Bab 4 - Situasi Memilukan

Room Hotel

Singapura

Cantini yang tergeletak tengkurap di Lantai, berusaha mengangkat badannya, tampak air matanya berlinang.

"Maafkan Aku, Mas Ar." Rintihnya tahu bahwa Asmir berhasil mendapatkan Armatia, "Karena dibutakan cinta, Aku membuat Petaka di Keluarga Kita." Rintihnya, lalu kemudian menyemburkan darah dari dalam Mulutnya. Ini sudah semburkan ke sekian kali, sebab setelah kepergiaan Robin dan beberapa Pria yang berhasil membawanya dari Cakra Hospital, dia berusaha membantu Tiara menyelamatkan Armatia dan Artito.

Namun power Six Sensenya sangat lemah akibat Racun yang dibubuhkan Asmir ke dalam minumannya saat Dia minum Obat sebelum Tragedi itu terjadi.

Asmir saat dijebloskan ke Penjara setelah membunuh sadis Altar, Awan, dan Aswan para Ayah dari Armanto, Alwin, dan Asgar, dikunci Six Sensenya oleh Alwin. Kemudian Dia menyuruh Dalas mencari tahu bagaimana membuka penguncian itu. Setelah lama mencari tahu, Dalas mengatakan bahwa hanya Cantini yang bisa melepas penguncian Six Sense Asmir.

Mengapa demikian? Sebab saat Alwin mengunci Six Sense Asmir, Cantini yang ternyata sudah lama jatuh cinta ke Asmir, merasa kasihan sama Asmir. Diam-Diam Cantini mempelajari cara membuka Six Sense dari catatan milik Altar. Ilmu itu di dapatnya. Tapi kalo dilakukan Cantini dengan ekstrim, Alwin pasti tahu. Maka Cantini mendekati Asmir, menawarkan untuk menolong Asmir dengan syarat Asmir menikahinya.

Asmir setuju, karena sudah tahu dari Dalas bahwa Cantini bisa membuka penguncian Six Sensenya. Cantini pun merengekin Armanto untuk menikahkannya dengan Asmir. Cantini mengatakan Asmir sudah berubah, tidak lagi mendendam. Alwin sudah mencegahnya, namun cinta membutakan Cantini, membuat Armanto terpaksa menikahkan Cantini dengan Asmir.

Nah setiap selesai bersetubuh, Cantini perlahan membuka Six Sense Asmir dengan ilmunya itu. Saat Six Sense terbuka, otomatis Asmir pun mampu menyerap perlahan Six Sense Cantini. Karena Asmir diturunkan ilmu Iblis oleh Alam, dimana Six Sense Asmir bisa menyerap Six Sense mana pun lewat persetubuhan.

Kembali ke Cantini yang menangis pilu sebab kebutaannya mencintai Asmir berakibat Tragedi di Keluarga Satyawan malam ini.

Lalu masuk Asmir. Asmir menghela nafas, ada ibanya melihat Cantini sakaratul. Asmir meski Playboy seperti Alam, tapi saat Dia sudah memilih perempuan ini atau itu untuk melayaninnya, Dia akan mengasihin perempuan itu. Dinikahinnya pula. Dia memilih Cantini, dan ketulusan Cantini membuatnya menyayangin Cantini. Apalagi Cantini melahirkan bayi perempuan yang sangat cantik untuknya.

Asmir mendekati Cantini, pelan ditegakan badan Cantini, dipandangin istrinya ini. Diseka darah yang menghias permukaan bibir Cantini.

"Kembalikan Tia ke Mbak Yara, Mas." Rengek Cantini memohon belas kasihan Asmir, "Jangan jadikan dia bonekamu untuk membalaskan dendam orangtuamu ke Keluargaku."

"Sudah sakaratul masih merengek soal itu." Asmir menghela nafas, "Rupanya Kamu tetap memilih memihak Kakakmu itu." Dia pikir dengan semua yang Cantini alamin, akan membuat Cantini tersadar dan mendukungnya.

"Mas Ar segalanya untukku. Dia yang momong Aku selama ini. Dia tidak pernah menyakitiku."

"Sudahlah." Asmir lalu mengangkat badan Cantini, digendongnya, dibawa ke Tempat Tidur, dibaringkan di sana, "Istirahatlah hingga ajalmu tiba." Asmir bicara singkat, "Hal lain, Kamu tidak perlu cemas. Aku pasti mengurus baik Tia, karena dengan adanya Tia, bukan hanya dendam orangtuaku terbalaskan, tapi aku bisa mendapatkan Yara menjadi istri tercintaku." lalu meninggalkan Cantini sendirian.

+++

Kediaman Keluarga Satyawan

Singapura

Matt tergesa meletakan Artito yang terluka sangat parah di atas Brankar Ambulance. Tim Medis cepat memasang Masker dan beberapa alat Medis di badan Artito, kemudian tergesa mendorong Brankar keluar dari rumah ini, diiringin Matt.

"Tuan." Kun mencegat Matt.

Matt berhenti berjalan tapi tangannya memberi isyarat ke Petugas Medis untuk segera memasukan Artito ke dalam Ambulance, dia menyusul.

