Fida membuka isi ponsel Clara yang didalamnya banyak terdapat foto mantan kekasihnya, Devaro. Ia sangat cemburu. Karena Clara dan Devaro terlihat sangat dekat dan bahagia. Padahal harusnya ia yang berada di posisi Clara.
"Dasar cewek pelakor. Bisa-bisanya lu ngerebut Dev dari gue. Nggak! Gue nggak akan biarin hidup lu tenang di atas penderitaan yang gue rasain," ujar Fida.
Ia menghapus satu per satu foto mereka berdua. Karena ia sangat benci jika apa yang seharusnya ia miliki harus menjadi milik orang lain.
Saat men-scroll beranda sosmed Clara, Fida menemukan sesuatu yang belum gadis itu hapus.
"Kayaknya gue pernah lihat cowok ini. Tapi di mana?" tanya Fida bermonolog.
Ia mencoba mengingat wajah laki-laki yang berfoto dengan Clara di sebuah pantai.
"Apa dia ketua BEM kemarin? Ah ... ya, itu dia. Algo Mahesa Rahendra. Jadi, Clara pernah ada hubungan sama nih cowok. Keren, sih."
Ia menyebikkan mulutnya. Ia sama sekali tidak merasa heran. Namun, ia merasa jika Clara adalah perempuan murahan. Karena sana-sini mau.
"Rupanya selain jadi pelakor yang berkedok sok polos, dia juga sasimo. Sana-sini mau," hujat Fida.
"Aw, aku di mana?" tanya Clara yang setengah sadar.
Ia mencoba membuka mata pelan-pelan. Ia terkejut karena sekarang posisinya sedang diikat di tempat yang amat kotor.
"Kenapa aku bisa ada di sini?"
Ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing karena obat bius yang Fida berikan. Ia mencoba mengingat sesuatu yang sebelumnya terjadi.
"Siapapun, tolong! Tolongggggg!" teriak Clara dengan lantang.
Suaranya menggema hingga Fida mendengarnya. Fida pun yang semula mengotak-atik isi ponsel Clara langsung cekatan ke tempat Clara disekap.
Sedangkan Clara, ia berusaha untuk melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya. Namun sayang, usahanya sia-sia.
"Sekeras apapun lu berusaha, nggak akan ada hasilnya. Karena lu nggak akan pernah bisa keluar dari sini tanpa ampun dari gue," tunjuk Fida pada dirinya sendiri.
Ia tersenyum miring dan berdecak senang. Karena mangsa yang menghancurkan hubungannya dengan Dev sudah berhasil ia tangkap.
"Siapa kamu? Kenapa kamu menculik aku?" tanya Clara.
"Oh iya, kita belum kenalan ya, PELAKOR! Tapi sepertinya lu nggak perlu tahu siapa gue. Karena nggak penting juga buat lu," balas Fida penuh penekanan.
"Pelakor? Apa maksud kamu?" tanya Clara polos.
"Nggak usah sok polos, deh. Lu itu cuma perempuan murahan yang merebut laki orang. Jadi nggak usah sok keras," jawab Fida.
"Dan ya, jangan lu pikir dengan sikap sok polos lu ini bisa membuat gue maafin semua kesalahan lu. Karena secara nggak sadar, lu udah jadi orang yang munafik. Menjijikkan!" hujat Fida.
Wajah Fida berubah menjadi merah. Ia sangat marah dengan pertanyaan konyol yang Clara lontarkan. Karena bagi Fida, Clara itu munafik dan sok polos.
"Apa maksud kamu? Aku benar-benar nggak ngerti. Kamu salah orang," elak Clara membela diri.
Clara tidak mengerti dengan arah pembicaraan Fida. Karena mereka berdua memang tidak saling mengenal satu sama lain. Bahkan, Clara tidak tahu jika mantan kekasih suaminya adalah perempuan yang sedang berada di hadapannya.
"Udah deh. Nggak usah munafik. Gue tahu kalau lu seneng kan gue putus dengan Devaro? Lu pasti seneng banget udah ngehancurin hubungan gue sama Dev? Puas sekarang lu?!"
Deg!
Kini, Clara menyadari jika Fida adalah kekasih suaminya, Devaro. Karena saat di awal membina rumah tangga dengan Dev, ia pernah bilang jika dirinya sudah memiliki kekasih.
"Jadi, kamu pacar Devaro?" tanya Clara memastikan.
"Apa perkataan gue tadi masih kurang jelas? Lu kan punya telinga yang normal, masak nggak bisa denger, sih?!" kesal Fida.
