Perjodohan memang tak selamanya bisa diterima dengan baik oleh kedua belah pihak. Adakalanya salah satu calon menolah atau keduanya. Perjodohan membuat terkekang dan tak bebas untuk memilih pasangan hidup, karena tentu saja banyak yang menginginkan kebebasan untuk menentukan hidup mereka masing-masing.
Sama seperti perjodohan Saga dan Aira misalnya, Aira menyukai Saga, menurutnya dari banyak aspek, Laki-laki dingin itu adalah tipenya. Sementara bagi Saga, Aira bukan tipenya karena ia tak suka gadis yang terlihat baik dan memiliki ketertarikan terhadap dirinya. Saga suka sedikit bersusah payah untu melakukan sesuatu. Seperti Vinny dan Lauren keduanya bersikap seolah tak menginginkan Saga, tapi mereka sejujurnya telah jatuh hati sejak melihat tatapan Saga.
Aira dan Saga dalam perjalanan pulang. Keduanya tak banyak berbicara hanya hening sejak tadi, perjalan sepi dan senyap. CEO Candramawa itu sibuk dengan ponsel di tangannya. Membaca artikel tentang bisnis karena merasa enggan banyak berbicara pada Aira.
Aira sesekali menolah pada kaca dashboard melihat pria yang ia sukai itu hanya diam sepanjang perjalanan. Dalam hatinya ia merasa kesal juga karena kini ia merasa seperti seorang sopir pribadi sang tuan muda. Andai saja itu bukan Saga entah apa yang sudah dan ia lakukan karena begitu kesal dan marah. Hanya saja kali ini ia hanya bisa menerima nasibnya.
"Ga, mau makan enggak?" tanya Aira coba cairkan suasana di antara dirinya dan laki-laki berkulit pucat itu.
"Saya enggak makan sembarangan," jawab Saga tak menatap pada Aira. Ia hanya menatap pada ponsel di tangannya.
Aira masih memerhatikan dari kaca dashboard berharap pria itu menatapnya sekali saja. " Aku ada kenalan koki yang buat makanan sehat gitu, kalau kamu mau aku bisa hubungi dia."
Saga melirik dari sudut matanya, menatap pada kaca dashboard dengan tatapan tak senang. "Saya mau langsung pulang."
Aira hela napas rasanya kesal sebenarnya, hanya saja ia berusaha membuat dirinya lebih sabar lagi untuk menghadapi si keras kepala yang kini duduk di kursi penumpang di belakang.
"Oke kalau gitu aku anterin pulang." Aira buka suara setelah terdiam beberapa saat.
Perjalanan pulang sore yang menyebalkan bagi keduanya. Saga kesal karena ia tau ini pasti adalah rencana dari sang ibu yang menginginkan agar dirinya kembali ke rumah bersama Aira yang tengah gencar dijodohkan dengannya.
Perjalanan terasa lebih lama daripada biasanya. Mobil Aira memasuki gerbang rumah Saga. Ketika mobil terhenti pria itu segera turun dari mobil tanpa mengucapkan terima kasih. Aira menoleh sejujurnya ia saat ini merasa telah kehilangan harga dengan penolakan Saga yang bertubi--tubi. Hanya saja rasa malunya seolah luntur karena perasaan suka pada CEO Candramawa itu. Aira memilih kembali pulang dengan segera melajukan kembali mobilnya.
Sementara Saga melangkahkan kakinya dengan langkah keras yang seraya melonggarkan dasi yang ia kenakan. Melihat salah satu pelayan membuat langkahnya terhenti.
"Reres udah pulang kan?" tanya Saga.
"Belun Den, Reres belum pulang," jawab Yuni salah satu pelayan di rumah.
Saga berdecak, ia kemudian mengambil ponsel dari saku kemeja yang ia kenakan. Menghubungi Reres adalah hal yang ia lakukan kemudian. Tak lama sampai sahabatnya itu menerima panggilan.
"Hal-"
"Di mana?" tanya Saga pada reres yanng bahkan belum sempat menyelesaikan kalimat sapaannya.
"Makan Mi ayam," jawab Reres enteng.
"lokasi?"
"Depan minimarket depan kompleks rumah."
"Pulang lima menit."
"Gue baru aja makan ga," kesal Reres merasa
"Lima menit enggak mau tau." Saga tegaskan itu, ia ingin Reres sampai ke rumah dalam lima menit.
