Pagi ini suasana kelas terasa hening, karena guru memang sudah masuk. Dan saat ini pun absensi tengah berjalan, terlihat seroang guru sedang serius menyebutkan nama muridnya satu persatu.
"Aldo Barreto!"
"Hadir Bu!"
"Brayen Apandi!"
"Hadir!"
"Ceril Mutiara,"
"Hadir!"
"Dikta Hendri Irawan!"
"Hadir!
"Maulana Malik Ibrahim!"
"Hadi!"
"Novita Sari Anggraeni!"
"Hadir Bu!"
"Orlando Ediwicaksono!"
"Hadir Bu,"
"Dika Indra Lesmana!"
"Hadir Bu!"
"Evan Dimas Darmono!"
"Hadir Bu!"
"Sekar indah melati!"
"Hadir Bu!"
"Siti Xaquila Auristela."
"Hmm." Siti pun melambaikan tangannya sebagai tanda ia hadir. Karena jika Siti menjawab dengan hmm pasti tidak akan di dengar. Sedangkan untuk mengucapkan hadir Siti begitu malas.
"Mana yang namanya Siti Xa- Xa Xa Xaquila Auristela?" tanya sang guru begitu sulit menyebutkan salah satu nama siswi yang begitu unik namanya. Perpaduan antara dulu dan modern.
"Woyy Siti di panggil!" teriak Aldo
"Mana yang namanya Siti Xaquila Auristela. Apa tidak ada ?" tanya sang guru memastikan.
"Hadir Bu," jawab salah satu siswa tersebut. Tapi bukan pemilik namanya.
"Siti itu cowok. Lah kira ibu cewek. Namanya Siti abisnya," ucap guru itu mengira kalau yang menjawab absenya adalah pemilik nama yang ia sebutkan.
"Bukan Bu, Siti itu cewek cuman dia itu irit ngomong Bu, jadi jawab hadirnya saya wakilkan,"
"Idih. nama siapa yang di sebutkan siapa yang jawab." ucap seorang perempuan yang dekat dengan nama yang di sebutkan tadi.
"Terserah gue lah. gue yang punya mulut," balasnya.
Dan percakapan mereka pun terdengar sampai ke telinga guru yang saat ini tengah mengabsen.
"Sudah, anak-anak. Ibu akan melanjutkan absensinya. Harap tenang," sementara nama yang sejak tadi di sebutkan malah diam tak terusik.
"Baiklah anak-anak, ibu melihat Zein sudah tiga hari ini tidak masuk sekolah. Apa ada yang tau?" tanya sang guru kepada muridnya menanyakan kabar Zein si pria populer dengan tingkat ketampanan melebihi standar Indonesia.
"Zein sakit Bu," ucap seorang siswa yang merupakan teman sebangkunya.
"Sakit? Tapi kenapa tidak ada surat yang masuk?" tanyanya.
"Enggak tau Bu," jawabnya santai.
"Ya sudah, sekarang kita bahas soal yang kemarin. Apa soalnya sudah dikerjakan?" tanya sang guru. Sedangkan semua murid yang mendengar kata tugas pun secara mendadak mereka berhenti melakukan aktivitasnya. Dan suara ringisan pelan terdengar kala banyak murid yang tidak mengerjakannya.
"Kenapa? Apa dari semua murid tidak ada yang mengerjakan tugas yang kemarin ibu kasih?" tanya sang guru kembali.
Sementara Aldo pria yang merupakan biang onar di sekolah itu memilih bungkam karena. Dirinya saat ini tengah dalam masa malas berdebat.
"Baiklah siapa yang tidak mengerjakan soal bisa berdiri dan meninggalkan kelas," titah sang guru dan hal itu secara reflek semua murid yang tidak mengerjakan tugas pun berdiri untuk keluar dan meninggalkan satu orang siswi yang sedang tertidur. Dan hal itu membuat sang guru mengepalkan tangannya, menahan emosi.
"Kalian kembali duduk!" titah sang guru dengan tegas.
Dan semua murid pun kembali duduk.
