Definisi doktrin atas nama cinta, kebebasan hanya akan tercipta ketika cinta itu tiada. Dan jika semakin takut kehilangan maka semakin besar yang namanya perjuangan. Tanpa disadai, bebas itu hanyalah ilusi. Ketika kita bertemu cinta, yang ada kita akan diberikan luka sebagai konsekuensi yang harus kita terima. Jika benar itu adanya, maka lebih baik musnahkan saja itu cinta. Saat ini terbesit dalam fikirku, mengapa harus ada cinta? Jika isinya hanya untuk menekankan diri pada keadaan saja? Hanya untuk saling bertukar ego lebih baik jadi teman saja bukan?
Pertanyaan-pertanyaan bodoh yang tidak pernah terungkap namun terbukti adanya. Ada yang bilang bahwa memiliki cinta itu adalah manusia yang paling bahagia sedunia, namun ketika aku yang memilikinya mengapa jadi sengsara? Ketika ego itu bertemu dan bukan berpeluk nyatanya makin ribut diiringi argumen yang saling beradu. Ketika logika kalah dengan hati yang bodoh ini, tidak akankah ada kesempatan untuk logika yang juara? Entahlah, kali ini aku hanya ingin menulis diksi yang berantakan. Karena hanya pena satu-satunya tempat ternyaman untukku bercerita.
09/09/22 — Frizka Anggraini