"Bodo gue mau makan."
"Gue samperin lo ya," ancam Saga dingin dan datar ia benar-benar marah.
"Coba kalau berani.""
"Mbak Yuni tolong bilang pak Boris siapin mobil." Saga mengatakan itu pada Yuni yang masih berdiri di sampingnya tengah merapikan bunga plastik milik Nindi.
"Iya, iya gue balik!" Reres kesal kemudian mematikan panggilan.
Saga kembali meletakkan ponsel miliknya ke dalam saku. Ia menghela napas ia memang tak seharusnya marah dan merasa kesal pada Reres. Hanya saja ia seolah tak bisa mengendalikan emosinya saat ini.
"Enggak jadi Mbak, kalau reres pulang tolong suruh ke kamar saya."
"Baik Den," ucap Yuni.
Saga segera berjalan kembali menuju kamar. Moodnya buruk hari ini apalagi setelah mendapati Reres yang terus saja melawannya dan membuta ia kesal.
***
Sementara saat ini Nindi berada di luar Rumah ia memiliki janji temu dengan seseorang. Wanita paruh baya itu kini berada di dala mobil di sebuah parkiran bawah tanah. Nindi duduk dan menunggu sudah beberapa menit ia berada di sana dan itu cukup membosankan.
Seorang gadis berjalan mendekat dengan sedikit berlari. Gadis cantik itu kemudian segera masuk ke dalam mobil, Nindi tersenyum terlihat keduanya sudah cukup akrab.
"Maaf tante agak lama," ucap Vinny.
"Oke enggak masalah." Nindi menjawab. "Jadi kamu bener sudah putus sama Saga?"
"Sudah tante, seperti apa yang saya bilang kemarin. Saga sendiri yang putusin saya dengan alasan dia bosan." Vinny menjawab.
Tentu saja saah satu hal yang di lakukan Nindi adalah agar semua wanita yang ditiduri Saga tutup mulut dan tak menyebarkan aib yang dilakukan oleh anak semata wayangnya itu, termasuk Vinny.
"Kamu tau siapa yang sekarang lagi diincar Saga?" tanya Nindi lagi ia memerlukan itu tentu saja untuk melakukan hal yang sama dnegan apa yang lakukan pada Vinny untuk mengawasi kelakuan buah hatinya itu. Dan ia juga memastikan tak akan ada isu buruk mengenai Saga yang akan mengancam nama baik keluarganya.
"Engga tau sih tante, enggak ada yang diincar saga belakangan. Hmm, tapi tante udah selidiki Reres?"
NIndi mengangguk.
"Terus?" tanya Vinny penasaran.
Nindi menatap dingin pada gadis di hadapannya itu. "Apa saya harus kasih tau kamu apa yang terjadi?"
"Ah, maaf Tante. Jujur saya cuma penasaran aja sih. Sebelum kita putus Saga cukup sering bahas tentang Reres. Biasanya enggak kaya gitu. Apalagi terakhir kali mereka pergi tanpa Mas Harris."
Nindi memerhatikan sesaat, tentu saja ia juga merasa curiga dengan apa yang disampaikan Vinny tempo hari. Ia kemudian mengambil dokumen dari dalan tas miliknya dan menyerahkan pada Vinny.
"Saya cuma mau memastikan kamu benar-benar tutup mulut." Nindi menegaskan.
Vinny menerima ia membaca sebuah kertas berisi surat pernyataan agar ia tetap bungkam dnegan apa yang sudah ia lakukan bersama Saga dan tak akan mengungkapkan apapun juga tak akan meminta uang dari jumlah yang sudah disepakati. Vinny segera menandatangani, mengambil pena yang telah tersedia di dalam map. Setelah menandatangani Vinny segera memberikan kembali pada Nindi.
"Kamu sudah membaca semua poinnya kan?" Nindi bertanya ia memastikan kalau perjanjian yang ia buat telah menjadi kesepakatan bersama.
"Sudah Tante," jawab Vinny.
"Baik, kalau gitu saya akan segera kirimkan uangnya ke rekening kamu. Terima kasih untuk kerja samanya selama ini." Nindi mengulurkan tangannya dan Vinny segera menjabat uluran tangan ibu dari mantan kekasihnya itu.
"Sama-sama, terima kasih juga Tante," ucap Vinny.