Hati Clara hancur. Ia memang sangat mencintai Devaro. Tapi ia juga tidak mau menjadi pelakor dalam hubungan orang lain. Karena ia tahu bagaimana sakitnya dikhianati.
"Kenapa lu diem aja? Nggak bisa ngomong sekarang? Udah puas bikin hidup gue hancur berantakan?" tanya Fida dengan suara meninggi.
"Aku minta maaf. Aku nggak pernah bermaksud merebut Dev dari kamu. Karena semua terjadi begitu saja," jelas Clara.
"Maaf? Maaf kamu bilang?! Simpen aja kata maaf buat lu sendiri. Karena gue nggak akan pernah maafin lu. Gue akan membuat hidup lu persis seperti neraka jahanam. Lu tunggu aja waktu yang tepat. Gue akan menyiksa lu sama seperti apa yang udah lu lakuin ke hati gue," ancam Fida.
"Aku mohon, jangan lakukan itu. Balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah. Aku mohon, maafkan aku," pinta Clara penuh harap.
"Tidak semudah itu, Clara Marshita Anjelika! Karena semua udah terlambat. Melihat lu tersiksa adalah my dream. You know?"
Fida menyerigai ke arah Clara. Hal itu membuat Clara bergidik ngeri. Karena dari vibesnya, Fida terlihat seperti perempuan yang kalem dan friendly.
Fida mulai mengambil sebatang kayu untuk memukul Clara. Saat ia hendak memukulnya, tiba-tiba ....
"Eits, sepertinya gue butuh sesuatu yang lebih seru. Gue akan menyiksa lu dengan perlahan. Jadi, lu bisa menikmati rasa sakit yang akan membuat gue puas."
Bruk
Ia melempar batang kayu tadi ke sembarang arah. Ia berjalan memutari Clara sembari tersenyum miring. Entah mengapa jiwa psikopat dalam dirinya terus memberontak keluar.
Ia akan sangat puas jika bisa melihat orang yang menghancurkan impiannya merasakan siksaan yang begitu menusuk.
"Please, lepasin aku. Kalau kamu mau lepasin aku, aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan. Aku janji," pinta Clara penuh harap.
Fida nampak menimang tawaran Clara barusan.
"Menarik juga," ujar Fida dalam hati.
"Kalau begitu gue mau lu serahin Dev ke gue. Lu harus pisah sama dia. Karena hanya Devaro yang gue mau. Bagaimana? Sepakat?" tanya Fida menyerigai.
Clara sedang berada di persimpangan dilema. Di satu sisi ia ingin bebas, tapi di sisi lain ... ia sangat mencintai Devaro. Ia tak mungkin menyerahkan Devaro begitu saja. Apalagi pada perempuan ambisius seperti Fida.
"Tidak untuk hal itu. Aku tidak akan menyerahkan suami aku pada orang seperti kamu. Harusnya kamu ngaca! Apakah jalang seperti kamu pantas mendapatkan cinta suami aku?!" tegas Clara tanpa rasa takut sedikitpun.
"Lu," tunjuk Fida ke arah wajah Clara.
Splassssh
Fida menampar pipi Clara dengan sangat keras. Ia tidak terima dengan cacian yang gadis itu lontarkan. Karena ia merasa tersinggung disebut jalang.
"Kenapa? Apa kamu terkejut? Aku tahu siapa kamu. Karena kamu sedang berurusan dengan orang yang salah. Kamu pikir apa? Aku akan memohon-mohon pada perempuan sepertimu?! Mimpi. Aku hanya ingin tahu, seberapa rendah perempuan seperti kamu ini," tutur Clara.
Walaupun pipinya terasa panas, ia bisa menahan rasa sakit di pipinya. Karena luka pada fisik, tak sebanding dengan luka dalam mentalnya.
"Kamu salah server, Mbak. Karena sebentar lagi, kehancuran akan menghantui kehidupanmu. Aku yakin, Dev akan datang dan menyelamatkan aku. Karena dia sangat mencintai aku. Kamu hanya masa lalu, sedangkan aku ... adalah masa depan Devaro yang sesungguhnya. Jadi, berhenti bertindak bodoh dan lepaskan aku."
"Hahahaha!"
Bukannya merasa takut, Fida malah tertawa dengan ultimatum yang Clara lontarkan. Ia merasa jika Clara adalah gadis gila yang sok berani. Karena sekarang, ia sama sekali tidak takut dengan apapun dan siapapun.
"Lu pikir gue takut sama ancaman nggak bermutu lu itu?! Bangun hei, gue bukan perempuan lemah yang akan menyerah begitu saja. Jadi, mari kita lihat. Apakah suami tercinta lu itu bisa menemukan istrinya dalam keadaan hidup."