Hasan dan Fadhel tidak bisa menyembunyikan identitas mereka. Faktanya, Evil Gamma mengetahui nama asli mereka. Tidak salah lagi. Hanya ras pertama dan terakhir kali mereka temui yang mengetahui nama asli mereka. Ras Kadal Merah dari Kota Aldora. Lebih tepatnya, kemungkinan Voth yang menjadi dalangnya. Jika itu benar, maka Voth memiliki hubungan yang erat terhadap Plantazel yang muncul di Kota Aldora dan menjebak mereka berdua.
Fadhel tidak bisa memikirkan bahwa dalang dari kemunculan Plantazel adalah Voth. Namun, apa tujuan yang ingin dicapai Voth hingga membahayakan kota tempat dia tinggal dan Ras Kadal Merah? Pikiran Fadhel terlalu kacau untuk menemukan jalan keluar. Untuk saat ini, dia memiliki urusan yang lainnya.
“Aku rasa kau sudah lebih baik. Sekarang, aku harus mengobati gadis elf itu dan mengembalikan belati ini kepadanya,” Fadhel berbalik menatap tubuh gadis di balik pohon yang tidak terlalu jauh dari lokasi Hasan bertempur tadi.
“Ya ampun. Kau meninggalkan tugasmu untuk melindungi gadis itu? Aku pikir kau ini terlalu ceroboh, Fadhel,” Ujar Hasan sembari beranjak dari tempatnya tadi.
“Hoi! Aku mengingatkanmu untuk tidak bertindak ceroboh sebelum melawan Gamma, kan?! Jangan mengatakan kalau kau lupa hal itu?!” Fadhel terlihat kesal kepada Hasan.
“Iya, iya. Maaf, deh. Selain itu, ayo kita obati gadis itu. Kita harus segera mencari tempat aman sebelum ada Plantazel yang menyerang kita, loh,” Ujar Hasan yang berjalan menuju gadis elf itu.
“Hoi! Kau tidak dengar apa yang kukatakan?! Hasan!” Fadhel pun menyusul Hasan.
Gadis elf yang baru saja ditolong oleh Hasan dan Fadhel mengalami luka akibat serangan dari monster. Evil Gamma pasti berada di balik penyerangan gadis ini. Ada hal yang aneh mengenai gadis elf ini. Mengapa Evil Gamma mengincarnya? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Evil Gamma dari Hasan dan Fadhel? Sejujurnya, ini sangat bertolak belakang dengan apa yang baru saja terjadi sebelumnya. Sudah jela bahwa Hasan tidak mampu menandingi kekuatan Evil Gamma dan hampir kalah.
Jika Evil Gamma mau, maka dia bisa melenyapkan Hasan dengan mudah. Namun, Evil Gamma justru memberikan informasi mengenai organisasi bernama Lucifer dan memberikan 2 obat penyembuh kepada Fadhel dan Hasan. Apa tujuan sebenarnya dari Evil Gamma yang tiba-tiba saja menghilang dari hadapan mereka? Itu masih menjadi pertanyaan besar bagi Hasan dan Fadhel.
“Baiklah, aku akan memberikan obat ini padanya,” Kata Fadhel sembari membuka tutup botol dari obat penyembuh di tangannya.
“Apa kau yakin obat penyembuh ini aman?”
“Kau harusnya tahu dari kondisi tubuhmu saat ini dibandingkan sebelumnya, Hasan. Jika tubuhmu bisa pulih secepat itu, maka gadis ini juga bisa disembuhkan,” Balas Fadhel melirik Hasan sesaat.
Fadhel menyiramkan obat penyembuh itu pada tubuh gadis elf yang disandarkan di pohon. Tak lama kemudian, luka-luka dari gadis mulai menghilang. Wajahnya tampak lebih segar dari sebelumnya. Gadis elf itu masih belum ada tanda-tanda untuk sadar. Berbeda dari Hasan, efeknya mungkin lebih efektif untuk beberapa ras yang berbeda.
