Kau memang sangat berbeda.
Jauh dari yang biasa aku lihat.
Bahkan hatimu yang sangat murni… juga bisa ku rasakan.
***
Terkadang kita tak perlu harus selalu mengenal seseorang dengan waktu yang sangat lama. Hanya untuk mengetahui bahwa dia memang orang yang baik dan tulus. Terkadang, dari obrolan ringan yang sekedar lewat saja, tanpa sadar kita bisa merasakan bahwa orang itu tulus atau tidak pada kita.
Perasaan itu lah yang dirasakan oleh Arrio setelah bertemu dengan gadis ini. Gadis yang sudah membuatnya sangat terpukau dalam beberapa kali meski baru dua kali bertemu langsung dan mengobrol dalam waktu singkat. Setiap jejak dan kata – kata yang dia ucapkan, seperti sebuah jarum tajam yang menancap kuat di hati Arrio. Hingga meski tak terlihat jelas, namun bisa dirasakan dengan sangat jelas.
"Sudah selesai sama lemari pendinginnya?" tanya Arra.
Pria itu mengangguk. Dia memang sudah selesai merapihkan lemari pendingin dan memasukkan semua barang yang dibeli oleh Arra sebelumnya.
"Kamu pulang dulu aja kalau gitu," ujar Arra tiba – tiba.
"Pulang? Terus pekerjaannya gimana?" tanya Arrio.
Gadis itu menjawab dengan senyuman lembut dan menjawab, "tenang aja. Aku gak akan mengubah pikiran untuk menolak lamaran kerjamu di sini. Cuma kalau kamu kerja jadi bartender jam sekarang, namanya bukan bartender. Tapi pelayan. Lagipula, baju kamu gak cocok sama sekali buat jadi bartender. Benar, kan?" kata Arra.
Arrio lalu melihat dirinya sendiri untuk memastikan penampilannya sendiri. Dia juga berdecak kesal. Bukan karena apa, dia baru menyadari bahwa sekarang dirinya hanya mengenakan setelan kaos dan celana jeans yang tak menunjukkan sama sekali bahwa dia akan bekerja.
"Maaf… aku tadi benar – benar buru – buru karena takut akan terlambat datang ke sini. Aku akan pulang dan mengganti pakaianku lebih dulu," kata Arrio.
Tapi Arra mengehntikan pria itu. Dia lalu memberikan sebuah tas kertas berukuran besar yang di dalamnya terdapat dua pasang pakaian kerja yang menjadi ciri khas seorang bartender.
"Pakai itu di hari biasa. Dan pakaian bebas di akhir pekan. Biasanya akan banyak gadis cantik yang datang ke tempat ini di hari – hari itu…"
"Jadi aku harus memikat mereka untuk datang ke kafemu dengan pakaian casual di akhir pekan?" tanya Arrio balik.
"Memikat…" lirih Arra. "Kau mirip seperti laki – laki lain yang suka memikat wanita cantik di luar sana. Setidaknya begitu yang aku lihat dari penampilan luarmu. Tapi dari caramu bicara, mungkin aku salah. Kau mungkin tidak suka sama sekali untuk mencari perhatian dari lawan jenis dengan cara yang demikian…."
"Karena aku memang sudah sangat berbakat untuk memikat mereka tanpa melakukan apa pun," jawab Arrio dengan suara penuh rasa percaya diri.
Tapi kali ini perubahan raut wajah dari Arra terlihat sangat berbeda. Dia terlihat tak terlalu senang dengan semua ucapan Arrio barusan. Sepertinya ada yang membuatnya tidak nyaman dengan kata – kata Arrio.
Apa dia terlalu sembrono dan terlalu cepat merasa akrab dengan gadis tersebut?
"Aku akan pulang dan kembali dengan pakaian yang pantas. Jam berapa aku harus ada di sini?" tanya Arrio lagi.
"Jam berapa biasanya kau mulai bekerja sebagai bartender di sana?"
"Aku akan datang pukul 6 sore ini. Terima kasih untuk makan paginya yang lezat. Dan aku harap, kita bisa berteman dengan baik mulai sekarang…" kata pemuda itu.
**
---London, satu bulan kemudian---
Howard menerima pesan dari Arrio yang mengiriminya sebuah surat dan kartu pos. Agak kuno di jaman ini, jika seorang pemuda mengirimkan benda – benda tersebut. Tapi Arrio melakukannya untuk membuat Howard tahu bahwa dirinya benar – benar sangat baik dan sehat selama di Yunani. Juga untuk menunjukkan bahwa dia cukup spesial, hingga Arrio mau repot untuk mengirimkan pesan melalui pos seperti ini.
Pria itu tersenyum melihat gambar di kartu pos yang sangat familiar dengan pemandangan yang sering dia lihat beberapa puluh tahun yang lalu. Lokasi di mana Arrio mengambil fotonya sendiri dengan latar belakang pantai indah dengan pasir putih dan laut biru adalah tempat yang dulu sering dikunjungi oleh Howard bersama ayah Arrio semasa mereka muda di Yunani.
Entah bagaimana anak itu bisa mendapatkan tempat yang sama persis dengan sang ayah. Tapi kenyataan ini membuat Howard memutar kembali memory masa lalunya yang indah. Dan merasa miris di waktu yang sama, karena keberadaan Arrio di tempat indah tersebut bukanlah untuk alasan yang baik.
'Hai Howard… kalau kau membaca surat ini, artinya kau sudah melihat bahwa aku telah selamat sampai di sini. Aku akan memulai hidup baruku di sini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku bisa bertahan di sini…'
"Kau akan bertahan di sana untuk waktu yang sangat lama, Arrio…" lirih Howard menjawab surat yang ditulis oleh Arrio barusan.
