Sehari setelah pertemuan dua keluarga Shelyn dan Reno....
Pagi itu Shelyn tampak ceria saat sampai di ruang kelasnya. Dia sibuk memandangi smartphone namun sesekali tampak tersenyum saat membuka gallery foto di dalam handphone. Clara yang merupakan sahabatnya merasa keheranan melihat sahabatnya ini tiba-tiba merasa sangat bahagia.
"Shel, ada berita apa nih. Kok kayaknya happy banget." Ucap Clara penasaran.
"Gue...gue barusan dijodohin." Ucap Shelyn yang membuat Clara tercengang.
"Dijodo.... dijodohin??? Elu serius?" tanya Clara memastikan.
Clara merasa sangat heran biasanya kalau orang dijodohin itu kalau mereka nggak seneng pasti bakal kesel atau marah, ini malah tiba-tiba Shelyn bilang dijodohin dan kayaknya dia happy banget.
"Iya.. gue serius lah...masak bohongan." Balas Shelyn meyakinkan sahabatnya.
"Seriusan? Ganteng nggak? Kok bisa dijodohin??" lanjut Clara makin penasaran.
"Bentar dong..satu-satu pertanyaannya." Balas Shelyn menenangkan Clara yang antusias bertanya mengenai perjodohan.
"Teeeeeeeeeeeeeet...Teeeeeeeeeet" tiba-tiba bel masuk berbunyi.
Belum sempat Clara mau bertanya lebih jauh, pelajaran pun dimulai. Dia harus menahan penasaran hingga nanti saat jam istirahat. Ada banyak pertanyaan yang ingin Clara tanyakan pada sahabatnya, Shelyn. Karena tak biasanya Shelyn bahagia banget pagi-pagi. Dan baru kali ini juga dia melihat sahabatnya ini antusias mengenai masalah cowok. Biasanya setiap ada cowok yang mencoba mendekatinya, Shelyn bakal menolaknya secara halus.
Beberapa jam kemudian...
Clara dan Shelyn sudah sampai di kantin dan memesan makanan untuk makan siang. Clara yang sudah tak sabar mendengar penjelasan sahabatnya mengenai perjodohan pun mulai menanyakan banyak hal saat mereka selesai makan.
"Gimana.. Gimana Shel.. masalah perjodohan?" ucap Clara memulai pembicaraan.
"okay.gokay.. gue jelasin...Gini ceritanya.. semalem gue diajakin makan malem sama Papa. Trus gue ketemu sama cowok yang katanya bakal dijodohin sama gue." Ucap Shelyn dengan tenang menjelaskan peristiwa semalam.
"Elu nggak lagi bercanda kan? Hari gini masih ada namanya dijodohin?" ucap Clara masih tak percaya.
"Gue serius, Clar. Masak gue bercanda. Masak elu nggak percaya sama gue??" Ucap Shelyn sembari tersenyum.
"Gimana gue nggak percaya, Orang mah biasanya dijodohin itu panik atau bahkan nggak suka. Eh ini anak malah senyum-senyum sendiri." Balas Clara keheranan.
"sebenarnya terlepas masalah perjodohan, semalem gue ketemu seseorang yang dijodohin sama gue itu. Dan entah kenapa kok gue ngerasa ada yang beda di hati gue dan bikin gue happy kayak gini." Lanjut Shelyn yang membuat Clara semakin penasaran.
"Beda gimana maksud elu Shel? Jangan-jangan elu kena First Sight yaaaaa?" ucap Clara tiba-tiba.
"First Sight? Maksud elu, gue suka dari pandangan pertama?? Kok bisa elu bilang gue ini first sight. Gue kan baru kenalan, masak tiba-tiba langsung suka." ucap Shelyn yang memastikan ucapan sahabatnya ini.
"Iyalah.. pandangan pertama. Abisnya gue liatin sepanjang hari ini senyum-senyum mulu." Balas Clara sedikit paham dengan keseharian Shelyn.
"Hmm..Kayaknya nggak deh, masak gue udah suka padahal baru sekali ketemu, lagian gue nggak pengen suka sama cowok yang dijodohin sama gue." Balas Shelyn mengelak.
"Percaya deh sama gue.... beberapa minggu lagi elu bakal ngomong lain." Ucap Clara yang tahu banget sifat Shelyn kalau dia jatuh cinta.
"Udah aah...gue nggak mau mikirin yang terjadi nanti. Lagian kita baru aja kenalan. Mana mungkin bisa langsung suka." Ucap Shelyn yang masih menyangkal perasaannya.