“Luka-lukanya sudah sembuh, tapi kesadarannya masih belum pulih. Obat penyembuh ini luar biasa. Aku harap kita bisa menemukannya di [Finias] nanti,” Kata Fadhel sembari memperhatikan dan memutar-mutar botol kosong yang tadinya berisi obat penyembuh tadi.
“Kau harus tahu satu hal, Fadhel. Obat ini memang hebat. Hanya saja, kita baru saja mendapatkannya dari musuh. Selain itu, tujuan kita menuju [Finias] adalah mencari informasi yang mungkin bisa didapatkan sebanyak mungkin,” Hasan mulai berpendapat.
“Ya, aku tidak lupa soal tujuan utama kita, Hasan. Kita juga harus menyewa tempat bernaung di [Finias]. Apa uang yang kita punya sudah cukup? Jika ditotal, maka jumlah uang kita sebesar 2100 Ald. Kita belum bisa membandingkannya dengan mata uang dari dunia kita,” Ujar Fadhel pada Hasan.
“Andai saja kita bisa menemukan Ras Manusia lain di dunia ini, maka kita bisa membangun kerjasama dan membagi tugas untuk bisa bertahan hidup,” Hasan berkomentar.
“Aku rasa peluangnya sangat kecil. Hasan, apa kau lupa dengan perkataan Evil Gamma tadi? Dia tidak mengetahui ras kita, tapi dia mengetahui nama asli kita. Dengan kata lain, dalang penyerangan ini juga merencanakan penyerangan yang dilakukan oleh Evil Gamma pada kita.”
“Bukankah sudah jelas bahwa dalang pertarungan ini Voth atau salah satu kadal dari ras yang sama dengannya? Ingatlah, kita baru saja tiba di dunia ini, Fadhel!”
“Jika itu benar, maka kenapa Voth atau orang lain menyerang gadis ini menggunakan Evil Gamma sebagai penyerangnya?”
“Kalau tidak salah, nama gadis ini Firtania, kan? Apa ada sesuatu yang membuatnya diincar oleh Evil Gamma demi menjebak kita dalam pertarungan melawannya? Sejujurnya, aku masih tidak bisa memahami apa yang terjadi.”
“Apa yang kau katakan, Hasan?”
Hasan membuka [Menu Bar]-nya dan menyimpan kembali [Mald Arrow] yang dia gunakan saat bertarung melawan Evil Gamma. Dia mendekati tubuh dari Firtania. Hasanberjongkok di dekat tubuh Firtania. Dia tidak segan meraih tangan gadis yang lembut itu.
“Maaf sebelumnya. Aku hanya ingin memastikan sesuatu.”
Hasan mengangkat tangan kanan Firtania dan mengayunkannya perlahan ke bagian depan dari tubuh Firtania. Fadhel tidak mengetahui apa yang ingin dilakukan oleh Hasan, tapi dia memahami bahwa Hasan bisa menemukan petunjuk lain mengenai dunia ini. Setelah itu, Hasan meletakkan tangan Firtania ke bagian perutnya secara perlahan. Dia pun berdiri dan menghela napas panjang.
“Kau sudah tahu dengan apa yang aku lakukan tadi, kan? Fadhel?” Tanya Hasan melirik Fadhel di belakangnya.
“Memastikan sistem yang ada pada ras lain di dunia ini? Bukankah begitu, Hasan?” Balas Fadhel yang memahami tindakan Hasan tadi.
“Itu benar. Tidak ada keanehan yang terjadi, Fadhel. Dalam sebuah gim, Firtania itu mirip dengan NPC. [Menu Bar] tidak muncul saat aku mencoba membukanya dengan tangan Firtania.”
“Itu benar. Jika kita adalah Ras Manusia terakhir di dunia ini, apa yang terjadi dengan manusia lainnya? Apa mereka sudah tiada?”
“Aku tidak bisa memastikan itu benar, Fadhel. Aku merasa bahwa Evil Gamma memiliki informasi yang kita butuhkan.”
“Kenapa kau berpikir begitu, Hasan?”
