Beberapa jam kemudian..
Udara pagi yang sejuk mengiringi langkah Reina pagi itu. matahari pun telah menampakkan cahayanya dan menyapa pagi dengan senyumannya yang ceria. Tak berapa lama Reina telah siap di dalam mobilnya. Sesuai dengan rencana awal, Reina akan pergi ke kota tua.
Di akhir pekan seperti saat ini biasanya banyak wisatawan yang berkunjung ke Kota Tua. Dia berharap dengan mengamati orang yang datang ke sana akan menambah inspirasinya dalam membuat desain untuk lomba fashion desain di kampusnya.
Pagi itu Reina pergi sendirian menuju kota Tua. Dia sengaja tak mengajak kedua sahabatnya karena ingin menemukan ide untuk desain yang harus dia buat. Setelah memarkirkan mobilnya, Reina pun mulai berjalan sendirian menyusuri kota Tua.
Kota Tua sangat indah dengan gaya arsitektur yang masih khas dan banyak pengunjung tampak menikmati suasana kota tua dengan berfoto maupun duduk-duduk santai sembari menikmati makanan yang dijajakan oleh para pedagang kaki lima.
Jalanan kota tua yang semakin ramai dipadati pengunjung mengingatkannya kembali saat pertama kali dia datang ke Jakarta. Saat dia pertama kali berkunjung kesini bersama kedua sahabatnya sewaktu SMA. Semua ingatan begitu jelas saat tiba-tiba mereka bertemu dengan kak Jihoo.Seorang yang pernah mengisi hatinya dan juga sekaligus menjadi cinta pertamanya.
"kenapa tiba-tiba ingetnya kak Jihoo sih,, sudah tiga tahun berlalu kenapa masih kamu inget sih, Reina..jeongshin charyeo," gumam Reina sendirian.
Reina pun berusaha menepis kenangan itu. baginya yang terpenting saat ini adalah mencari inspirasi mengenai desain untuk lomba fashion desain di kampusnya dan juga hubungannya dengan Reno. Reina pun kembali mengamati pakaian demi pakaian yang dikenakan oleh pengunjung wisata Kota Tua. Semua terlihat beragam dan membuatnya menemukan ide untuk karya desainnya.
Setelah beberapa lama dia berjalan, Reina mampir ke salah satu cafe dan membeli segelas ice lemon tea untuk menghilangkan haus karena telah berjalan seharian mengamati pengunjung kota tua. Tak berapa lama dia pun mengeluarkan sebuah buku gambar dan mulai menggambar sketsa desain model beserta pakaian yang digunakan.
"Ini dia!" ucapnya sembari memegang buku gambar yang ada di atas meja. Reina pun tersenyum saat desain itu selesai.
Dia pun kemudian segera berjalan menuju mobil yang dia parkir beberapa jam yang lalu dan segera mengemudikan mobilnya menuju rumah. Reina pun kemudian menuju sebuah ruangan yang keluarganya sebut mini gallery, teman dia dan adiknya Jefry biasa melukis.
Reina pun segera mengambil buku gambar ukuran A3 yang diletakkan di atas rak-rak buku tempat biasa keluarga Reina meletakkan buku gambar dan beberapa peralatan untuk melukis. Dia pun segera meletakkan selembar kertas ukuran A3 di atas easel tempat biasa dia meletakkan kanvas maupun lembaran kertas untuk menggambar.
Goresan demi goresan pensil hampir memenuhi halaman kertas saat Reina berada di mini gallery tersebut. Setelah membuat sketsa desain dengan pensil, Reina pun mewarnainya dengan kuas secara perlahan. Pandangannya fokus melihat campuran warna di atas palletenya dan menuangkannya dengan kuas di atas kertas.
❄❄❄
Beberapa minggu kemudian...
Reina pun berjalan pelan menuju ruang Hall Art & Design, tempat dia harus mengumpulkan karyanya untuk lomba fashion design. Ada rasa lega karena akhirnya dia bisa menyelesaikan desain pertamanya untuk disertakan lomba namun juga ada rasa cemas karena dia takut designnya mengecewakan dewan juri.
Setelah ragu-ragu dalam mengumpulkan desain itu, akhirnya dia tiba di lokasi pengumpulan dan menyerahkan karya desainnya untuk lomba fashion desain di kampusnya.
"Reina...kamu pasti biasa..fighting!" gumam Reina sesaat setelah mengumpulkan karya desainnya.
Setelah berjalan ke ruang Hall Art & Design, Reina pun kemudian berjalan menuju kafetaria yang tak jauh dari gedung kampusnya. Dia ingin membeli segelas minuman untuk menyejukkan pikirannya. Di pikirannya saat ini dia berharap karya desainnya dapat menjadi salah satu yang dipilih dan penilaian yang baik dari dewan Juri.