'Aku menemukan orang – orang baik juga di sini. Ada yang namanya mirip dengan namamu… dia yang memberiku tempat tinggal juga pekerjaan di tempat ini.'
"Dia pasti orang yang sangat baik… aku bersyukur kau menemukannya…."
'Aku juga sudah mendapatkan sebuah pekerjaan di sini. Pekerjaan yang sama persis dengan yang ada di London. Tidak terlalu mirip, karena pemiliknya seorang gadis yang usianya lebih muda dariku. Kau bisa bayangkan bagaimana bisa? Dan lagi, jam kerjanya tidak sampai tengah malam. Aku hanya bekerja dari petang sampai pukul 10 malam, paling larut. Lucu sekali mengetahui bahwa dia membuka tempat dengan konsep yang seperti itu dengan jam kerja yang tak semestinya. Untuk gaji? Aku tak terlalu memikirkannya sekarang Howard. Bagiku, sudah cukup untuk bisa makan dan bertahan hidup.'
"Gadis itu sangat baik. Dan dia pasti punya sesuatu…"
'Aku tak tahu bagaimana tapi rasanya… ada sesuatu yang membuatku sangat menyukai gadis ini. Aku juga tidak tahu rasa suka yang seperti apa yang sedang ku rasakan sekarang padanya. Hanya saja… semua duniaku terasa lebih berwarna sejak aku mengenalnya. Dia membuatku mengenal banyak hal yang tak pernah aku ketahui sebelumnya. Dia juga yang membuat pemikiranku banyak berubah. Kau akan terkejut saat bertemu lagi denganku nanti. Aku rasa… aku sudah sangat berubah. Dia gadis yang sangat cantik, kau tahu? Matanya sangat indah dengan warna keemasan jika terkena cahaya matahari. Aroma tubuhnya juga sangat wangi. Entah parfum apa yang dia pakai. Tapi jantungku… rasanya selalu berdebar kencang tiap kali memikirkan dia dan bertemu dengannya. Kau ingat pesan yang aku kirimkan padamu dulu? Saat aku mengatakan bahwa aku memimpikan seorang gadis dan merasa mimpiku sangat aneh? Kau menyebutnya sebagai IMPRINT. Dia lah gadis itu Howard… meski aku tak tahu apa itu yang kau maksudkan. Tapi ya… duniaku terasa berputar padanya. Hanya pada dia…'
Howard tersenyum lebar membaca paragraph terakhir dari surat yang dituliskan oleh Arrio tersebut. Paragraf yang paling panjang dan paling rinci itu di tulis rapih dan sangat detail, hingga Howard sendiri bisa membayangkan bagaimana rupa si gadis yang di gambarkan oleh Arrio dalam suratnya.
"Dia yang akan mengikatmu di tempat itu Arrio. Kau… telah menemukan satu takdir yang selama ini kau selalu cari. Alasanmu untuk hidup dan bertahan hingga saat ini. Dan alasanmu, sampai mampu meninggalkan keluargamu di sini untuk berada di tempat yang sangat jauh. Semua itu karena takdirmu memang di mulai dari sana. Dan akan berakhir di sana pula…" lirih Howard kemudian.
**
---Kafe Arra, Piraeus, Yunani---
Arrio cukup sibuk malam ini meski pengunjung kafe milik Arra tak terlalu banyak. Tempat ini sedang di sewa untuk sebuah pesta ulang tahun dari seorang pemuda yang cukup populer di daerah ini. Semua itu terlihat dari bagaimana dia sangat dikenal oleh setiap tamu undangan yang merupakan hampir semua dari anak muda yang ada di tempat ini.
Mereka datang dengan pakaian terbaik mereka dan gaya paling terkini.
Kemewahan dan glamor adalah hal yang umum dilihat oleh Arrio malam ini. Kalau di ingat lagi, situasi sekarang mirip sekali dengan suasana yang ada di klub malam Brandon di kota London. Ngomong – ngomong soal Brandon, dia jadi ingat kalau dia belum sempat memberikan kabar pada pria muda sahabatnya tersebut.
"Blue Hawaii…" bukan dari pelanggan, itu justru suara Arra yang sudah duduk di hadapan Arrio dengan memijit keningnya sendiri.
"Apa kau biasa minum?" tanya Arrio.
Yah, selama hampir satu bulan di sini Arrio sedikit banyak sudah mempelajari soal boss mudanya yang cantik ini. Dia ini sebelas dua belas dengan Brandon yang tak suka dengan minum – minuman berlakohol. Tapi bedanya dengan Brandon yang masih cukup familiar dengan minuman dengan alkohol ringan sampai sedang. Arra justru sedikit pun tidak bisa mengkonsumsi alkohol dalam kadar apa pun.
"Kau tahu, aku melihat mereka meminum yang berwarna biru itu dan sangat enak. Tapi kau bahkan tak pernah membuatkan aku seperti itu. Padahal aku suka dengan warna biru…" keluh Arra di hadapan Arrio.
"Ahh… jadi kau ingin minum, minuman yang memiliki warna kesukaanmu?" tanya Arrio balik.
Gadis itu menganggukkan kepala dengan sangat antusias.
"Bisa kau buatkan aku Blue Hawaii?" tanyanya kepada Arrio dengan tatapan berbinar penuh harap.
"Aku akan buatkan. Blue Hawaii yang menjadi versi khusus untukmu. Yang pasti akan kau sukai dan sesuai dengan seleramu juga." Arrio memberi jaminan itu dan mulai meracik minuman yang dia sebut barusan untuk Arra.
Sementara gadis itu terlihat menunggu minumannya siap sambil duduk dan menopang dagu dengan tangan kanannya. Menatap Arrio yang terlihat sangat seksi, meski hanya dari bagian belakang.
***