Bercandanya Kelewatan

Kalian tahu, sejak aku resmi berpacaran dengan anak ibu kosan, sedikit-sedikit ngaca. Sedikit-sedikit poles rambut. Sedikit-sedikit semprot parfum. Yah, pokoknya serba sedikit-sedikit lebay.

Aku terdiam sekarang ketika sedang menghadap cermin. Pikiranku jauh melayang pada kenangan masa lalu ketika sebelum Fadlan pergi ke negri tirai bambu.

Sisir warna biru masih lekat kupegang. Namun, benda itu hanya menganggur.

Terpikir kata-katanya yang menurutku adalah sihir paling pamungkas. Tidak, lebih tepatnya sebuah sumpah yang dia ucapkan dengan nada riang.

Saat itu dia sedang sibuk menulis list rencana PDKT. Persis duduk menghadap jendela di sampingku ini. Lalu, aku diam-diam mengintip kelakuan konyolnya dan nyeletuk mengatai Fadlan lebay.

Yang paling membuatku ingat adalah tawa renyahnya. Dia sama sekali tak peduli dengan ejekanku, justru dengan bangga menunjukkan isi list itu tanpa ia tahu aku sudah melihatnya lebih dulu.