Setelah menenangkan pikirannya, Reina pun kemudian duduk di sekitar taman yang terletak di tengah kampus. Disana disediakan banyak kursi taman yang sering digunakan para mahasiswa untuk belajar atau sekedar duduk santai menikmati taman yang rindang.
Dia pun mulai membuka smartphone yang dia simpan di dalam tas selempang kecil, Reina kemudian mencoba menghubungi Reno. Namun tak ada jawaban hingga beberapa waktu dia menunggu. Dia mulai mencoba menulis pesan untuk Jefry. Sudah beberapa hari ini dia tak ada kabar semenjak acara festival seni minggu lalu.
Meskipun awalnya Reina berniat tak ingin membalas pesan Reno saat itu karena kesal, namun keesokan harinya setelah acara festival berakhir, dia membalas pesan namun Reno tak membalas pesannya lagi. Sebenarnya apa yang terjadi padanya. Mengapa dia tak ada kabar. Apakah mungkin ini adalah suatu tanda jika mereka sudah tak bisa bersama. Entahlah..
Reina pun mencoba menghubunginya sekali lagi, berharap Reno segera mengangkat telepon darinya. Namun hanya operator telepon yang menjawabnya sekali lagi.
"Reno.. sebenarnya kamu ada dimana dan mengapa tak jawab teleponku." Gumam Reina sembari memandang pesan terakhir darinya untuk Reno.
Dia tak ingin hubungannya tanpa kejelasan. Mengapa Reno pergi tiba-tiba dan membuatnya memikirkannya seperti ini.
"Reno.. kamu dimana sebenarnya.." ucap Reina pelan.
❄❄❄
Beberapa minggu kemudian..
Siang itu Reina terlihat kelelahan di ruang studi klub FORYOu, karena dua hari ini dia bolak-balik Jakarta Bandung untuk ngurus sponsor acara Festival Music Akhir Tahun di kampusnya. Ya, keterlibatannya di festival seni kemarin membuatnya diajak bergabung dalam kepanitiaan Festival Music Akhir Tahun.
Reina juga semakin di kenal oleh mahasiswa di kampusnya khususnya adik tingkat. Selain karena parasnya yang cantik, dia juga merupakan mahasiswa seni idola di kampusnya. Mereka sangat kagum karena Reina sangat aktif baik di kegiatan study klub maupun acara kemahasiswaan.
Kepopulerannya bahkan terdengar di kampus sebelah sehingga ketika ada acara kampus seperti festival yang terbuka untuk umum membuat mahasiswa dari kampus lain berdatangan untuk melihat cantiknya Reina.
"Kak Rei.. mending kakak segera pulang dan istirahat, biar ruangan study klub hari ini kita yang rapiin." Ucap Aldi, adik tingkat yang juga satu study klub dengannya.
"Nanggung Di, udah di kampus juga.. nanti dah..abis selesei kita ngerapiin ruangan ini, kakak pulang." Ucap Reina yang mulai merapikan ruang study klubnya.
Beberapa hari ini ruang study klub FORYOu memang sedikit berantakan karena terbitan majalah untuk awal bulan depan sudah dicetak dan siap dibagikan. Selain itu mereka juga bersiap meliput kegiatan festival music akhir tahun sehingga banyak kertas materi untuk persiapan peliputan yang ada di ruangan.
Meskipun sedikit kelelahan, Reina membantu teman-teman satu study klubnya membersihkan dan merapikan ruangan. Sehingga minggu depan majalah FORYOu sudah siap dibagikan dan peliputan acara festival juga berjalan dengan lancar.
❄❄❄
Tiga hari kemudian...
Hari itu hari yang ditunggu Reina karena hari itu adalah pengumuman pemenang lomba fashion design di kampusnya. Reina yang masih kuliah seperti biasa pagi itu terlihat cemas menunggu pemenang lomba. Meskipun dia harus fokus mengikuti mata kuliah pagi itu, pandangannya tak lepas dari layar smartphone di atas mejanya.
Dia ingin segera membuka website resmi kampus untuk melihat pemenang lomba design yang dia ikuti tiga minggu lalu.
"Rei..ikut gue yuk.." ajak Jehan tiba-tiba saat mata kuliah hari itu selesai.
"Mau kemana emangnya?" tanya Reina penasaran.
