Tempat apa ini? pikirnya dalam hati. Sambil masih mengerjap-ngerjap. Silau. Yang dia ingat terakhir kali dirinya baru saja tertidur di kasur barunya yang nyaman. Tempat ini terang sekali. Ruangan ini berbentuk kubus, berdinding putih tersusun dari persegi yang timbul dengan panjang sisi tak kurang 80 senti. Dari sela antarpersegi yang berukuran 5 senti bersinar cahaya putih yang menerangi seluruh ruangan. Cahaya lampu ini hangat, seperti matahari pagi. Langit-langitnya sempurna putih polos, pun begitu lantainya, memantulkan cahaya sehingga tidak ada titik gelap di ruangan ini. Meski tak terlihat ada ventilasi, sirkulasi udara di ruang ini sangat nyaman.
Sekian detik kemudian, baru ia sadar, ia terbaring tidak bisa bergerak di semacam pembaringan logam yang amat kokoh, satu-satunya benda di ruangan itu. Belenggu supercanggih membelenggu hampir seluruh sendi yang ada ditubuhnya, sempurna menempelkannya pada pembaringan logam yang jauh dari kata empuk, sangat kokoh bahkan untuk sekadar menggerakkan jari tangannya pun tidak bisa, hanya kepalanya yang bisa menoleh sedikit, melirik tubuhnya.
'Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa bergerak? Kenapa Aku terbangun di sini?' bertubi-tubi pertanyaan muncul di kepalanya, termasuk mengapa ia bisa memiliki tubuh yang kekar dengan beberapa bekas luka di berbagai tempat. Kebingungan melanda kepalanya, harusnya saat ia terbangun, hal yang pertama dilakukan adalah memeriksa ponsel pintarnya, apakah kekasihnya sudah mengirimkan balasan pesannya tadi malam atau belum. Sekarang apa? Jangankan ponsel pintar, bergerak pun tidak bisa.
Belum sempat satu pun kebingungannya terjawab, tiba-tiba benda yang mirip seperti pintu -bentuknya persegi panjang tegak lurus ke atas, yang terlihat kontras dibanding dinding persegi- di salah satu dinding meledak, jatuh ke lantai. Mendadak cahaya ruangan menjadi merah berkedip-kedip, diikuti bunyi alarm.
Seorang berpakaian serba hitam muncul dari balik ledakan. Pakaiannya bagai pakaian ninja dengan hiasan mirip bulu gagak di sepanjang pinggiran kain sekitar dada dan lehernya. Seluruh tubuhnya berbalut kain serba hitam, kecuali mata, telinga serta rambutnya. Membawa dua pedang menyilang di punggungnya menambah kesan 'ninja' orang misterius ini. 'Ninja' ini keren sekali.
'Ninja' itu memelesat dalam sekejap mencapai pembaringan yang jaraknya tak kurang 20 meter dari pintu yang diledakkannya. Lantas memasukkan benda seperti tabung kecil ke dalam lubang yang berada di salah satu persegi di dinding, sesaat setelah tabung itu tertelan pada lubang, terlepaslah semua belenggu.
"Kita harus pergi, ikuti aku", ucap 'ninja' tersebut, kata-katanya dingin namun meyakinkan. Tanpa pikir panjang pria bertubuh kekar itu bangkit mengikuti sang 'ninja', melewati lorong-lorong bercahaya merah berkedip dengan banyak tubuh bergelimpangan di lantai. Ia berusaha terus berlari, mengikuti arah gerak sang 'ninja', meski ia tidak bisa menyamai kecepatan bergeraknya.
"Di dalam sini!" pria berpakaian serba hitam itu mengeluarkan balok-balok dari dalam bajunya menempelkan di samping kiri-kanan atas-bawah 'benda seperti pintu', menekan tombol, DUAR!. 'Pintu' itu meledak, lantas ia langsung memelesat ke dalam. Di dalam ia disambut setidaknya sepuluh orang bersenjata, melepaskan tembakan ke sembarang arah. Cepat sekali, tiga diantaranya sudah terbaring tak bergerak.