“Dia mengejar gadis ini, kan? Dengan kata lain, ada sesuatu yang disembunyikan oleh gadis bernama Firtania ini hingga diincar oleh Evil Gamma atau orang yang memerintahkan Evil Gamma itu sendiri,” Kata Hasan memperjelas hipotesisnya.
Fadhel mencoba menyelaraskan semuanya. Penyerangan yang dilakukan oleh Evil Gamma dan informasi yang didapatkan darinya juga terasa sedikit aneh. Jika Evil Gamma menyerang mereka, maka dia memiliki banyak kesempatan untuk menyerang Fadhel dan Firtania yang tidak berdaya. Selain itu, Fadhel sudah mengetahui bahwa pemenang dari pertarungan tadi adalah Evil Gamma. Lantas, mengapa Evil Gamma memberi informasi dan obat penyembuh pada mereka? Sejujurnya, Fadhel masih tidak bisa memahami tindakan dari dalang penyerangan Firtania.
“Oh iya, Evil Gamma tadi mengatakan soal organisasi bernama Lucifer, kan?” Tanya Fadhel memastikan informasi itu.
“Iya. Organisasi yang menggunakan ras-ras lain untuk dijadikan sampel menjadi Plantazel. Itu yang dikatakan oleh Evil Gamma,” Balas Hasan kepada Fadhel.
“Jika dia tidak berbohong, maka ini bisa menjadi masalah lainnya. Ada kemungkinan juga bahwa Evil Gamma bersekongkol dengan Lucifer di [Finias].”
“Apa kau percaya begitu saja, Fadhel?”
“Aku hanya mengambil semua kesimpulan yang mungkin di dunia ini. Keberadaan Lucifer di tempat yang kita tuju saat ini bisa memberikan ancaman yang besar. Jika Lucifer mengetahui keberadaan kita sebagai ras asing, maka kita akan diburu oleh mereka,” Jelas Fadhel.
“Meskipun itu benar, kita tidak mengetahui persembunyian dari Lucifer. Selain itu, kau masih belum bisa mengontrol kekuatan dari [Mald Arrow]. Jika itu memang senjata yang bisa memberi kesempatan kita untuk melawan Lucifer, maka kau harus bisa mengontrol dan menaikkan [Skill]-mu, Hasan.”
“Tidak ada jalan lain, ya? Bagaimana dengan dirimu, Fadhel?”
“Mencari senjata yang cocok untuk pertahanan diri. Aku akan berusaha mencapai hal itu. Yang terpenting adalah kita mencapai tujuan awal kita. Dengan begitu, kita bisa sedikit tenang.”
“Kau benar, Fadhel.”
Mereka berdua telah menetapkan apa yang akan menjadi tujuan mereka selanjutnya. Membongkar segala hal tentang keberadaan Lucifer dan mencari senjata untuk Fadhel. Jika keberadaan Lucifer itu bukan informasi palsu, maka mereka berdua mungkin akan melawan organisasi itu dan bertarung kembali melawan Evil Gamma. Untuk saat ini, mereka tidak akan melupakan tujuan awal.
Gadis elf di dekat mereka mulai menggerakkan jari-jarinya. Sepasang matanya mulai terbuka secara perlahan. Dia melihat dua orang di depannya sedang berbicara satu sama lain. pikiran gadis itu sedikit kacau dan mencoba menggerakkan mulutnya.
“Dimana....ini?” Kata-kata pertama gadis itu setelah membuka matanya.
“Hasan, dia mulai sadar!” Kata Fadhel sembari melirik gadis itu.
“Benar! Kau tidak apa-apa?” Ujar Hasan mendekati gadis itu dengan cepat.
“Benar juga....aku dikejar oleh....Plantazel....” Kata gadis itu yang masih mencoba meluruskan pikiran dan perkataannya.
“Tidak apa-apa. Plantazel itu sudah pergi. Kau sudah aman, Firtania. Apa kau bisa berdiri?” Kata Hasan sembari mengulurkan tangannya pada gadis bernama Firtania itu.
“Siapa kalian? Kenapa kalian tahu namaku?” Firtania masih kebingungan. Namun, dia tanpa ragu meraih tangan Hasan dan berdiri dengan kedua kakinya. Tubuhnya tidak mengalami masalah lagi.