"Bagaimana?" Matt membuka kembali pembicaraan dengan Kun.

"Tidak ada yang selamat." Kun memberi Laporan setelah bersama Pasukannya mengevakuasi seluruh Rumah. Dia menghela nafas dengan berat, hatinya ngilu sebab seluruh Manusia di rumah ini tewas mengenaskan.

"Bawa mereka semua ke Cakra Hospital." Matt memberi instruksi, lalu mengusap kasar wajahnya yang tampak pilu, "Atur Pemakaman untuk Mereka, lalu hubungin Keluarga Mereka. Yang tidak ada Keluarga, Makamkan di Pemakaman Umum dengan layak. Koordinasi sama Jack di Cakra Satyawan untuk mengatur biaya Pemakaman dan lainnya bagi Mereka yang tewas."

"Baik. Tuan, apa baiknya mengangkut semua Jenasah dengan Helikopter Tentara?"

"Lakukan saja." Matt menepuk pundak Kun, lalu bergegas ke Ambulance yang akan membawa Artito ke Cakra Hospital. Tapi sampai di sana, tampak Artito dipindahkan ke atas Brankar lain, di mana ada Alwin juga beberapa Tentara. "Tuan Win." Matt melihat ini lega, "Maafkan Saya. Saya tidak bisa mencegah tragedi ini." Air mata penyesalan mengalir dari kedua sudut matanya.

"Bukan salahmu." Alwin menepuk-nepuk pundak Matt, "Kita kalah strategi."

+++

Kediaman Marlia

Singapura

Marlia dengan lembut menempelkan Saputangan yang sudah diberi Minyak Angin dengan harum menyengat untuk menyadarkan Armatia yang terbaring pingsan di atas Kasur milik Lydia putrinya. Lydia disisinya tampak cemas melihat Armatia belum sadar juga.

"Ma." Lydia menegur Ibunya, "Kok dede belum bangun juga? Apa Papa memukulnya keras banget?"

Marlia menghela nafas, merasa iba sama Armatia. Marlia adalah Pelacur Kelas International yang ditebus Asmir, lalu dinikahin resmi. Dari pernikahan itu lahirlah Lydia yang kini berusia 6 tahun.

'Kenapa kamu lakukan semua ini, Mas?' tanya hatinya pilu dengan apa yang Asmir lakukan, 'Apa dengan Armatia menjadi boneka ditanganmu, Kamu bisa menghancurkan seluruh Keluarga Satyawan? Kamu naif, Mas. Ada cara lain yang lebih mudah untuk merealisasikan balas dendammu itu ke Keluarga Satyawan.'

Pelan kedua mata Armatia bergerak-gerak.

"Tia." Marlia melihat ini menjadi lega, ditepuk-tepuk pelan pipi bocah malang ini, "Tia Sayang." Dipanggil nama Armatia dengan lembut dan penuh kasih sayang, "Syukurlah." Dia lega sebab kedua mata Armatia berbuka, "Sayang, lihat kemari. Ini Bude Lia." Diperkenalkan namanya.

Armatia hanya mengamatin Marlia, Dia tidak mengenal Marlia, sebab selama ini Asmir merahasiakan keberadaan Marlia sebagai istri sahnya ke Dunia.

"Dede." Lydia juga merasa senang melihat Armatia bangun, "Dede sudah bangun." Dia spontan saja mencium sayang kening Armatia.

Marlia melihat ini tersenyum, 'Sepertinya Lydia menyukai Tia. Baguslah kalo begitu. Aku bisa menyusun rencana lain yang tidak seperti rencana Mas Asmir. Tia lebih baik menjadi anakku, lalu bersamaku dan Lydia menghancurkan Mas Asmir.'

+++

Cakra Hospital

Singapura

Armanto dengan menggandeng tangan Tiara, tergesa jalan menuju Ruang Operasi. Bersama Mereka ada Asgar dan istri, serta Mirna istri Alwin.

Flash back

Armanto melihat ke Asmir dengan garang, segera berdiri, ditonjok keras wajah Asmir.

"Akhhh!!" terdengar pekikan para Tamu sebab Asmir terpental ke belakang, jatuh di lantai, "Akhh!" pekik mereka lagi sebab Armanto cepat menarik Asmir berdiri ditonjok beruntun.

Mirna dan Leyla cepat merangkul Tiara yang masih terduduk di Lantai dengan wajah bersimbah air mata. Mirna dan Leyla sudah tahu kejadian yang baru saja terjadi dari Six Sense mereka. Keduanya juga berlinang air mata, merasakan kepedihan Tiara dan Armanto. Yang seharusnya malam ini menjadi malam paling membahagiakan Pasangan itu sebab baru saja meresmikan Cakra Link Unit Perusahaan baru milik Armanto.

"Bajingan Loe, Mir!" Armanto memaki Asmir, "Kalo Elo ada masalah sama Gue, jangan libatkan kedua anak gue! Jangan ambil Tia dari Gue!" dia terus memaki Asmir sambil menonjokin Asmir.

