialan! Ini sangat menyakitkan!"

"Beri aku perlindungan Kroko!"

"Ahh, jangan bersembunyi di bawahku manusia sialan!"

Aku memanfaatkan tubuh besar Kroko untuk menjadi dinding pelindung dari tembakan-tembakan tersebut. Kulit Kroko yang kuat sebenarnya tidak bisa menangkal peluru sepenuhnya. Tetapi setidaknya kulit Kroko membuat peluru tersebut tidak menimbulkan luka yang dalam pada Kroko. Sementara itu Steve terluka jauh lebih parah, kulitnya tidak setebal Kroko sementara itu tubuhnya terlalu besar sehingga tidak bisa bersembunyi atau menghindar dengan aman.

Aku harus melakukan sesuatu. Pada momen tersebut, aku merasa aku benar-benar harus melakukan sesuatu meskipun perang ini sebenarnya tidak berhubungan denganku. Aku mengambil sebuah pedang besar dari cengkraman mayat setengah binatang. Aku mendekat pada Kroko yang masih mengeluhkan lukanya. Sementara itu Steve sudah berlumuran darah, namun, aku masih bisa merasakan nafasnya.

"Kroko lemparkan aku pada manusia burung itu."

Kroko yang mendengarnya terkejut, dia menatapku dengan heran dan berkata, "Setelah kulempar manusia sepertimu hanya akan menjadi target empuk."

"Lakukan saja."

"Kalau kau ingin mati, ya sudah."

Kroko berdiri dan menyatukan kedua tangannya, aku menunggu momen yang tepat selama beberapa detik. Kemudian, saat salah seorang manusia burung lengah, aku melompat ke atas tangan Kroko. Kroko dengan sekuat tenaga melemparku ke langit.

Saat manusia burung yang kutargetkan lengah aku segera mengayunkan pedang dan memenggal kepalanya. Namun detik berikutnya, sebuah peluru terbang dengan kecepatan tinggi menuju jantungku. Perlahan aku merasa waktu menjadi sangat lambat, aku kemudian memblokir peluru tersebut dengan bilah pedangku. Bilah pedang tersebut retak akibat hantaman peluru.

Aku berhasil turun dengan selamat, aku kemudian merebut pistol laras panjang dari mayat manusia burung yang kubunuh. Setelah itu aku melompat ke bawah Kroko untuk sekali lagi karena beberapa manusia burung mengincarku. Dengan satu bidikan, aku membunuh satu lagi manusia burung. Aku merasakan kekuatanku tumbuh secara drastis.