"Dan untuk siswi yang tertidur di kelas. Segera bangunkan!" perintahnya.
"Siti," bisik Sekar teman sebangkunya.
"Hmm," balas Siti.
"Siti!" Lagi Sekar memanggil.
"Sitiii!" jerit Sekar kesal kemudian mencubit paha Siti.
"Awsss," ringis Siti pelan.
"Bangun," geram Sekar.
"Di tunjuk tuh sama Bu Anis," bisik Sekar
Sedangkan Siti yang mendengar itu mendongak dan melihat bu Anis, guru fisika SMA Elang Wijaya tengah menatapnya tajam.
"Apa ada peraturan sekolah memperbolehkan muridnya tidur saat pelajaran berlangsung!" ucapnya dingin dan menusuk.
Sedangkan Siti yang mendengar itu menghembuskan nafasnya pelan kemudian duduk dengan tegak.
"Tidak ada! Sekarang sebagai hukumannya kamu kerjakan soal tugas Minggu lalu!" titahnya.
Siti yang mendengar itu pun mengangkat tangannya.
"Tugas Minggu lalu, sudah saya kerjakan Bu," jawab Siti santai.
Bu Anis yang mendengar itu memicingkan matanya. Curiga jika muridnya ini berbohong, jelas-jelas ketika dia mengatakan siapa yang tidak mengerjakan tugas bisa berdiri dan keluar dari kelas. Dan semua murid yang di kelas itu ini berdiri bersiap untuk keluar.
"Mana!" pintanya untuk memeriksa apa benar siswa yang tertidur dalam kelas ini mengerjakan tugas atau tidak.
Sedangkan Siti yang mendapat perintah itu pun segera berdiri lalu jalan ke depan untuk memberikan tugas fisiknya dan setelah itu Siti pun kembali ke kursinya.
"Kenapa tidak bilang jika sudah mengerjakan tugas fisika?" tanya Sekar kesal. Karena Siti tidak memberi tahunya.
"Salah sendiri gak nanya," balas Siti acuh.
"Ihh Kok gitu sih. Gue kan teman lo. Harusnya sesama teman itu saling membantu," ujar Sekar.
"Yang butuh lo bukan gue, kenapa gue yang harus nanyain atau nawarin." Siti tidak peduli akan protesnya Sekar.
"Dasar teman pelit!" ketus Sekar.
"Bodo amat!" balas Siti.
"Kenapa kalian malah ngobrol!" sentak sang guru ketika mendengar bisik-bisik muridnya.
"Maaf Bu," ucap Sekar.
Kemudian bu Anis sang guru fisika pun memeriksa tugas Siti dengan teliti.
"Bu apa kami harus keluar kelas?" tanya sang murid, yang tidak mengerjakan tugas. Dengan santainya.
"Tidak!" Balasnya dan semua murid yang tidak mengerjakan tugas pun menghembuskan nafasnya kecewa karena gagal untuk keluar dan terjebak di kelas fisika yang menurut mereka sangat membosankan.
"Baiklah Siti. Tugas kamu sudah selesai dan mengerjakan dengan baik. Tapi, karena kamu ketahuan tertidur di kelas maka. Sebagai hukumnya kamu harus menggantikan ibu memberikan materi hari ini untuk teman sekelas kamu," titahnya. Kemudian menyerahkan kembali bukunya kepada Siti.
"Baik Bu," hanya kata baik Bu tanpa ada penolakan atau keberatan atas hukuman yang diberikan oleh bu Anis padanya.
Kringg
Suara bel pun berbunyi, semua yang mendengar itu pun bersorak gembira, karena pada akhirnya bisa terbebas dari mata pelaku yang menurut mereka itu sangat memusingkan, apalagi rata-rata dikelas mereka adalah murid berprestasi semua dalam bidang, perbolosan perkelahian dan juga perbulluyan. Prestasi yang sangat menyesatkan bukan.
"Hei Siti tunggu!" kejar Sekar mencoba menyamai langkahnya.
"Mau ke kantin kok gak ngajak," protes Sekar ketika keduanya sudah di di kantin.
