Yuji duduk di meja bar meneguk beberapa sloki cognac. Dibuat dengan anggur Ugni Blanc khusus lalu disuling dua kali dalam pot tembaga. Kadar alkoholnya cukup tinggi dan itu telah membuat Yuji sedikit kehilangan akal.
Hari ini adalah pertama kalinya ia kalah dalam persidangan setelah beberapa tahun kebelakang ia tak pernah mendapat kekalahan. Pada dasarnya ia bisa saja menerima kekalahan jika semua detail telah berhasil ia pecahkan. Hanya saja kali ini ada yang mengganjal dan itu buat ia merasa menjerumuskan kliennya yang tak bersalah dan harus menanggung kesalahan yang tak gadis itu lakukan.
Apa yang dikatakan hakim jelas masih terdengar dalam telinganya. Bahwa Emma dihukum seumur hidup atas kejahatan pembunuhan yang ia lakukan. Emma terus mengatakan kalau ia tak bersalah. Tangisan wanita itu pecah saat hukuman dijatuhkan bersamaan dengan kehancuran mental seorang Yuji Foster.
Kini langkah pria itu gontai melangkah ke mobil dengan susah payah. Tentu saja pelayan bar tak membiarkan itu salah seorang membantunya untuk tiba ke rumah. Seperti pelayanan pada umumnya mereka akan mengantarkan para pengunjung yang mabuk dengan ijin mereka tentu saja. Yuji menunjukkan kartu namanya, kemudian bersandar lemah di kursi penumpang.
Perjalanan malam yang lengang banyak yang berjalan gontai di sisi-sisi jalan. Sepertinya, banyak yang menghabiskan waktu untuk sedikit meneguk alkohol untuk hilangkan penat dari rutinitas atau dari masalah yang mereka hadapi. Minuman keras sudah biasa dijadikan pelarian di kota ini.
Sampai di hotel, Yuji segera berjalan masuk setelah memberikan sejumlah uang pada pelayan bar yang mengantarkannya. Lalu ia melangkah masuk sendiri berjalan gontai terus menuju kamarnya. Beberapa kali pelayan coba membantunya, hanya saja pria itu menolak dan memilih untuk berjalan sendiri menuju kamarnya. Sampai di kamar, berusaha membuka pintu yang tak mau terbuka.
"Ah, sial!" umpatnya pada diri sendiri yang terus saja salah meneken kode pintu.
Yuji akhirnya menyerah dan rebah di depan pintu. Pria pucat itu tak bisa lagi mempertahankan kesadarannya.
Saat itu pintu lift terbuka menunjukkan sosok Freya yang kini berjalan dengan anggun menuju kamarnya. Langkah wanita itu diikuti oleh Kim Jun sang pengawal setia. Malam ini Freya baru saja selesai dengan pekerjaannya setelah tuan Loody yang lagi-lagi membutuhkan dirinya untuk melepaskan kesepian.
Langkah Freya terhenti, sesaat saat menatap Yuji yang terkapar di depan pintu rumah. Lalu kembali melangkah sebelum ia merasa sesuatu menahan langkah kakinya. Tangan Yuji memegangi pergelangan kaki Freya, dengan cepat Kim melepaskan.
"Emma maafkan aku." Yuji berucap lirih.
Freya memilih tak peduli, lalu kembali berjalan. Lagipula untuk apa peduli pada pria yang jelas-jelas selama ini mencemoohnya dengan sebutan jalang dan sebagainya? Buang-buang waktu.
"Emma aku mohon maafkan aku!"
Yuji berteriak buat langkah Freya terhenti. Pria itu lalu berlari menghampiri Freya dan memeluknya. Kim dengan cepat mendorong Yuji hingga lepaskan pelukan dan terhuyung beberapa langkah ke belakang.
"Maafkan aku, aku akan mencari cara untuk membuatmu bebas."
Freya berjalan mendekat. "Kita bantu dia Kim, rasanya ia bisa meneriaki semua gadis dengan panggilan Emma, jika tak segera masuk ke dalam apartemen."
"Anda tak membiarkannya saja?"
"Tak akan ada yang membantunya sampai pagi besok. Ia akan mengganggu yang lain." Freya lalu menatap pada Kim. "Lagipula aku tak suka membalas kejahatan dengan kejahatan juga. Tuan Yuji sedang tak sadar setidaknya untuk saat ini ia tak akan mencemoohku."
Kim hanya hela napas lalu mengikuti Freya. Ya, mungkin Freya tak marah, tapi Kim yang merasa marah dan kesal atas hinaan yang terus saja dilontarkan oleh Yuji.
Wanita itu lalu mencoba membangunkan sang pengacara yang kini telah terkapar dilantai. Freya coba membangunkan hanya saja Yuji terlalu berat, sampai Kim mendekat lalu membangunkan Yuji dengan keras hingga pria itu bersuara seperti mengejan. Kim membawa Yuji ke depan pintu apartemen miliknya.
