WebNovelOh My CEO20.99%

Santap Pagi

Pagi ini Saga benar-benar malas ia masih mengenakan piyama dan sudah berjalan turun ke dapur. Penolakan Reres semalam buat ia tersiksa sendiri. Ia memang bisa seperti ini kalau membutuhkan wanita atau sedang membutuhkan seseorang untuk melayani. Hanya saja yang berbeda adalah nafsunya jadi tak tau waktu. Bisa-bisanya ia ingin disaat marah dan kesal. Apalagi pada sosok Reres yang jelas bukan tipenya.

Di dapur belakang yang biasanya khusus digunakan untuk memasak para pelayan. Kini sudah ada Reres yang tengah memasak nasi goreng menggunakan daster yang ia tutupi dengan sweater karena lengannya yang pendek, rambut gadis itu di cepol berantakan. Saat itu Mbok Mar yang sedang mengambil bahan masakan untuk dapur utama melihat anak majikannya itu tengah berdiri menatap Reres seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Mas Saga mau apa Mas?" tawar Mbok Mar.

"Mau nasi goreng buatan Reres. Mbok lanjutin aja kerjaan, saya masih mau di sini," kata Saga kemudian berjalan dan duduk di kursi makan.

"Ehm Den jangan di sini nanti ibu marah. Ke depan aja sana," pinta Mbok Mar ia takut jika Nyonya Nindi kesal karena Saga yang berada di sana.

Reres menoleh, "Biarin aja Mbok. Mbok lanjutin aja kerjaan di depan," kata Reres kemudian melanjutkan kegiatannya.

Mendengar itu Mbok Mar berjalan kembali ke dapur depan meninggalkan Reres yang tengah memasak dan Saga yang memerhatikan. Melihat tak ada siapapun, pria itu berjalan mendekat. Ia kini berdiri di samping gadis yang tengah sibuk mengaduk nasi goreng. Reres menoleh. Potongan kerah yang lebar dari daster bisa menunjukkan bagian leher lebih terekspos, kening gadis itu bahkan berpeluh, anehnya itu buat Saga tak bisa berpaling.

Jantungnya berdegup kencang, apalagi saat Reres mencicipi nasi goreng kemudian melirik Saga dan tersenyum padanya. Seolah darah Saga berdesir. Sialan! pikirnya. Pria itu merasa dipermainkan meski ia tau Reres sama sekali tak melakukan itu untuk menggoda. Sepertinya ini juga karena sindrom pagi yang selalu ia alami.

"Lo mau sarapan nasi goreng?" tawar gadis itu.

"Gue mau sarapan lo," ucap Saga buat gadis itu menatapnya dengan bibir yang sedikit terbuka. "Shit!" makinya bersemangat.

Saga menarik Reres ke dalam pelukannya ia kecupi bibir Reres layaknya permen manis yang tak habis ia hisap. Pria itu membawa gadisnya ke dalam, menuju kamar dan mengunci kamar Reres yang memang posisinya tak jauh dari dapur.

Saga ciumi tanpa jeda, lalu lucuti apa yang ada di tubuh gadis itu hingga tak tersisa. Tak ada perlawanan dan itu membuat ia merasa begitu senang hingga hati dan otaknya bersorak riang. Ia menyudutkan Reres di belakang pintu kemudian mengunci rapat-rapat kamar yang akan jadi saksi dari aksi yang akan ia lakukan. Senyum mengembang, buat ia melumat segala sisi dengan brutal sejak semalam taha hasrat buat kepalanya pening bukan kepalang.

Yang ia lakukan kemudian menarik tangan Reres untuk rebah yang akan ia jadikan santapan paginya. Reres pasrah sementara tatapannya nanar seolah mempersilahkan Saga untuk dinikmati. Ibarat nasi goreng Reres itu porsi ekstra, ekstra telur, ekstra nasi, ekstra kerupuk yang akan membuat Saga kenyang ketika ia habis menikmatinya. ia lalu bersiap kepada hal yang paling diinginkannya sejak semalam. Kegiatannya berhenti saat seseorang memanggil namanya.

"GA!"

"Ya?" ia Saga tersentak kaget saat reres memukul bahunya dengan sedikit keras.

"Kok lo bengong sih?" tanya Reres kesal. Sejak tadi ia menawarkan nasi goreng dan tak ada jawaban.

"Apa sih?!" Saga tak kalah kesalnya karena Reres membuyarkan lamunannya mengganggu imajinasi yang ia buat di dalam pikirannya.

"Lo! Gue tanya mau pedes apa enggak?"

"Pedes," jawab Saga, tapi kepala laki-laki itu menggeleng berlawanan dengan jawaban yang ia berikan.

Reres heran, ada apa dengan Saga yang saat ini seolah kehilangan warasnya. Gadis itu memerhatikan sahabatnya itu dari atas hingga kebawah.

Lalu ....

"Ya ampun!' pekik gadis itu.

"Apa sih Res?" kesal Saga karena tiba-tiba mendengar teriakan dari bibir Reres.

Reres menunjuk bagian celana Saga yang menggembung. Saga mengikuti arah tunjuk Reres. Ia lalu berdeham untuk mempertahankan harga dirinya, bergerak mendekati Reres ia kemudian berdiri di belakang sahabatnya itu.