Siti yang mendengar protesan Sekar pun mengangkat bahunya acuh.
"Siti!" panggil Sekar.
"Hm,"
"Siti!" panggil Sekar sekali lagi
"Hm,"
"Lo sekali lagi gue panggil, jawabannya hem gue timpuk pake batu baru tahu loh," ujar Sekar kesal.
"Sitiiiii ...,"
"Apa sekam ayam,"
"Astaghfirullah," Sekar pun mengusap dadanya. Mendengar balasan Siti yang benar-benar menguji kesabaran.
"Mulut lo, kayanya perlu di ruqiah deh Siti," tatap Sekar dengan lekat.
"Bener tuh gue setuju," tiba-tiba saja Aldo datang dengan minumannya.
"Ih apaan sih," perhatian Sekar pun teralihkan ke arah Aldo yang duduk di sampingnya tanpa persetujuan.
"Apa yang salah, gue cuman mau ikut gabung sama kalian"
Srrruuut
Terdengar suara sedotan yang berasal dari Aldo.
"Ckk." Sekar yang mendengar itu berdecak kemudian memutar bola matanya malas.
"Siti lo cantik," tatap Aldo ke arah Siti sambil menaikkan turunkan alisnya.
"Aduh Aldo lo ngapain sih di sini. Kalau lo mau gombalin Siti gak mempan. Mending sana lo pergi ganggu aja!" usir Sekar.
"Ih, lo kenapa sih, ribet banget. Siti aja diem aja kenapa lo yang ribet sih," tukas Aldo.
"Pergi gak lo," Sekar pun mulai bersiap memukul Aldo dengan buku Siti.
"Gak mau," Aldo pun menggelengkan kepalanya.
"Pergi!" teriak Sekar
"Gak mau!" tolak Aldo.
"Pergiiiii!" usir Sekar sambil mendorong badan Aldo hingga posisi Aldo pun sudah miring ke kiri.
"Udah berisik! Biar gue yang pergi," tutur Siti dengan malas. Kemudian beranjak dari kursinya dan meninggalkan Sekar bersama Aldo.
"Eeeeh Siti lo mau kemana!" Sekar pun berdiri dan memukul Aldo sebelum dirinya mengejar langkah Siti. "Ini itu semua salah lo. Ngapain sih ikut-ikutan, Siti kan jadi pergi," ucapnya kembali.
"Ih apaan sih, dasar cewek gak jelas. Aneh," gumam Aldo kemudian menyeruput kembali minumannya.
Setelah di kantin Siti merasa terganggu. Akhirnya Siti pun memutuskan untuk ke perpustakaan. Jika di tanya apa Siti tidak lapar jawabnya adalah lapar, tapi Siti tidak peduli. Karena, jika dirinya sudah tidak mood. Maka lapar pun ia biarkan. Menyiksa diri sendiri memang iya, entahlah sikap Siti itu memang sulit untuk ditebak.
"Siti, kenapa ke sini sih. Emang lo gak lapar?" tanya Sekar, sambil memajukan bibirnya. Karena menurut Sekar, Siti salah tempat untuk mengisi perut mereka yang lapar.
"Lo beli makanan, bawa ke sini. Gampang," balas Siti acuh kemudian mencari tempat untuk bisa Siti jadikan istirahat.
"Tapi Siti ini perpustakaan buat baca bukan buat ngisi perut yang lapar," protes Sekar.
"Emang kata siapa buat ngisi perut. Gak ada yang bilang," balas Siti kemudian segera meninggalkan Sekar ketika dirinya telah menemukan tempat untuk dirinya tidur. Namun, baru saja dirinya akan duduk. Seseorang telah mendahuluinya.
"Lo cari tempat lain," ucapnya kemudian. Siswa tersebut pun memejamkan matanya.
"Loh ini kan tempat yang mau lo tempati, tapi udah diisi sama dia." ujar Sekar sambil melirik bagaimana respon Siti yang ternyata biasa-biasa saja.
Lagipula tempat itu bukan miliknya jadi untuk apa ia marah. Dan masalah tempat ia bisa mencari yang lain.