"Berapa kode kamarmu Tuan Foster?" tanya Freya.
"Hmm, 030393," jawab Yuji.
Freya menekan kode dan pintu terbuka, Kim membawa Yuji masuk belum sampai ke kamar Yuji mual dan akhirnya memuntahkan isi perutnya tepat di atas jas yang dikenakan Kim.
Kim mendesah kesal, ia hampir saja melempar Yuji ke lantai, tapi Kim berbaik hati dan meletakan pria itu ke sofa. Freya menatap Kim dengan jijik seraya menutup hidung dan bibirnya dengan tangan kanannya.
"Kim, bersihkan dirimu dulu. Aku akan menghubungi pelayanan apartemen untuk membersihkan ini semua."
"Lalu Anda?" tanya Kim cemas.
"Aku akan menyusul setelah semua beres. Jangan khawatir," ucap Freya coba menenangkan.
Kim kemudian berjalan ke luar untuk membersihkan dirinya yang kini bau dan kotor akibat apa yang dilakukan Yuji. Freya kemudian mengambil ponselnya menghubungi bagian pantry yang akan siap membantu para penghuni apartemen dua puluh empat jam penuh.
"Nona Emma, maafkan aku." Lagi Yuji mengatakan itu.
"Hmm, aku rasa ia memaafkanmu," sahut Freya sambil kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Yuji terduduk lalu seger bangkit kini pria itu duduk dan menatap Freya. Pria itu lalu tersenyum. "Emma?"
"Apa aku terlihat seperti Emma?" gumam Freya.
"Kau cantik sekali." Yuji memuji kemudian ia tak sadarkan diri.
Freya hanya menatap Yuji, setidaknya ia tau kalau pujian yang Yuji berikan kali ini adalah sebuah hal baik. Dari semua perkataan yang sering terlontar dari bibir pria itu.
***
Sinar matahari membuat wajah si pucat terpapar sinar matahari yang masuk melalui sela jendela kamar. Ia perlahan membuka matanya, kepalanya terasa sakit akibat semalam mabuk berat. Pria itu kemudian duduk, meraba kemeja yang kini telah berganti dengan piyama. Ia menatap nakas miliknya, ada air mineral dan juga obat pereda mabuk yang segera ia ambil. Lalu selembar kertas terlihat terselip di antara bungkus obat dan botol air mineral. Yuji segera mengambil kertas berisi pesan dari seseorang.
'Tuan Yuji, aku telah memanggil pelayan untukmu semalam. Namun, aku belum memberikan tips namanya Jordan. Aku harap kau tak lupa untuk memberikan sedikit lebih banyak karena Jordan bersusah payah untuk membersihkan sisa muntahan di lantai, karpet dan pakaianmu. Jangan lupa minta maaf pada Kim Jun, pengawalku. Kau muntah di jas dan kemejanya. Dan aku bukan Emma ... Terima kasih. Ah aku lupaz Kim berbaik hati membuatkan sup ala Korea untuk meredakan mabuk. Aku harap kau menghabiskannya.'
"Cerewet sekali," gerutu Yuji setelah membaca note yang dituliskan oleh Freya.
Ia tak terlalu memikirkan siapa yang menolongnya semalam. Pria itu lalu berjalan ke luar kamar menuju dapur melihat sebuah mangkuk berisi sup tauge dan juga berisi daging ayam. Yuji mencium bau rempah yang membuat ia mengernyitkan wajahnya. Yuji membaca pesan untuk menghangatkan dan Yuji menuruti saja.
Seraya menunggu sup hangat, Yuji menghubungi bagian pantry memanggil pelayan bernama Jordan untuk segera datang. Malam tadi adalah mabuk terparah yang ia alami. Tak lama untuk membuat sup itu matang. Yuji awalnya tak berminat karena baunya yang tak ia sukai. Hanya saja ini cukup menyegarkan setelah dicoba. Pria itu bahkan tak memikirkan darimana bahan yang didapat untuk memasak sup itu dan sibuk menikmatinya.
Bel terdengar, Yuji segera bangkit berjalan untuk membukakan pintu. Saat pintu terbuka ia bisa melihat pria muda dengan name tag 'Jordan' yang terpasang di seragam kerja yang ia kenakan.
"Masuk, aku berterima kasih karena kau membantuku semalam."
Jordan melangkah masuk mengikuti Yuji. "Baik Tuan Yuji."
"Lalu siapa yang membantuku selain kau?" tanya Yuji.
"Nona Sea." Jordan menjawab sambil tersenyum.
"Siapa?" Yuji coba tanyakan lagi siapa tau ia salah mendengar itu yang ada di pikirannya.
"Nona Sea, tuan."