"Kita ke Cinema Gallery yuk.. hari ini ada pameran lukisan disana. Katanya yang dipamerkan kali ini karya lukisan dari penjuru dunia. Dan hari ini adalah hari terakhir mereka menggelar pameran lukisan di Jakarta." Ucap Jehan menjelaskan pada Reina yang sedang berkemas.
"Hmm.. boleh juga. Aku jadi penasaran mau lihat." Ucap Reina bersemangat.
Mereka pun kemudian pergi menuju Cinema Gallery yang terletak sekitar lima belas menit dari kampusnya. Di depan gallery ternyata telah banyak pengunjung yang mengantre untuk melihat pameran lukisan yang diselenggarakan Greatl Gallery bekerja sama dengan gallery lokal di beberapa negara.
Great Galley merupakan salah satu gallery legendaris di dunia internasional yang telah memamerkan lebih dari sepuluh ribu lukisan dari lebih dari seribu seniman. Pusat gallery ini sendiri berlokasi di London. Gallery ini telah berdiri sekitar dua puluh tahun dan telah mendapat pengakuan dari mancanegara.
Tahun ini mereka menggelar world tour lima puluh karya seni dari tiga puluh seniman lukis yang belum pernah mendapat pengakuan internasional dan diambil dari seniman lokal beberapa daerah di beberapa negara.
Pameran lukisan ini juga bertujuan meningkatkan minat pengunjung dalam hal lukisan dan memperkenalkan seniman baru di kalangan penikmat seni rupa.
Reina yang merupakan mahasiswi jurusan art dan design serta memiliki hobby melukis di rumah bersama adiknya sangat antusias diajak Jehan, teman kampusnya ke Gallery ini. Meskipun mereka harus mengantre sekitar lima belas menit, Reina masih bersemangat dan tak sabar untuk masuk ke dalam gallery.
"Rei.. Sorry... kayaknya kita mesti ngantre sedikit lebih lama." Ucap Jehan tak enak karena mereka harus mengantre masuk ke dalam gallery.
"Tidak apa-apa Jehan. It's okay." Balas Reina santai.
"Tadinya aku udah nyoba ticketing di hari pertama, namun ternyata sudah sold out dan berhasil di hari ini. Itu pun hari ini hari terakhir pameran ini di Jakarta. Heran juga. Kenapa sih promotornya nggak menggelar waktu pameran lebih lama. Masak cuma dua hari. Udah tahu Great Gallery yang ngadain. Pasti banyak yang dateng." Ucap Jehan keheranan.
"Udah-udah.. nggak papa.. lagian udah lumayan sih ada waktu dua hari. Tadi aku lihat di katalog, jadwal negara lain ada yang Cuma satu hari. Dan mereka Cuma menggelar tour ini hanya lima puluh hari di dua puluh negara. Nggak kebayang ribetnya kayak gimana. Daripada kita berdebat mending kita segera masuk. Tuh antreannya sudah mulai renggang." Ucap Reina berusaha menenangkan Jehan.
"Oh iya.. bener kata-katamu.. aku kita segera masuk." Ajak Jehan yang tiba-tiba bersemangat.
Mereka pun kemudian satu persatu mengamati lukisan demi lukisan dan membaca informasi lukisan itu baik judul maupun pelukisnya. Ada sekitar lima puluh lukisan dengan tema yang berbeda. Mereka sangat bersemangat dan bahagia karena bisa datang di pameran lukisan ini.
Saat mengamati beberapa lukisan di dalam gallery, pandangan mata Reina tertuju pada sebuah lukisan dengan judul First Snow yang dilukis oleh pelukis bernama Snow. Lukisan itu menggambarkan tentang pemandangan first snow di Seoul, Korea. sebuah kota yang asing namun familiar di telinga Reina karena adiknya sekarang menjadi seorang trainee idol disana.
Entah mengapa saat melihat lukisan First Snow disana ada damai yang Reina rasakan. Dia pun kemudian mengamati lukisan selanjutnya yang juga dilukis oleh pelukis yang sama. Lukisan itu diberi judul Summer. Sebuah hal yang sedikit berlawanan dengan lukisan pertama.
Di lukisan kedua, dia merasakan kehangatan musim panas. Sebuah pemandangan sunset di Han River beserta dengan aktivitas pengunjung yang menikmati musim panas disana dan membuatnya ingin kembali ke Korea.
"Rei.. Reina.." panggil Jehan yang membuyarkan lamunan Reina mengenai kedua lukisan itu.
"Oh iya.. Jehan.." ucap Reina tiba-tiba.
"kamu nggak papa kan?" tanya Jehan cemas.
"Aku nggak papa kok. By the way.. lukisan-lukisan ini dijual nggak yaa.." tanya Reina penasaran.