Di sisi lain, sambil berusaha menghindari tembakan-tembakan yang menyasar ke arahnya, pria bertubuh kekar terheran, lihatlah! Senjata itu melepaskan semacam sinar berwarna biru bukannya peluru-peluru timah yang sepemahamannya adalah lumrah keluar dari selongsong senjata seperti itu.
Pria dengan pedang 'ninja'nya menghabisi mereka tanpa sedikitpun menerima serangan, cepat sekali. Setelah lengang, 'ninja' itu mendekati sebuah ruang berbentuk tabung kaca besar, memasukkan tabung logam kecil di dinding persegi, sepertinya itu adalah kuncinya, seketika itu kaca ruangan itu tersibak dan di dalamnya tampak seseorang anak muda berbadan kurus, rambutnya putih berantakan, seluruh pakaiannya lusuh compang-camping kecuali jas putih panjangnya yang terlihat baru dan rapi sekali. Wajahnya tersenyum, melempar pandang ke dua orang lainnya, menyapa dengan megangkat kedua alisnya.
"Setidaknya gunakanlah sedikit kebolehanmu itu" sang 'ninja' mendengus ke arah pria berbadan kekar yang masih kelimpungan, "kebolehan?".
"Cepat waktu kita tidak banyak, kau sudah menyiapkannya, bukan?" lagi-lagi dengan intonasinya yang dingin sang 'ninja' bertanya pada pria kurus.
"Tak perlu tergesa-gesa, benda itu sudah ada di sini" pria kurus itu terlihat langsung menghampiri dinding persegi, mengetuk-ngetuknya dengan pola tertentu, kemudian beberapa persegi di dinding terdorong keluar, benda berbentuk balok berukuran besar berwarna hitam muncul. Terlalu hitam, saking hitamnya seolah-olah cahaya di sekitar benda tersebut tersedot habis.
Si kurus mengetuk sisi balok hitam itu seketika lubang seukuran manusia terbuka. "Masuk!" serunya. 'Ninja' itu bahkan tidak terlihat sama sekali ketika mendekati benda itu. Lubang itu menutup seketika setelah pria bertubuh kekar, orang terakhir masuk.
Keadaan di luar bisa terlihat tiga ratus enam puluh derajat dari dalam benda ini, namun hanya akan terlihat balok aneh berwarna hitam saja kalau melihat benda ini dari luar. Ada sebuah bangku dengan sandaran dan di depannya ada semacam tuas kemudi, ini sebuah kendaraan?
Pria kurus itu duduk di bangku itu lantas menekan sebuah tombol, dua buah bangku lagi muncul, bergeser dan berhenti di samping kiri dan kanan belakang bangku pertama. Semuanya duduk, pria kurus tampak sibuk dengan beberapa tombol lagi. Tombol? Entahlah, tidak ada wujudnya tapi pria itu terus menekan-nekan panel di hadapannya yang memberikan umpan balik nyala cahaya ketika disentuh, menarik tuas, SPLASH, dengan sedikit guncangan, kendaraan aneh ini sudah hilang dari ruangan merah berkedip-kedip, muncul mengambang di atas hutan lebat, suasananya masih gelap, kendaraan ini bergetar.
"Cih, sistem keamanan bangunan itu masih berusaha menahan meski tak bisa" ucap pria kurus tersenyum sinis berhasil mengendalikan getaran, "Lantas apa yang selanjutnya kita lakukan bersama Bang?" sambungnya bertanya pada pria berpakaian serba hitam.
"Siapa kalian? Di mana kita berada? Apa yang sebenarnya kita lakukan?" pertanyaan yang memenuhi kepala pria kekar itu tak tebendung lagi.
"Rupanya kami belum cukup terkenal untuk orang sehebat kau, Bang" si kurus itu terkekeh.
"Bang? apa maksudmu?"
"Baiklah, baiklah, aku D, dan pria dalam bungkusan hitam ini Ame, kami buronan tingkat tinggi yang sengaja tertangkap demi kesenangan, salam kenal!" ucap pria kurus, tersenyum riang mengulurkan tangan kepada pria kekar.