“Namaku Hasan. Temanku ini Fadhel. Kami tidak sengaja bertemu denganmu saat kau terluka cukup parah. Saat itu, Plantazel bernama Evil Gamma mencoba membunuhmu. Setidaknya, kami berhasil bertahan dan menyembuhkan lukamu,” Kata Hasan menjelaskan situasinya.
“Oi, Hasan! Kenapa kau memberitahu nama asli kita?!” Bisik Fadhel pada Hasan.
“Mau bagaimana lagi! Jika Evil Gamma mengetahui nama asli kita, maka kita tidak bisa menyembunyikan nama asli kita selamanya. Biarlah semua orang tahu nama asli kita agar beban yang kita pikul sedikit berkurang!” Balas Hasan pada Fadhel.
“Terserah kau saja. Dan juga, Evil Gamma memberitahu namamu dan mengincar nyawamu. Aku juga ingin mengembalikan belati ini padamu. Maaf meminjamnya tanpa izin, tapi aku membutuhkannya karena kami terdesak oleh Evil Gamma. Ini belatimu!” Kata Fadhel sembari menyerahkan belati itu pada Firtania.
“Terimakasih sudah melindungiku. Namun, aku tidak pernah tahu soal Evil Gamma yang kalian ceritakan tadi,” Kata Firtania sambil menerima belatinya dari Fadhel.
“Eh? Apa yang kau katakan, Firtania?” Tanya Hasan kebingungan.
“Memang benar kalau aku dikejar oleh Plantazel. Namun, Plantazel yang mengejarku memiliki ukuran sebesar pohon di belakangku ini. Plantazel tidak memiliki kemampuan mengingat atau berbicara seperti yang kalian katakan,” Kata Firtania yang mencoba mengingat kejadian yang baru saja menimpanya.
“Kami baru saja bertarung melawan Evil Gamma tadi, Firtania! Kami tidak mungkin salah. Plantazel itu memiliki tubuh yang lengkap dengan sepasang tangan dan kaki.”
“Aku tidak berbohong. Saat itu, aku sedang dalam perjalanan pulang menuju [Kerajaan Finias]. Tiba-tiba, seekor Plantazel muncul dan menyerangku, sehingga aku terpojok di sekitar sini. Selain itu, aku tidak melihat adanya Plantazel lain yang kalian maksud. Sejujurnya, aku masih ketakutan mengingat kejadian yang menimpaku,” Kata Firtania yang gemetar.
“Baiklah. Kita sudahi saja pembicaraan ini, Fadhel. Kami sedang menuju ke [Finias]. Apa kita bisa pergi bersama-sama ke sana? Jika kita ke [Finias] bersama-sama, maka kau tidak perlu takut lagi,” Usul Hasan pada Fadhel dan Firtania.
“Kau benar, Hasan. Kita juga tidak bisa berlama-lama di sini. Ada bahaya lain yang mungkin menghampiri kita. Oleh karena itu, aku juga sependapat dengan Hasan. Bagaimana, Firtania?”
“B-Baiklah. Aku akan menerima tawaran kalian. Aku mohon kerjasamanya, Fadhel, Hasan,” Kata Firtania sembari menundukkan kepalanya.
“Tidak perlu formal begitu, Firtania. Santai saja pada kami. Kami merasa tertolong saat ada yang bisa menunjukkan jalan menuju [Finias],” Ujar Fadhel kepada Firtania.
“B-Baik, aku mengerti. Kalau begitu, aku akan menunjukkan jalan menuju [Kerajaan Finias],” Balas Firtania sembari mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada mereka berdua.
Mereka bertiga sepakat untuk pergi bersama menuju [Kerajaan Finias]. Sebuah tempat yang akan menjadi tujuan awal Hasan dan Fadhel. Saat itu, Firtania menyarungkan belatinya kembali dan menuntung mereka menuju [Kerajaan Finias]. Misteri yang mereka cari mungkin bisa ditemukan di sana.