Meskipun Shelyn tinggal lama di Australia, Shelyn dan Clara sudah bersahabat sejak kecil. Mereka sama-sama satu sekolah tk, hingga saat awal sekolah menengah pertama, Shelyn pindah ke Brisbane dan baru kembali saat mereka bersekolah di kelas sebelas SMA. Kadang-kadang, jika musim liburan musim panas tiba, Shelyn akan kembali ke Jakarta untuk mengunjungi Clara dan liburan disini.
Sehingga Clara paham betul apa yang Shelyn suka dan tidak suka serta tingkah laku Shelyn jika suka terhadap seseorang. Meskipun Shelyn kadang tidak menyadari perasaannya sendiri.
❄❄❄
Seminggu setelah kejadian di Museum....
Sudah hampir seminggu kaki Shelyn diperban karena cedera pada kakinya. Dia masih dapat menjalankan aktivitas seperti biasanya meskipun dia tak bisa mengikuti pelajaran olahraga di sekolahnya dengan maksimal karena ada masalah dengan kakinya.
"Gimana kaki elu Shel, masih sakit?" tanya Clara sembari makan semangkuk bubur ayam di kantin SMA Victory.
"Lumayan sih, udah enakan. Besok gue mesti balik ke rumah sakit buat ngelepas ini perban, sekalian check apakah sudah pulih atau belum." Lanjut Shelyn menjelaskan.
"Syukurlah kalau gitu. Keinget seminggu kemarin, semua pada heboh nanyain elu. Abisnya tiba-tiba elu masuk tapi sambil tertatih-tatih jalannya." Ucap Clara yang mengingat peristiwa seminggu lalu.
"Iya..sorry..sorry bikin kalian semua khawatir. Gue juga nggak tau bakalan kayak gini. Pas Gue di museum waktu itu, beneran nggak tau ada lubang. Eh gue lewatin pas di lubangnya dan Jadinya gue jatuh dan terkilir. " balas Shelyn menceritakan kejadian di museum.
"Ya Ampun Shel... elu mesti hati-hati..disana ada yang nolongin nggak? Emang cowok yang bareng sama elu nggak nolongin elu pas elu jatuh?" ucap Clara penasaran.
"Dia udah jalan terlalu jauh.. tapi ada pengunjung yang nolongin gue dan bawa gue ke pinggir biar lebih aman. Dan dia dateng nolongin gue sekitar sepuluh menit. Katanya dia nyari-nyari gue dan nggak ketemu." Ucap Shelyn menjelaskan.
"Tapi parah juga tuh cowok, masak ngajak cewek jalan, tapi malah ditinggalin." Ucap Clara agak kesal melihat sahabatnya terluka.
"Iya juga sih. Tapi mau gimana lagi Clar.. gue tahu kalau dia sebenarnya agak nggak suka dijodohin kayak gitu. Dan terpaksa ngajak jalan gue karena orang tuanya. Tapi gue..." ucap Shelyn yang tiba-tiba menghentikan kalimatnya.
"Katanya elu nggak bakalan suka sama yang dijodohin sama elu.. bukannya elu baru ketemu dua kali yaa?" balas Clara terheran mengapa sahabatnya ini terlihat mulai suka dengan calon yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
"Maunya gitu, Clar.. gue juga berpikir, hari gini masih dijodohin? Bener-bener nggak masuk akal. Elu tahu kan gue tinggal di Aussie selama lima tahun juga nggak ada yang namanya dijodoh-jodohin. Tapi pas tiba-tiba Papa ngajak kembali tinggal di Jakarta, eh tiba-tiba gue diajakin makan malem dan ketemu cowok pilihan Papanya, gue ngerasa ada sesuatu yang muncul tiba-tiba dalam hati gue." Lanjut Shelyn menjelaskan.
"Emang orangnya cakep banget sampe elu terpesona gitu. Shel... elu tahu kan elu juga cantik banget. Sudah berapa banyak cowok di Sekolah yang nembak elu dan elu tolak.." ucap Clara penasaran.
"Kalau gue bilang sih lumayan sih anaknya. Ya mau gimana lagi Clar.. belum ada yang sreg di hati gue. Lagian kan gue juga udah dijodohin. Gue nggak pengen aja, gue suka sama orang lain sementara ada orang yang udah dijodohin sama gue." Lanjut Shelyn menjelaskan.
"elu suka kan sama dia??" ucap Clara tiba-tiba.
"sama orang yang dijodohin sama gue?" balas Shellyn memastikan.
