Sudah Terlambat

Malam ini terasa hening meski Fadlan sudah kembali pada kehidupanku. Rasanya beda. Biasanya dia selalu rusuh kapanpun dan di manapun.

Entah karena dia baru saja kembali ke sini, hingga belum membiasakan diri lagi agar seperti dulu? Ataukah dia terlalu lelah meski hanya sekadar untuk mengobrol?

Dari tadi dia terus diam. Dan dalam kesempatan ketika aku mencuri pandang, Fadlan selalu sedang menatapku tajam. Namun, dia pasti segera membuang muka ke lain arah.

Hm, semua pikiran-pikiran ini membuat aku gila sampai sulit untuk tidur walau sedari tadi sudah memejamkan mata rapat-rapat.

“Gam, udah tidur?”

Mata ini refleks terbuka, kepala menoleh ke kanan. Di bawah cahaya tamaram yang terpancar dari lampu tidur berwarna kekuningan aku melihat Fadlan menatapku sembari terbaring.

Wajahnya tampak lelah. Lihatlah mata yang merah itu. Maksudku, kenapa dia tidak istirahat?