Dua anak laki-laki tengah duduk di pintu kelas mereka. Mereka tengah memperhatikan Sayaka Ichinose yang tengah berjalan, di mana sepasang gunung kembar sang Guru yang berukuran besar bergoyang-goyang dengan penuh godaan.
"Paling suka kalau melihat Sayaka-sensei berjalan," kata Yuuichi Kunou.
"Gempa tektonik," balas Yuuta Toudou tertawa pelan.
"Kalau tidak ada Sayaka-sensei. Aku tidak bersemangat di sekolah. Bagaimanapun juga. Sayaka-sensei adalah penyemangat hidupku."
"Dia adalah Guru yang baik dan sangat perhatian."
Yuuichi menatap rekannya. "Perhatian apa yang kau maksud."
"Nanti kau akan memahaminya," balas Yuuti tersenyum kepada rekannya.
Ponselnya berdering. Yuuto segera membuka ponselnya, di mana ada pesan masuk dari Sayaka-sensei yang berbunyi, "Sehabis pulang sekolah. Kau dan temanmu harus ke ruanganku."
Yuuto terlihat begitu senang membaca pesan masuk dari Sayaka-sensei.
"Yuuichi. Sehabis pulang sekolah. Kita harus pergi ke ruangan Sayaka-sensei."
"Memang ada apa?" tanya Yuuichi yang terlihat heran.
"Kau akan tahu jika kita ke sana," balas Yuuta.
.
.
Bel pulang sekolah berbunyi dengan keras. Seluruh siswa berhamburan keluar dari kelasnya dengan begitu tertib. Sementara itu, Yuuta, dan Yuuichi pergi menuju ke ruang kesenian di mana Ichinose-sensei menunggu mereka.
Yuuichi terlihat begitu gugup, mengingat dia sudah membayangkan hal-hal yang liar bersama dengan Ichinose sensei. Yuuta bersikap santai, mengingat temannya belum berpengalaman bermain dengan perempuan. Apalagi bermain dengan perempuan yang lebih tua.
Kedua remaja laki-laki itu memasuki ruang kesenian. Di mana Ichinose-sensei tengah melukis untuk menunggu mereka.
"KAhirnya kalian datang juga. Padahal perempuan itu benci kalau harus menunggu lelaki," kata Ichinose dengan nada genitnya yang begitu menggoda.
"Kami baru selesai belajar, Sensei," balas Yuuta.
"Tidak masalah. Setidaknya kedatangan kalian benar-benar sesuatu yang aku tunggu." Ichinose-sensei berjalan menghampiri Yuiichi dan membelai wajah tampannya. Sang guru mencium bibirnya dengan pelan. "Jangan pernah ragu untuk bermain denganku. Karena aku ingin bermain bersama kalian. Lakukan yang terbaik dan nikmatilah tubuhku sepuas-puasnya."
Yuuichi secara tiba-tiba menggenggam kepala Ichinose-sensei dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Yuuta tidak mau kalah melihat temannya yang bersikap liar. Dia segera meremas-remas gunung kembar Ichinose-sensei dan menjilati lehernya.
Kedua remaja laki-laki itu menikmati tubuh Ichinose-sensei dengan begitu buasnya. Dari depan Yuuichi mencium bibir Ichinose-sensei, sedangkan dari belakang. Yuuta meremas-remas gunung kembar sang sensei.
Setelah selesai mencium bibir Ichinose-sensei. Yuuichi menjilati leher sang guru dan meremas-remas kedua gunung kembarnya. Sementara dari belakang, tangan kanan Yuuta mengarahkan kepala Ichinose-sensei, dna menciumi bibirnya.
Lidah Yuuta dan Ichinose-sensei saling bertautan. Kedua insan itu tengah bermain lidah, di saat Yuuichi meremas-remas gunung kembar sang-sensei.
Yuuichi membuka perlahan pakaian Ichinose-sensei, sehingga membuat Yuuta menghentikan kegiatan berciumannya. Yuuichi membuka pakaian putih lengan panjang Ichinose-sensei hingga memperlihatkan ukuran gunung kembarnya yang begitu besar.
Yuuichi begitu takjub akan betapa besarnya gunung kembar sang Sensei.
"Aku baru pertama kali melihat gunung kembar sebesar ini," ungkap Yuuichi yang sangat takjub akan betapa besarnya ukuran gunung kembar Ichinose-sensei.
"Susu Ichinose-sensei begitu lezat loh, Yuuichi," ujar Yuuta. "Bolehkah kami meminum susu langsung dari sumbernya," pinta Yuuta.
Ichinose-sensei terkekeh pelan. "Silahkan saja. Lagian aku sangat senang jika kalian mau meminum susu langsung dari sumbernya."
Kedua remaja laki-laki itu segera menggigit gunung kembar Ichinose-sensei. Perempuan dewasa berambut merah itu meringis perih ketika kedua anak laki-laki itu menggigit dadanya dengan penuh nafsu. Walaupun Ichinose-sensei merasa perih, tetapi dia juga menikmatinya.
"Setelah kalian berdua meminum susu. Jangan lupa masukkan batangmu ke dalam area vitalku, Yuuichi. Sedangkan untuk Yuuta, aku ingin menghisap batangmu hingga kamu memuncratkan cairan kental dalam mulutku."