"Aku juga tak tahu. Sebaiknya kita tanya pada salah seorang kurator disana." Ucap Jehan yang kemudian memanggil seorang kurator dan menanyakan kedua lukisan itu.
"Permisi Jakkanim.. apakah kedua lukisan ini dijual. Lukisan ini sangat indah. Ada kedamaian dan kehangatan yang saya rasakan saat memandang lukisan ini." Ucap Reina sembari memandang kedua lukisan yang ingin dibelinya.
"Sebentar ya. Saya coba hubungi terlebih dahulu pemilik lukisan ini. Sudah banyak orang yang mencoba membelinya tapi SNOW Jakkanim menolak untuk menjualnya." Ucap salah satu kurator sembari menekan nomer telepon contact pelukis bernama SNOW jakkanim.
"Baik kurator nim.. terima kasih. Saya tunggu kabar dari anda." Ucap Reina yang kemudian melanjutkan touring melihat lukisan-lukisan dalam gallery tersebut.
Sembari menunggu jawaban pemilik lukisan apakah lukisan itu boleh dijual atau tidak, Reina dan Jehan mulai menikmati touring Great Galery di Cinema Gallery siang itu hingga tak terasa waktu sudah menjelang sore.
Ketika dia dan Jehan hendak pulang, tiba-tiba salah satu kurator menghampirinya dan memberi tahunya jika pemilik lukisan ini memberi lukisan ini secara gratis. Kurator itu pun menjelaskan sudah lebih dari puluhan orang yang mencoba membeli lukisan ini dari berbagai negara yang mereka kunjungi untuk melakukan pameran.
Namun pemilik lukisan ini menolak menjualnya. Dan kebetulan di hari terakhir mereka melakukan pameran dari touring yang sudah digelar selama hampir dua bulan, SNOW jakkanim memberikannya untuk Reina secara cuma-cuma.
"Kuratornim..tolong tanyakan harga lukisan ini. Saya tak bisa menerima lukisan ini secara Cuma-Cuma karena SNOW jakkanim pasti sudah susah payah melukis dua lukisan ini." Ucap Reina pada salah satu kurator nim di Gallery tersebut.
"Snow jakkanim sudah berpesan untuk menolak uang yang anda berikan. Beliau sangat menghargai pengunjung yang mengapreasi karyanya. Dia juga berterima kasih karena telah memuji hasil karya seni pertamanya. Dia menghadiahkan kedua lukisan ini pada anda karena dulu dia pernah mendapatkan kenang-kenangan dari seseorang saat pergi berlibur ke Jakarta." Ucap Kuratornim sembari tersenyum.
"Waah benarkah Kuratornim.. saya sangat berterima kasih pada SNOW jakkanim. Saya berharap SNOW jakkanim akan terus menghasilkan karya lukisannya dan berharap suatu hari nanti bisa bertemu langsung dan mengucapkan terima kasih padanya. Saya akan selalu mendukungnya." Balas Reina merasa senang dan sangat tersentuh dengan kata-kata SNOW jakkanim yang disampaikan oleh kurator tersebut.
❄❄❄
Beberapa jam yang lalu..
Jasson terlihat menjalani salah satu adegan dalam drama yang dia bintangi. Dia terlihat sedikit kelelahan karena ada beberapa adegan action yang harus dia lakukan. Meskipun begitu, saat sutradara mengatakan camera rolling.. dia akan terlihat mendalami peran dan fokus akan peran yang dia mainkan. Adegan demi adegan berhasil dia lakukan hingga istirahat makan siang.
Jasson terlihat meminum segelas ice americano dan sesekali menyeka keringatnya dengan tisu yang dia bawa di ruang tunggu pemain. Sesekali dia juga mengobrol dengan pemain lainnya mengenai adegan yang mereka akan lakukan selanjutnya.
Tiba-tiba manajernya, Han Juhee datang menghampirinya dari dalam mobil.
"Jasson.. jasson kamu harus mendengar ini." Ucap manajernya bersemangat.
"Apalagi Hyung.. kan sudah aku bilang. Aku tak ingin menjual lukisanku. Hyung kan juga tahu alasannya.." Ucap Jasson pelan.
"Hyung tahu.. tapi mungkin kamu akan tertarik setelah mendengar penjelasan kurator nim." Ucap manajernya sembari menyerahkan teleponnya pada Jasson.
"Nee kuratornim.. " ucap Jasson saat mulai menjawab telepon dari salah seorang kurator di Jakarta yang juga bisa berbahasa korea.