"Ya, sama sapa lagi? Gue liatin elu banyak ngomogin tuh anak soalnya." Ucap Clara yang tahu sekali dengan perilaku sahabatnya karena biasanya Shellyn jarang ngobrolin cowok.
"Gue... gue nggak tau Clar... gue sendiri masih belum tahu perasaan gue ini apa bener gue suka sama dia secara ketemu aja baru dua kali." Ucap Shelyn sembari merenung.
"Ya udah... jalanin aja dulu. Yang penting elu jangan terlalu mikirin tuh anak. Ntar kalo beneran suka, gue takut elu ntar bakal sakit hati jika dia nggak nerima cinta dari elu, Shel..elu tau kan masih banyak cowok di luar sana yang bakal langsung nerima elu kalau elu bilang suka. Buat apa nyari cowok yang nggak peduli sama elu. Lepasin aja." Lanjut Clara memberikan saran pada sahabatnya.
"Iya Clar...gue tahu itu...Gue bakal pikir lagi, Clar.. makasih atas sarannya." Ucap Shelyn yang juga ikut merenungkan perkataan sahabatnya apakah dia harus melanjutkan perjodohan ini atau mulai mundur dan mencoba menemukan cinta sejatinya sebelum dia mulai jatuh cinta pada Reno.
❄❄❄
Keesokan harinya...
Sabtu pagi, Shelyn bangun lebih pagi dari biasanya. Hari ini dia mau ke dokter sekaligus melepas perban yang ada di kakinya. Rasanya sudah tak sabar untuk berjalan seperti biasa. Pukul sembilan pagi, Shelyn sudah bersiap menuju rumah sakit pagi itu. Rencananya dia akan dibantu sopir pribadi keluarga yang akan mengantarkannya ke rumah sakit. Kebetulan hari sabtu dan minggu adalah hari libur sekolah, sehingga Shelyn akan kesana tanpa harus memikirkan ketinggalan pelajaran karena tidak bisa bersekolah untuk control ke dokter.
Namun saat dia bersiap menaiki mobil di depan rumahnya, tiba-tiba ada sebuah mobil berwarna hitam gelap yang familiar muncul di depan rumahnya. Selang beberapa menit kemudian ada seorang yang keluar dari balik kemudi mobil.
"Renoooo? Ngapain kamu kesini? Tumben banget." Ucap Shelyn yang kaget sekaligus senang karena cowok yang tak pernah duga muncul dihadapannya.
"Aku kesini karena mau nganterin kamu ke rumah sakit. Kebetulan mama denger kamu sakit saat kita jalan-jalan ke Museum. Dan nyuruh aku buat nganterin kamu. Kamu udah siap kan?" ucap Reno menjelaskan maksudnya ke rumah Shelyn.
"Iya, aku udah siap.." ucap Shelyn sembari menggangguk mengerti.
"okay..kita naik mobil aku aja.." ucap Reno sembari mengajak Shelyn menuju mobil yang dia bawa pagi itu.
Meskipun Reno datang karena disuruh orang tuanya untuk menemani Shelyn, entah mengapa, dia merasa bahagia karena dapat melihat Reno kembali.
"Shel... Shelyn udah siap belum?" tanya Reno saat di bangku kemudi mobil sembari menyalakan mobilnya.
"Oh iyaa.. ayo kita berangkat." Balas Shelyn setelah melamun beberapa saat, dia masih tak menyangka Reno akan datang ke rumah dan menemaninya ke rumah sakit.
Setelah memakai sabuk pengaman dan menyalakan mobil, Reno dan Shelyn menuju ke rumah sakit. Perjalanan ditempuh sekitar tiga puluh menit. Mereka harus mengalami sedikit kemacetan karena hari ini merupakan akhir pekan.
Pagi itu rumah sakit yang mereka kunjungi sudah cukup ramai dengan pasien yang akan berobat ke rawat jalan. Sebagian dari mereka telah mengantre sejak pagi karena jika datang kesiangan takutnya tidak kebagian antrean. Rumah sakit itu cukup luas dan memiliki alat-alat yang canggih serta salah satu yang terbesar di Jakarta.
Sehingga tak heran, rumah sakit ini menjadi pilihan untuk pengunjung yang ingin berobat baik rawat jalan maupun rawat inap. Dokter dan pegawai rumah sakit juga terkenal ramah dan menguasai beberapa bahasa asing, sehingga banyak juga orang asing yang berobat disana.