Yuuichi segera berhenti menggigit gunung kembar Ichinose-sensei. Dia terlihat begitu bahagia akan permintaan dari sang Guru untuk memasukkan batang miliknya ke dalam area milik Ichinose-sensei.
"Dengan senang hati, sensei." Yuuichi telilhat riang gembira akan permintaan sang Sensei.
Dia segera melucuti celana dalam Ichinose-sensei dan meraba area kewanitaan sang Guru dengan tangan kanannya.
Sementara Yuuta segera membuka resleting celananya yang memperlihatkan sebuah batang yang masih muda lagi gagah, kuat, dan perkasa.
Wajah Ichinose-sensei terlihat begitu sumringah ketika sepasang matanya menatap batang kemaluan Yuuta. Lelaki itu segera memegang kepala Ichinose-sensei dan memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Ichinose-sensei.
Melihat Ichinose-sensei yang tengah mengulum batang kemaluan milik Yuuta. Dia menggerakkan kepalanya maju-mundur untuk meninkmati betapa nafsunya si Yuuta.
Yuuichi melucuti celananya sendiri. Batang kemaluannya berdiri tegak menantang. Dia memasukkan batang kemaluannya ke dalam area kewanitaan sang Sensei. Ini adalah pertama kalinya bagi Yuuichi berhubungan seks dengan seorang perempuan.
"Bagaimana Yuuicchi? Enak kan bisa berhubungan seks dengan Ichinose-sensei," tanya Yuuta.
"Tentu saja enak dan itu membuatku tidak ingin melepaskan Ichinose-sensei," jawab Yuuichi sambil terus melakukan gerakan maju-mundur di area kewanitaan Ichinose-sensei.
"Jangan serakah, Yuuichi. Aku juga mau memasukkan batang milikku ke dalam lubangnya Ichinose-sensei," balas Yuuta.
Yuuta melepaskan batang miliknya dan cairan kental berwarna putih itu muncrat dan membasahi wajah cantik Ichinose-sensei.
Sang sensei terus meringis kesakitan. Dia menahan rasa perih sekaligus menikmati berhubungan seks dengan murid lelakinya selain Yuuta.
"Yuuta benar,Yuuichi. Kau jangan serakah. Lagian kalian berdua bisa berbagi. Memngingat tubuh ini adalah milik kalian. Jadi, masukkan batangmu Yuuta, dan nikmatilah tubuhku."
Yuuichi melepaskan batang miliknya dari area kewanitaan Ichinose-sensei.
Yuuta tiduran di bawah dengan keadaan batang kemaluan yang tegak dan tegak lurus. Sementara itu, Ichinose-sensei memasukkan area kewanitaannya agar pas di tusuk oleh batang milik Yuuta yang tegak lurus.
Dari belakang, Yuuichi memasukkan batang miliknya ke dalam area kewanitaan Ichinose-sensei. Satu lubang dibagi berdua dan satu lubang dinikmati oleh dua orang.
Kedua remaja laki-laki itu mendorong dengan keras batang mereka ke dalam lubangnya sang sensei. Ichinose-sensei benar-benar merasakan sensai yang luar biasa seperti ini. Dia tidak menyangka bahwa Yuuta akan membawa temannya untuk memuaskan hasrat seksualnya.
"Aku sangat suka berhubungan seks. Terlebih dengan mereka yang lebih muda. Ini adalah sensasi yang luar biasa. Di mana dua batang menusuk area kewanitaanku. Ini adalah nikmat dunia dan aku suka berhbungan seks."
Kedua batang itu mengeluarkan cairan putih yang begitu kental dalam satu lubang dan cairan putih kental itu memasuki rahim Ichinose-sensei.
Mereka bertiga tengah bercinta sambil berdiri. Kedua batang itu masih menempel dalam satu lubang kenikmatan milik sang Sensei. Sambil menusuk lubang kenikmatan Ichinose-sensei. Kedua anak remaja itu bergantian mencium bibir seksi sang Guru kesenian, sementara kedua tangan remaja itu meremas-remas gunung kembar sang Guru kesenian.
"Apakah kau puas, Ichinose-sensei bermain dengan kami berdua? Kebetulan kami suka dengan yang gratis dan kami merasa bersyukur bisa melayani hasrat dirimu, Guru yang kami cinta," kata Yuuta.
"Walaupun aku harus berbagi denganmu. Tapi ini tidak buruk juga. Mengingat kau yang megajakku, Yuuta," balas Yuuichi.
Ichinose-sensei hanya bisa pasrah bercinta dengan kedua murid lelakinya. Dia sudah pasrah digauli oleh mereka berdua. Tetapi dia juga menikmati bercinta dengan kedua muridnya sekaligus.
Setelah kedua batang itu tidak menempel lagi. Secara bergantian, Ichinose-sensei mengulum batang kedua muridnya. Kedua tangannya memegang batang tersebut dan menjilatinya secara bergantian. Ichinose-sensei terus mengulum sehingga dirinya semakin basah oleh cairan kental berwarna putih itu.
Yuuta dan Yuuichi sudah tidak berdaya dalam melayani nafsu Ichinose-sensei. Kedua remaja lelaki itu pingsan dan tergeletak di atas kasur. Sementara Ichinose-sensei telah mencapai sebuah kenikmatan seks tiada duanya.
"Mungkin setelah ini. Aku harus bercinta dengan para murid perempuan," gumam Ichinose-sensei.