Jasson pun mendengarkan penjelasan dari kuratornim mengenai pembeli lukisan ini. Setelah berpikir panjang akhirnya dia menyetujui untuk menjual lukisan ini. Namun bukan benar-benar menjualnya karena Jasson ingin memberikan dua lukisan pertamanya pada pembelinya di Jakarta. Dia juga ingin mengucapkan terima kasih dengan kata-kata yang disampaikan pembeli mengenai lukisannya.
Setelah selesai berbicara dengan kuratornim, Jason pun menyerahkan kembali telepon milik Han Juhee sang manajer.
"Bagaimana Jason?" tanya Juhee penasaran.
"Aku memberikan dua lukisanku untuk salah satu pembeli di Jakarta Hyung." Ucap Jasson sembari tersenyum.
"Kamu tak jadi menjualnya?" tanya Juhee kaget.
"Tidak Hyung.. entah mengapa perasaanku mengatakan.. aku harus memberikannya pada nona pembeli lukisanku ini." Ucap Jasson pada manajernya.
"Kamu mengenalnya?" tanya Juhee makin penasaran.
"Tidak Hyung. Namun entah mengapa kata-kata yang disampaikan oleh nona pemilik lukisanku membuatku merasa kita suatu saat nanti akan bertemu kembali." Balas Jasson yang membuat manajernya semakin penasaran apa yang sebenarnya dia maksud.
"Jasson..jangan bikin hyung makin penasaran. Kalau cerita jangan setengah-setengah dong." Ucap Juhee berusaha menunggu Jasson bercerita.
"Aku juga tak tahu Hyung, namun perasaanku berkata. Aku akan bertemu lagi dengannya suatu saat nanti. Udahlah Hyung. Aku harus kembali syuting." Ucap Jasson mengalihkan pembicaraan dan bangun dari tempat duduknya dan menuju ke lokasi scene selanjutnya diambil.
❄❄❄
Keesokan harinya...
Reina terbangun di atas tempat tidurnya saat jam menunjukkan pukul delapan pagi. dia ada jadwal kuliah pukul sembilan dan artinya dia harus segera sampai sebelum dosennya datang mengajar pagi itu. akumulasi kelelahan karena mengurus festival music dan lelah karena seharian mengunjungi Cinema Gallery membuatnya lupa istirahat. Di pikirannya saat ini menunggu dua lukisan yang diberikan SNOW jakkanim tiba di rumahnya.
Reina pun memandang waktu di jam tangannya, kurang tiga puluh menit lagi, kelas pertamanya dimulai. Dia pun segera menaiki mobil dan mengemudikannya menuju kampusnya. Jam sembilan kurang lima menit akhirnya Reina sampai di kelasnya dan siap menerima materi mata kuliah pertama. Meskipun sedikit ngos-ngosan karena berlarian dari parkiran menuju kelasnya yang ada di lantai tiga, dia berhasil sampai di kelas tepat waktu.
Beberapa jam kemudian Reina dan Jehan sampai di kafetaria. Mereka berencana untuk makan siang setelah mengikuti tiga mata kuliah berturut-turut hari itu.
"Rei.. kamu sudah lihat pemenang lomba fashion desain?" tanya Jehan tiba-tiba saat mereka menikmati mie ayam siang itu.
"oh iya.. aku lupa.. aku belum mengechecknya sejak kemarin." Ucap Reina yang menghentikan makannya dan mengambil laptop yang ada di dalam tasnya dan bersiap mencheck hasil lomba di situs kampus.
Reina pun mulai membaca pemenang demi pemenang dimulai dari katagori harapan hingga tiga besar. Dan nama REINA LEE muncul di urutan pertama. Dia menjadi juara pertama lomba fashion design di kampusnya.
"JEHAN... jehan.. lihat sini dong.. ini gue yang Cuma berharap atau memang iya.." ucap Reina sedikit terbata-bata.
"Apaaan Rei.. berharap apa.." tanya Jehan yang kemudian dia menghampiri Reina dan melihat hasil pengumuman yang ada di laptop Reina.
"Rei,... ini beneran elu yang menang.. juara pertama.. selamat yaa..!" ucap Jehan sembari memeluk Reina ikut senang.
"Gue menang Jehan.. gue menang...." ucap Reina sangat bahagia karena berhasil menjadi pemenang lomba fashion desain yang selama ini menjadi dambaan bagi semua mahasiswa yang tertarik dunia fashion.
Hari itu Reina sangat bahagia karena menjadi juara pertama lomba fashion design dan juga mendapat lukisan yang diberikan SNOW jakkanim yang membuatnya bersyukur karena mencintai dunia seni dan akan terus berkarya seperti karya SNOW jakkanim yang membuatnya damai dan hangat.
❄❄❄