Benarkah itu Asmir? Bukan. Itu adalah Faris salah satu Ajudan Asmir yang perawakannya sama persis dengan Asmir, dan disulap Asmir menjadi dirinya. Asmir menempatkan Faris di sini untuk mengelabui Armanto dan yang lain, dan Dia dengan mulus menculik Armatia.

Semua yang hadir menjadi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang terjadi. Sebab Mereka hanya melihat saat Tiara berusaha keras mencegah Asmir menculik Armatia.

"Sudah Ar!" Gerald cepat menghentikan aksi Asmir. Asgar juga ikut menghentikan aksi Armanto ini.

"Minggir Kalian!" Armanto bicara dengan sengit, "Biar gue bunuh Bajingan ini!"

"Maaf Mister Armanto," Eddy salah satu Pemegang Saham di Cakra Satyawan memberanikan diri bertanya ke Armanto, "Sebenarnya apa yang terjadi? Kami semua heran kenapa Nyonya Tiara bersikap seperti tadi, lalu Anda kini memukuli Mister Asmir sepupu Anda."

"Dia!" Armanto menunjuk Asmir yang wajahnya sudah terhias hiasan memar hasil pukulan Armanto, "Dia menculik Armatia anak bungsuku dan Tiara. Mencelakai Artito anak sulung kami."

"Loe menuduh Gue tanpa bukti, Ar?" tanya Faris si Asmir gadungan, "Gue sedari tadi berada di sini. Bagaimana bisa Loe tuduh Gue menculik Tia, dan mencelakai Tito?"

"Jangan berdalih lagi!" maki Asgar, "Akui saja, semua yang terjadi karena Loe."

"Hei, Gue dari tadi di sini. Kalian bisa melihat rekaman CCTV. Dia tidak akan berbohong bahwa Gue di sini."

Back to

"Alwin!" Armanto melihat Alwin yang duduk di Bangku Penunggu di depan Ruang Operasi bersama Matt. Dipercepat langkahnya dan Tiara menuju Alwin dan Matt yang saat melihatnya langsung berdiri dan menyongsongnya. "Win, gimana Tito? Apa yang terjadi sama Dia?" dilepas tangannya dari tangan Tiara, langsung mencengkram kedua sisi lengan Alwin yang hanya menghela nafas, "Alwin!" dihardiknya Alwin.

"Tito terluka sangat parah, Ar." Sahut Alwin, "Entah berapa banyak Peluru di badannya." Ujarnya menjelaskan keadaan Artito, "Kita hanya bisa memasrahkan Tito ke Tuhan."

Tiara segera ke Pintu Ruang Operasi yang terkunci dari dalam, menempelkan pipinya di permukaan kaca Pintu itu, air matanya meleleh lagi,

"Maafkan Ibu, Nak. Harusnya Ibu membawamu dan Tia ke Acara Peresmian Cakra Link. Maafkan Ibu, Nak." Dia meracau menyesalin dirinya.

Flash back

Armatia meronta-ronta dalam gendongan Artito. Dia ingin ikut bersama Armanto dan Tiara ke Acara Peresmian Cakra Link, namun Armanto melarangnya.

"Ayah." Tiara sedikit menggoyangkan lengan kanan Armanto, "Kita bawa saja mereka ya. Kan di sana Mereka bisa bermain ditemanin Pengasuh dan Ajudan. Kita juga bisa mengawasin Mereka."

"Yara." Armanto menghadapkan Tiara ke Dia, "Tia pasti bosan nanti di Acara itu. Sebab akan berlangsung lama. Sudah jangan cemas. Dia dan Tito aman di rumah ini selama Kita menghadiri acara itu."

Armatia mendengar perkataan Armanto, menjerit-jerit panik,

"Tak! Tak Ayah! Tia ikut! Tia ikut!" Armatia pun mengulurkan kedua tangan ke Armanto minta dibawa Ayahnya ini.

Tapi Armanto hanya mengusrek sayang kepala Armatia,

"Anak baik." Armanto pun bicara lembut ke Armatia, "Nanti ya, Ayah akan bawa Kamu dan Mas Tito plesiran ke Disney Land. Kamu dan Mas Tito sangat suka kan ke sana?" dibujuknya Armatia dengan menjanjikan membawa Armatia dan Artito liburan ke Disney Land tempat yang sangat disukai kedua anaknya ini, "Sekarang Tia di rumah saja sama mas Tito ya. Nurut ya sama Ayah, anak cantik Ayah."

Armatia menggelengkan kepala, air matanya ngebanjir, seperti tahu Dia tidak akan bertemu lagi sama Armanto dan Tiara untuk waktu yang sangat lama.

Back to

"Maafkan Ibu, Nak." Tiara masih meracau menyesalin dirinya gagal membujuk Armanto untuk membawa Armatia dan Artito ke Acara Peresmian Cakra Link, "Maafkan Ibu, Nak."

Armanto pelan memeluk Tiara dari belakang, air mata penyesalan berlinang di wajahnya.

"Maafkan Aku, Yara. Aku tidak tahu semua ini terjadi. Maafkan Aku."