Pelangi Memudar.

"Kenapa Ada Om Rudi bersama dengan Ayah, dan Bos pabrik. atau salah satu dari mereka penjahatnya."

Ia membuka lembaran foto ke dua di mana Ayahnya sedang berbincang dengan Mario.

"Mario menghadiri acara ini? bukankah dia anak berusia 15 tahun."

lembaran ke dua belas semakin membuatnya curiga kepada Bos pabrik, paman Rudi dan juga seorang pengusaha lestoran yang ada di sana.

"Aku tahu ini adalah perkumpulan pengusaha kaya. Kenapa Ayah berada di sana? satu lagi kenapa Om Rudi berada di sana walau dia pemilik supermaket terbesar, tapi apakah dia kenal dengan Boss dan juga pengusaha restoran itu."

Foto terakhir dirinya melihat kelakuan bejat Rudi, Boss pabrik dan juga seorang pengusaha kaya itu. Ia menangis seakan tidak percaya bahwa ayahnya bekerja dan di buli oleh para pengusaha. hatinya hancur berkeping-keping melihat ayahnya bekerja dengan penuh siksaan.

Kenapa Om Rudi begitu jahat kepada Ayah kenapa dia menindas begitu saja.

Alisa melihat ada sebuah flasdish, ia buka dan melihat isinya.

Gadis itu melihat video di mana paman Rudi mengatakan bahwa Heru telah merebut kekasih hatinya.

Alisa melihat gambar di sana bahwa Rudi pernah memiliki hubungan dengan Ibunya.

"Selama ini apakah pembunuh sebenarnya adalah Om Rudi apa karena ia sangat kesal melihat ibu bahagia dengan Ayah tapi kenapa? Tapi kalau Ayah mengambil ibu harusnya aku lebih dulu lahir di bandingkan Kak Mahesa."

Gadis itu sangat terpukul atas perbuatan mereka. betapa sakitnya harus melihat perjuangan Ayahnya untuk menghidupi keluarga.

"Ternyata semua orang yang memiliki uang tidak memiliki empati."

*****

Ia pergi bersama Mahesa tapi dia tidak ingin mengatakan sesuatu kepada pria di sampingnya.

Alisa tidak ingin melihat Mahesa bersedih atas kelakuan Ayahnya terhadap keluarganya.

"Lis kamu hati-hati ingatlah jangan terlihat kalau kamu sedang bersandiwara. Gunakan kacamata hitam ini."

Alisa mengangguk lalu turun dari mobil.

Suara riuh orang-orang yang berdatangan sangat ramai sekali, ia juga melihat Mario yang merangkul seorang putri dari petinggi itu. hatinya sedikit berguncang, jiwanya tak kuasa menahan amarah hingga tanganya reflek mengepalkan tangan.

'Dasar para penjahat kita lihat bagaimana kehidupan kalian selanjutnya.'

Alisa membawa kamera kecil untuk merekam kelakuan busuk mereka.

Semua orang berdansa saat gadis cantik itu memainkan pianonya. Mario tiba-tiba menghampiri dirinya dan membuka kaca mata Alisa.

"Ayumi kamu sangat cantik, bahkan gadis paling cantik di kampusku masih kalah denganmu. Tapi sayang kamu tidak memiliki mata."

Alisa menatap lurus karena kacamatanya di buka oleh Mario. Ia tetap memainkan alat musik dengan lancar.

Mario tiba-tiba saja mecium pipi Alisa.

"Maaf anda siapa saya kenapa mencium pipiku tanpa izin." wajahnya merah menyala tangan milik Alisa gatal ingin meninju Mario yang tidak memiliki sopan santun.

"Sayang sekali kamu tidak dapat melihat wajahku Ayumi. Apakah kamu tahu bahwa semua wanita tergila-gila padaku bahkan aku mempermainkan mereka. tapi mereka bersikeras tetap ingin bersama denganku."

"Maaf aku tidak peduli karena aku datang ke sini untuk bermain musik bukan mencari cinta."

"Sayang sekali wajahmu padahal sangat cantik. Aku juga memiliki seorang gadis cantik bernama Alisa tapi dia juga sangat sulit aku miliki dia hanya mendekatiku sebagai sahabat."

'Dia benar-benar tidak tahu malu. Apa mungkin Ayahnya seorang pelaku karena mungkin sifat anaknya turun dari ayah. dia begitu lihai mempermainkan wanita. Bisa saja Ayahnya melakukan pelecehan dan nafsu biologisnya tidak tertahan hingga membuatnya melakukan hal keji."

Mario memegang pinggang Alisa begitu saja ia berbisik suaranya terasa hangan di telinga gadis itu. Bibirnya mulai mengecup di telinga.

