Player Level 67

Setelah Satria ambruk ke tanah tiba-tiba saja bayangan seorang pria langsung muncul dari balik batu. Memakai jubah khas sorcerer dan membawa tongkat sihir dengan Kristal merah di atasnya. Seringai puas terlihat jelas dari wajahnya sambil menatap Satria yang terduduk di tanah bersama para petualang dan penumpang lainnya.

"Tuan!" tiba-tiba saja Nekora berteriak dan keluar dari kereta kudanya untuk menghampiri Satria.

"Absolute fear aura!" ucap pria tersebut sambil menghantamkan tongkat sihirnya ke tanah. Saat itu juga Nekora dan beberapa penumpang lainnya yang ada di dalam kereta langsung ambruk lemas tak berdaya.

"Hahaha… tadinya aku sempat khawatir kau akan bisa menangkalnya tapi ternyata di tempat ini tidak ada yang jauh lebih kuat dariku!" ucap pria tersebut sambil tertawa puas. Sementara Satria terus menatapnya dengan tajam.

"Siapa kau?" tanya Satria sambil terbata-bata.

"Hahaha… namaku Borox sang ketua bandit!" jawab Borox dengan lantang.

"Kau player?" tanya Satria dengan pelan agar orang lain yang ada di sana tidak mendengarnya. Borox mendadak terkejut bukan main, dia langsung menatap Satria dengan tajam.

"Jangan-jangan kau juga?" ujar Borox sambil menghunuskan tongkatnya ke wajah Satria.

"Ya, aku tidak menyangka ada player yang memilih menjadi bandit sepertimu," ucap Satria.

"Hahaha… aku sejenak merasa khawatir, tapi melihat kau terkena skill khususku ini itu artinya levelmu masih berada di bawahku," tukas Borox sambil menatap sekelilingnya.

"Skill khusus?" ujar Satria.

"Ya. Absolute fear aura adalah skill khusus milikku. Siapapun orangnya, sekuat apapun orangnya, memakai perlengkapan apapun, kalau levelnya berada di bawahku maka dia tetap tidak akan bisa menahan skill milikku ini. Dia akan langsung lemas tak berdaya," jelas Borox dengan bangga.

"Cih. Benar-benar curang," gerutu Satria.

"Ya, semua orang pasti akan berkata begitu. Malah player yang aku temui juga bilang begitu," kata Borox seraya menyeringai kejam.

"Kau sudah bertemu dengan player lain? Di mana mereka?" tanya Satria.

"Hahaha… Mereka semua sudah aku habisi dengan cara yang sama seperti nanti kau dihabisi. Tentunya setelah semua barang-barang mereka aku kuras habis, mungkin untuk wanita aku berikan bonus yang luar biasa," jawab Borox dengan keji.

"Karena itulah sebelum mengurus mereka aku akan menghabisimu terlebih dahulu! Kelihatannya tadi kau memiliki senjata yang cukup menarik," sambung Borox sambil melirik Dreamer's Weapon milik Satria.

"Aku tidak menyangka akan ada orang sekeji dirimu di dunia ini. Bagaimana jika mereka semua mati setelah mati di dunia ini hah? Bahkan NPC sekalipun tidak layak diperlakukan biadab seperti itu," tegas Satria.

"Kau berani menasehatiku ya!" bentak Borox sambil menghantam wajah Satria dengan tongkatnya.

"Cepat keluarkan semua barang-barangmu! Setidaknya nanti kau akan mati dengan cepat," perintah Borox setelah menghantam wajah Satria beberapa kali.

"Tu-an.." ucap Nekora yang tampak merangkak mendekat karena melihat Satria dihantam berkali-kali.

"Dia masih bisa bergerak? Ternyata lumayan juga budakmu itu, mungkin cocok jika aku mencicipinya sedikit," kata Borox sambil menyeringai keji.

"Satu langkah lagi mendekatinya maka kau akan mati!" bentak Satria.

"Hahaha… kau benar-benar tidak sadar diri yah! Kau pikir dengan levelmu itu bisa mengalahkanku yang sudah berlevel 67 ini hah!" balas Borox sambil menendang wajah Satria dengan kakinya berkali-kali.

"Tu-an," kata Nekora yang terlihat mulai menitikan airmatanya. Perlahan Nekora terlihat berdiri, seketika itu juga mendadak saja riuh angin terasa bertiup dari sekitar tubuh Nekora, Borox yang melihatnya langsung terkejut begitu juga dengan Satria.

"Gadis itu, kenapa dia masih bisa bergerak?" ujar Borox.

"Kelihatannya masih ada celah dalam skill khususmu itu, Borox," kata Satria yang langsung bangkit dan menendang tubuh Borox hingga terpental jauh dan berguling-guling di tanah.

"Heukh.." Borox langsung memuntahkan darah setelah terkena tendangan Satria.