Setelah mengantre di bagian ortopedi rawat jalan, tiga puluh menit kemudian mereka menemui dokter dan kata dokter, Shelyn sudah boleh melepas perban yang melekat di kaki kanannya. Shelyn pun merasa sangat bahagia pagi itu. Rasanya sudah lama sekali dia berjalan dengan bebas tanpa perban.
"Ren..aku udah boleh lepas perban.." ucap Shelyn berteriak senang.
"Iya...syukurlah kalau gitu." Balas Reno yang dia tak sadari mulai tersenyum melihat tingkah Shelyn.
Setelah dilepas perbannya, Shelyn akhirnya bisa berjalan seperti biasa. Senyum mengembang di bibir Shelyn setelah dia mencoba berjalan. Mereka pun akhirnya berjalan ke luar rumah sakit dan bersiap pulang.
"Kamu lapar nggak, Shel?" tanya Reno tiba-tiba.
"Lumayan sih.. "ucap Shelyn sembari bersiap untuk pulang.
"Ya udah.. deket sini, ada cafe. Yuk kita kesana dulu." Ajak Reno yang membuat Shelyn sedikit keheranan.
Tak biasanya Reno akan perhatian dengan menanyakan dia lapar atau tidak. Dan tak biasanya dia juga tak cuek seperti saat di Museum.
"Ah.. mungkin karena disuruh orang tuanya..." ucap Shelyn dalam hati.
Dia tak ingin berpikir banyak mengenai sikap Reno padanya dan memilih fokus mengikuti Reno berjalan menuju Cafe, karena dia sudah cukup lapar siang itu.
Setelah berjalan ke rumah sakit, Reno dan Shelyn mampir ke Cafe dekat rumah sakit untuk membeli sandwich dan segelas ice Americano serta Avocado Juice. Cafe tersebut cukup besar dengan warna pastel di dindingnya dan dihiasi dengan berbagai pernak-pernik dan bingkai foto dengan beberapa tulisan menarik.
"Aku tak menyangka kita akan menemukan cafe yang imut kayak gini." Ucap Shelyn yang merasa puas saat diajak Reno makan di cafe tersebut.
"oh ya? Beneran bagus?" tanya Reno yang tak menyangka Shelyn akan menyukai cafe yang mereka kunjungi padahal mereka baru pertama kali mereka kesana.
"So Good!" balas Shelyn sembari memberikan dua jempol pada Reno.
"Drrrrt.....drrrrtt...drrrttt..." tiba-tiba saat mereka selesai makan, ada seseorang yang menghubungi Reno.
Tampak ada nama Jack yang muncul di layar smartphone Reno. Dia pun segera bergegas mengambil smartphone yang dia letakkan dia atas meja tempat dia duduk bersama Shelyn.
"Bentar ya Shel.. gue angkat telepon sebentar." Ucap Reno yang berdiri agak menjauhi dimana Reno dan Shelyn duduk di cafe itu.
"Iya..silahkan Ren.." ucap Shelyn menyilahkan Reno untuk menjawab telepon dari temannya.
"Halo Jack.. ada apa elu tiba-tiba nelpon gue?" tanya Reno saat mengangkat telepon dari sahabatnya Jack.
Elu lagi dimana sekarang?" tanya Jack penasaran.
"gue abis nganterin Shelyn ke rumah sakit." Jawab Reno
"Elu masih peduli sama Reina kagak?" tanya Jack tiba-tiba.
"maksud elu? Ya masih lah.. ini kan karena gue harus ngikutin apa yang diomongin sama ortu gue buat jagain shelyn karena dia lagi sakit. emang ada apa sama Reina?" tanya Reno penasaran.
"Reina masuk rumah sakit. Elu mau nengokin nggak?" ucap Jack penasaran.
"Hah????kapan?? di rumah sakit mana?" tanya Reno panik.
"Ntar gue chat aja. Gue nggak enak ngganggu acara date elu sama Shelyn." Ucap Jack tiba-tiba.
"Hah? Date apaan? Elu jangan bercanda ah, Jack. Ya udah ntar kita ketemu di rumah sakit aja." Ucap Reno mengakhiri pembicaraannya dengan Jack.
"Okay..sampai ketemu di rumah sakit." Balas Jack yang juga menutup teleponnya.
Kemudian Reno kembali ke tempat dia duduk dan melanjutkan makan siangnya.
"telepon dari siapa Ren?" tanya Shelyn penasaran.
"Oh..dari temen gue, Jack." Ucap Reno sembari melanjutkan makannya.
"Oh.. gitu... kayaknya tadi serius banget, dia nggak papa kan?" tanya Shelyn tiba-tiba.