Alisa sangat marah. "Kamu sangat kurang ajar aku tidak tahu di sini pelecehan tidak di pedulikan apa kamu tidak memiliki muka tuan. Aku katakan setampan apa pun dirimu aku tidak peduli dan kalau aku diberi penglihatan aku tidak ingin melihatmu."

"Kurang ajar!! Kamu akan tahu ketika kamu dapat melihatku dan kamu akan menyesal setelah mengatakan hal itu." Mario menampar wajah cantik itu.

Alisa nampak tidak peduli ia berpura-pura mencari kacamata hitamnya. yang padahal ia tahu kalau kacamata itu berada di hadapannya.

"Gadis buta kamu tahu kacamatamu ada di depanmu." Mario mengambil kacamata itu lalu menginjaknya begitu saja.

Alisa berpura-pura tidak tahu. 'Si*l laki-laki ini menyebalkan.' ucapnya dalam hati.

ia tetap mencari kacamata itu mengunakan tanganya. seorang wanita cantik menghampiri Alisa.

"Ayumi, jangan mencari kacamata lagi, karena kacamata itu telah diinjak oleh pria di sampingmu."

Alisa hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. "Terima kasih telah memberitahuku."

"Jangan panggil aku Nona, panggil saja Sela. Aku memiliki kacamata hitam apa kamu mau ikut ke kamarku untuk mengambilnya?"

"Tidak usah Sela, Aku akan memainkan musik saja di sini. Terima kasih atas bantuanmu."

"Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu telah datang ke acaraku. Aku akan mengambilkannya utukmu." Sela membawa Mario agar berpisah dengan Alisa, ia juga pergi ke kamar untuk mengambil kacamata hitam.

Alisa kembali memainkan pianonya, suaranya begitu merdu di telinga para tamu bahkan ia bernyanyi untuk mereka.

Sela datang, lalu memasangkan kacamata kepada Alisa. "Ini kacamataku, gunakanlah saat konser aku akan sangat bangga bila digunakan olehmu."

Alisa membalaskan kebaikan Sela dengan senyuman lalu ia menyayikan sebuah lagu dengan suara merdunya.

Acara semakin meriah dengan kehadiran artis papan atas di sana. Alisa meminta izin ke belakang.

Sandiwaranya perlu diberikan piala, karena ia menuju kebelakang benar-benar seperti wanita buta. ia medengar setiap pintu dengan sangat baik ia juga menyalakan kamera cctv kecil yang ada di bajunya.

Ia mengabadikan seorang petinggi yang sedang mesra di halaman bersama dengan seorang wanita yang bukan istrinya.

Ternyata betul saja kecurigaannya, Ia bertemu dengan Rudi yang sedang berbincang dengan Bos pabrik tempat Ayahnya bekerja.

Ia mendengar mereka membicarakan keluarganya dan juga mereka sangat intens mengatakan tentang ibunya.

"Rudi apakah kamu kembali mendapatkan hati Arinda setelah Heru di penjara?'

"Tidak, wanita itu tidak mau kembali padaku. Dia sangat mencintai Heru."

"Kamu tahu kenapa Heru di penjara?"

"Tidak mana mungkin aku tahu."

"Kamu kan sahabatnya dari SMA. Masa kau lupa pada persahabatan kalian."

"Aku masih menganggapnya sahabat. Tapi saat aku menikahi Mona, Ia malah menikahi gadis yang sangat aku cintai."

"Tapi kamu tidak mengatakan kalau kamu sangat mencintai Arinda, makanya kenapa Heru bisa menikahi gadis paling cantik di sekolah."

"Setidaknya dia harusnya mengerti kalau Aku sangat mencintai Arinda."

"Mana bisa dia mengerti kalau kamu menikahi Mona."

"Karena Wanita cantik setara dengan Arinda hanya Mona dan yang bisa luluh kepadaku hanya dia.

"..."

"Sedangkan Arinda dia tidak pernah mau bersamaku. Tapi ternyata dia adalah gadis bod*h yang memilih buruh di bandingkan seorang pengusaha sepertiku."

Setelah Alisa mendengarkan percakapan mereka berdua ia pergi dari tempat itu dan mulai berpikir kalau orang yang menjebloskan Ayahnya adalah paman Rudi.

Hatinya benar-benar kecewa karena selama ini paman Rudi sangat baik kepadanya, bahkan seringkali membantu untuk mencari tahu pelaku.

"Kenapa Om Rudi tega lakukan ini hanya karena mencintai Ibuku. Kenapa Ia bersandiwara mencari pelaku."