Fadlan Mau Nembak

Pacar kamu. Pacar kamu. Pacar kamu.

Kata itu terngiang di telinga. Makanan yang menggantung sejajar dengan perut hampir terjatuh tatkala tangan yang memegangi plastiknya melemas.

Sungguh, aku sangat kesulitan bernapas. Jangankan untuk berlari merebut ponsel, rasanya kakiku bagai sedang dirantai. Sulit digerakan.

Apa-apaan ini? Bukannya tadi dia tidur? Kenapa sekarang malah ....

“Gam!”

Seruan itu mengaburkan seluruh pikiran gelisahku. Sedikit tersadar, ternyata Fadlan kini telah berdiri tepat di depan mata.

Kupindai tangannya teliti. Itu dia. Memang ponselku.

“Tegang banget,” ucap Fadlan sembari menepuk bahuku. Ponselnya! Barikan ponselnya!

“Aku tidak seberengsek itu, yang main buka-buka chat orang. Ini, cuma tadi lihat kelip-kelip di meja, jadi aku lihat. Eh, malah nemu nama ‘Pacar’ di notifikasi layar.”

Fadlan tertawa kencang. Sementara aku masih loading. Maksudnya? Jadi, dia belum tahu soal hubunganku dengan Vivi?