"Lo jalan di depan gue, kita ke kamar gue. Lo harus nutupin ini."

"Gue belum ganti baju tau, mana boleh gue pake daster gini?"

"Bodo amat, buruan," titah Saga.

Jelas ia tak bisa berjalan ke kamarnya dengan keadaan seperti ini ia harus melewati ruang makan pelayan,dapur utama, ruang tengah dan lorong menuju bagian depan rumah sebelum akhirnya melewati ruang baca dan menaiki tangga menuju kamarnya. Akan ada banyak pelayan dan aset berharga miliknya tak bisa dilihat oleh sembarang orang.

"Lo ke kamar gue aja gimana?"

Saga tersenyum kemudian menatap reres, "Sama ll ya?"

"Enak aja. Lo selesaikan sendiri di toilet. Percuma kalau sama gue jalan ke kamar Lo, pasti' bakal keliatan juga." jelas Reres.

"Enggak, buruan." Saga menolak.

Reres mematikan kompor, Saga masih berdiri di belakang gadis itu.

"Siap?" tanya Saga.

Reres mengangguk. Saga kemudian mendorong reres keduanya berlari menuju kamar Saga. Saga berlari seraya mengeluarkan suara yang seolah-olah mereka berlari melewati angin. Sampai di dapur Bibi Mar melihat keduanya dan hanya geleng-geleng kepala.

"ckckckc, uwes podo gede kelakuane koyo bocah cilik," ucap Mbok dengan bahasa jawa yang khas.

(Udah pada gede kelakuannya masih seperti anak-anak)

Apa yang dilakukan keduanya jelas sama seperti saat mereka masih kecil. Saga suka berlarian jika merasa bosan. Hanya saja kali ini alasannya berbeda. Sampai di kamar keduanya segera rebah di tempat tidur Saga dan tertawa bersama. Saga menoleh memerhatikan reres yang masih tertawa menunjukkan matanya yang menyipit dengan bulu mata lentik yang cantik. Reres menoleh kepada Saga yang tersenyum.

"Dulu kita suka lari-lari kayak gini juga 'kan Ga?" tanyanya.

Saga mengangguk, "Lo pernah jatuhkan di halaman belakang?'

Reres mengangguk, lukanya masih ada bekasnya sampai sekarang."

"Yang di dengkul ya?"

"Lo inget?" tanya Reres, kaget juga karena saga mengingatnya

Sementara Saga anggukan kepala. Tentu saja kejadian itu masih teringat jelas karena dirinya yang tanpa sengaja mendorong Reres saat keduanya berlari. Saat itu reres berlari di bagian berbatu karena ia dilarang untuk berlari dibagian berumput. Itu yang menyebabkan gadis itu jatuh dan bagian kaki terkena pinggiran batu yang sedikit lebih tinggi.

"Maaf, karena waktu itu dorong lo."

Reres terkekeh. "Santai Saga, itu kan udah dulu lama banget."

Keduanya saling tatap tak ada pembicaraan setelah pembicaraan itu. Saga ambil kesempatan wajahnya mendekat dan ia mencium Reres yang malah terpejam. Bibirnya Saga bermain lincah hingga buat tangan gadis itu mengarah pada piyama yang dikenakan Saga lalu meremasnya lembut.

Sama melepaskan menatap gadis di hadapannya yang masih terpendam. Lalu saat Reres akan membuka mata, pria itu kembali mencium reres. tangannya mengusap punggung belakang yang buat remasan pada piyama semakin erat. Namun, sesaat kemudian Reres tersadar, ia segera duduk.

"Res, kenapa lo tolak lagi? sementara lo nikmatin itu kan?"

Reres menoleh menatap Saga yang sedang bergerak untuk duduk, Pria itu kini duduk di sampingnya menatap pada reres.

"Inget Ga lo bos gue dan gue pelayan lo."

"Lo sahabat gue," sahut Saga.

"Kalau gitu bukannya lo harus jagain gue? Setelah kesalahan yang kita lakukan kemarin atas permintaan gue?" Reres coba mengingatkan.

"Gue rasa gue mulai ketagihan sama apa yang kita lakukan di Bali."

Saga mengira itu adalah rasa candu yang buat ia ingin lagi dan lagi. Sama seperti awal dirinya bertemu seorang wanita. Ia akan terus melakukan hubungan sampai akhirnya ia bosan.

"Ga, stop."

"Gue bayar lo kaya Vinny dan Lauren? Asal lo mau layanin gue."

Reres menatap kesal ia merasa seolah diperlakukan layaknya gadis murahan ia kemudian berdiri dan berjalan cepat untuk ke luar dari dalam kamar. Saga segera bangkit dan mengejar ia memegangi tangan reres hingga langkah gadis itu terhenti.

"Lo marah?"

"Iya. Apa gue keliatan kayak perempuan murahan di mata lo?"

"Gue enggak maksud gitu Res," sahut saga. "Gue cuma nawarin."

"Tawaran lo buat gue berpikir lo merendahkan gue." Reres kemudian berjalan ke luar meninggalkan Saga yang tak mengerti bagian mana dari ucapannya yang salah. Sewaktu ia bersama Vinny gadis itu bahkan terang-terangan meminta uang bulanan.

Saga berjalan kembali duduk dan mengacak rambutnya dengan kesal.