"Oh..nggak kok.. he's allright.. don't worry!" balas Reno memastikan agar Shelyn tiidak khawatir.
Setelah selesai makan, Reno langsung mengantarkan pulang Shelyn. Shelyn sebenarnya agak curiga karena Reno sedikit meningkatkan kecepatannya saat menyetir. Namun dia tak bisa bertanya lebih jauh, karena Reno hanya menjawab pertanyaannya saat di cafe dengan tidak terjadi apa-apa.
Shelyn pun akhirnya pulang dan langsung kembali ke kamarnya untuk berisitirahat. Dalam pikirannya sebenarnya shelyn masih penasaran apa yang terjadi pada Reno. Karena dari jauh dia sedikit mendengar percakapan Reno dengan temannya tentang rumah sakit dan ada yang sakit. Namun dia tak bisa mendengar lebih lama karena Reno tak menceritakan apa yang terjadi.
❄❄❄
Keesokan harinya...
Shelyn tampak memandangi layar smartphone yang dibawanya saat istirahat di sekolahnya berharap seseorang yang dipikirkannya menghubungi Shelyn siang itu. Entah mengapa sepanjang hari itu dia memikirkan sikap Reno padanya. Dari yang awalnya perhatian hingga saat mereka pulang dan mengantarkan Shelyn ke rumah, dia tergesa-gesa pergi. Ada apa sebenarnya.
"Shel..jangan ngelamun aja.." ucap Clara yang membuat Shelyn tiba-tiba sedikit kaget.
"Eh.. elu Clara.. kirain siapa.." balas Shelyn saat melihat Clara yang udah duduk di sampingnya di kursi kantin.
"Iya.. ini gue. Abisnya tadi di kelas, gue cariin elu udah nggak ada. Nggak taunya elu ada disini. Elu masih nungguin orang yang mau dijodohin sama elu ya?" ucap Clara yang sejak tadi mengamati sahabatnya sibuk memandangi smartphonenya.
"Sorry... sorry.. gue tadi abis dari nganterin tugas ke ruang guru langsung ke kantin. Iya, gue berharap dia mulai peduli sama gue. Tapi..." Ucap Shelyn pelan.
"Tapi apaan?" tanya Clara yang mulai penasaran dengan penjelasan dari Shelyn.
"Sepertinya dia udah suka sama orang lain." Ucap Shelyn tiba-tiba.
"Elu udah liat orangnya?" lanjut Clara yang mengamati wajah sahabatnya yang mulai sendu.
"nggak. Tapi feeling gue berkata gitu.." ucap Shelyn pelan.
"Ya udah Shel.. mending elu nggak usah mikirin lagi tuh cowok kalau dia beneran udah suka sama orang lain. Lagian... masih banyak kok cowok yang suka sama elu. Daripada elu nanti bakal sakit hati karena tuh cowok. Mendingan berhenti deh sebelum terlambat. " saran Clara yang membuat Shelyn berpikir dalam-dalam.
"Clar.. tapi gue.. kayaknya mulai suka sama dia.." balas Shelyn yang akhirnya mengakui perasaanya.
"Shelyn..Shelyn.. gue bilangin juga apa.. mending elu lupain tuh cowok deh.. mumpung masih awal. Gue takut elu sakit hati Shel.... apalagi dia katanya cuek banget sama elu. Gue takut elu bakal makan hati mulu." Lanjut Clara yang mulai khawatir mengenai perasaan Shelyn pada Reno yang semakin mendalam.
"Gimana dong Clar... gue mesti gimana...." ucap Shelyn yang tiba-tiba meneteskan air matanya.
Shelyn sebenarnya tahu dia akan mengalami namanya cinta bertepuk sebelah tangan jika terus memikirkan Reno. Karena dia tahu Reno tak akan membalas perasaannya. Namun hati dan pikirannya entah kenapa tak bisa sehati.
Dalam pikirannya mengatakan untuk berhenti mikirin Reno dan lebih baik cari yang lain. Sedangkan di dalam hatinya mengatakan untuk tetap bertahan, siapa tahu nanti Reno akan mulai peduli padanya. Dan mulai menyadari keberadaannya bukan hanya sebagai cewek yang akan dijodohkan padanya melainkan seseorang yang dia akan suka.
Mungkin benar kata Clara waktu itu, dia beneran ngalamin namanya first sight. Saat pertama kali melihat Reno dan itu adalah pertama kali dalam hidupnya dia merasakan namanya jatuh cinta.
❄❄❄