"Tidak perlu basa-basi, tidak akan lama, pasukan khusus akan mulai mengejar, kita butuh tempat aman untuk menyusun rencana" ucap Ame datar.
Tampaknya orang yang dipanggil Bang itu masih kebingungan, "Apakah semua ini hanya mimpi? Terakhir kali aku ingat, aku tertidur di kamar kosku?"
"Wah, wah, benda sehebat apa yang membentur kepalamu sehingga orang sehebat Bang menjadi aneh begini?" seloroh D. "Kau tidak amnesia hanya dengan benturan di kepala kan, Bang? Kau ini orang hebat paling dicari-cari di seluruh dunia, 'Bang sang Pembebas' semua orang menyebutmu begitu." Jelas D.
Bang semakin bingung, seingatnya dia hanya pegawai kantoran biasa, pergi pagi pulang sore, bermain game di waktu luang, libur akhir pekannya dihabiskan untuk berbalas pesan atau menelepon video dengan sang kekasih. Seingatnya perutnya buncit dan posturnya sedikit membungkuk bagaimana bisa sekarang bertubuh tegap dan kekar. Dan dia tidak ingat sama sekali sejak kapan orang memanggilnya Bang. "Baiklah jika ini bukan mimpi, lantas apa sebutan untuk kejadian tidak masuk akal ini?"
"Wah,wah, orang hebat ini benar-benar kehilangan akalnya, sepertinya aku harus memeriksa kepalamu" D menimpali, kemudian menyalakan kemudi otomatis yang membuat kendaraan berbentuk balok mengambang ini mulai memelesat, cepat sekali. D beranjak dari bangku kemudinya ke bagian belakang kendaraan mengetuk-ngetuk dinding, mengeluarkan kotak-kotak, mengutak-atik banyak sekali gawai.
"Aku hanya orang biasa. Hei, kau! Bagaimana bisa kau menghabisi orang semudah itu? Betapa kejamnya, apa mereka orang jahat, sampai-sampai harus dihabisi begitu? Tempat apa itu tadi?" Bang mencecar pertanyaan, menoleh ke D dan Ame bergantian.
"Cih, terlalu banyak bicara. Bahkan, pasukan khusus dengan gawai canggihnya tidak bisa melihat pergerakanku, sejak tadi kau selalu bisa melihat dan mengikuti, meski tidak bisa menyamai kecepatan gerakku, jangan pura-pura bodoh!" Ame mulai ketus.
"Baiklah, aku akan memasang pemindai ini dikepalamu" D melekatkan semacam plester bulat putih di kepala Bang. Benda itu terasa dingin. D lalu mengetuk sebuah benda persegi panjang pipih di tangannya yang segera menampilkan beberapa gambar rumit tiga dimensi, memperbesar-memperkecilnya, semua gambar itu berwarna putih kecuali sedikit bagian berwarna merah yang baru ditemukannya, itu abnormal.
"Wah, wah, wah, kami sendiri sejak awal terheran sekali kau bisa tertangkap pasukan khusus, tengkorakmu saja lebih tebal dari kebanyakan manusia dan lebih keras dari benda manapun di dunia ini, bagaimana bisa sesuatu membentur kepalamu sampai separah ini? Pasti benda itu hebat sekali, baiklah sudah kuputuskan! benda itu adalah objek penelitianku berikutnya." D mulai mengernyitkan kepala, tampaknya dia serius kali ini.
"Wah, wah, wajar saja, karena sesuatu hal telah terjadi pada kepalamu yang keras, sepertinya ingatanmu terjebak di masa lalu. Entahlah, tidak ada yang mengetahui masa lalumu Bang, orang-orang hanya tau kau dulu orang baik-baik" D menjelaskan, mulai tersenyum licik lagi.
"Lalu, kita ini penjahat?" Bang bertanya polos.
"Penjahat? Hahahahaha" D terkekeh kembali duduk di bangku kemudinya dan Ame tetap diam menatap tajam.
******
Bersambung