"Kau jangan khawatir Nekora, aku hanya berpura-pura. Kau bantu saja mereka," kata Satria yang langsung mengambil pedang hitamnya dan melompat mendekati Borox yang berusaha bangkit lagi di kejauhan.

Saat itu juga riuh angin di sekitar tubuh Nekora tampak berhenti. Dia lalu buru-buru menghampiri para petualang dan penumpang yang masih tergolek lemas. Sementara itu Borox yang melihat Satria mendekat langsung bangkit dan mengelap darah dari mulut serta hidungnya.

"Mustahil, bagaimana kalian bisa meredam skill khusus milikku hah?" tanya Borox seraya mengangkat tongkat sihirnya.

"Kalau untuk Nekora, aku juga tidak tahu dan belum mengerti. Tapi diriku memang sejak awal tidak pernah terkena skill milikmu itu," jawab Satria sambil meletakan pedang hitamnya di atas bahu kanannya.

"Mustahil, orang yang memiliki level di bawahku pasti secara mutlak akan terkena skill milikku itu," gumam Borox.

"Setiap skill pasti ada kelemahannya, seharusnya pemiliknya sendiri yang jauh lebih tahu hal itu. Skill khusus milikmu itu memang sangat menakutkan dan terasa sangat curang, sayangnya kau malah bertemu dengan diriku. Benar-benar tidak beruntung," ujar Satria.

"Jangan berbangga diri dulu! Kau belum tentu bisa mengalahkanku!" teriak Borox yang langsung melompat mundur dan mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi.

"Padahal tadi aku hanya memancingnya untuk keluar dan pura-pura terkena serangannya. Tapi dia malah terlihat bangga dan percaya diri karenanya. Sayang sekali, seharusnya jika dia memang ingin berbuat jahat dia harus berusaha menjauh dariku. Malang sekali nasibmu," batin Satria. Dia tidak ingin menghabisi siapapun meski NPC sekalipun, tapi pengecualian untuk orang biadab yang bangga dengan kebiadabannya seperti Borox. Satria tahu orang seperti mereka tidak akan pernah berubah menjadi baik.

"Socerer," ucap Satria kembali mengubah job classnya. Saat itu juga pedang hitamnya langsung berubah menjadi tongkat sihir hitam dengan Kristal hitam di bagian paling atasnya.

"Firestorm!" teriak Borox sambil menggerakan tongkat sihirnya. Saat itu juga udara langsung panas, gulungan api yang bergerak bagaikan ombak yang berputar langsung melesat menuju ke arah Satria.

"Thunderstorm!" ucap Satria yang juga menggerakan tongkatnya. Tiba-tiba saja suara guntur di langit langsung terdengar menggelegar. Kilatan petir yang bergulung dan berputar langsung melesat menghantam sihir api yang digunakan Borox.

'Bbbhhhooommmrrr'

Suara dentuman hebat langsung terdengar saat kedua sihir itu beradu. Bongkahan-bongkahan tanah di sekitar benturan dua sihir langsung berhamburan ke udara dan hancur menjadi abu. Riuh angin langsung bergemuruh bersamaan dengan suara ledakan keras yang terdengar.

"Menyerahlah! Kau tidak akan bisa menang melawanku! Serahkan semua barang-barangmu kepadaku!" perintah Satria sambil menghunuskan tongkat sihirnya ke arah Borox.

"Tidak mungkin, bagaimana bisa dia menggunakan skill milik sorcerer?" gumam Borox.

"Tidak, itu mungkin saja skill khusus berupa ilusi yang bisa membuatku bingung," sambung Borox di dalam pikirannya.

"Jangan harap! Akan aku hancurkan ilusi buatanmu itu!" teriak Borox yang langsung mengacungkan tongkatnya tinggi-tinggi.

"Sayang sekali padahal itu adalah kesempatan terakhirnya," batin Satria sambil mengacungkan tongkatnya ke atas.

"Greater burning.." ucap Borox. Saat itu juga tanah langsung bergetar hebat, tongkat sihir Borox langsung memancarkan cahaya gradasi berwarna merah hingga bisa diliha oleh semua penumpang dan petualang serta Nekora. Riuh angin langsung bergemuruh kencang hingga semua orang di sana menutup matanya.

"Sihir tingkat enam ya. Kalau begitu wajah seperti apa yang akan dia tunjukan saat melihat ini," pikir Satria sembari menyeringai senang.

"Top tier magic: icy.." kata Satria mulai menyebutkan nama skillnya separuh menunggu moment yang tepat dengan serangan sihir yang akan digunakan Borox.

Tiba-tiba saja tanah di tempat mereka berguncang hebat lebih dari sebelumnya. Kerikil dan debu-debu serta dedaunan yang ada di sekitar Satria langsung terangkat ke udara lalu berhamburan tertiup angin yang bergemuruh bagaikan ombak lautan menabrak karang. Tongkat sihir Satria mendadak memancarkan sinar terang dengan cahaya gradasi berwarna putih, semua orang di sana langsung menutup matanya karena silau.

Bersambung…