Setelah menyelesaikan setrikaan dan beres-beres rumah, aku tergesa mengetuk lampu tidur berwarna emas di meja samping televisi. Ada hal penting yang harus Kaivan ketahui. Sekarang juga, tidak bisa ditunda.
Tuk! Tuk! Tuk!
"Van, bisa ke luar dari lampu sebentar, nggak?" Aku mulai memanggil.
Hening tidak ada jawaban.
Tuk! Tuk! Tuk!
"Kaivan, Naya mau ngomong penting, nih!" ulangku untuk kedua kali.
Tetap nihil. Entah melakukan apa jin di dalam lampu ini. Atau jangan-jangan ... dia tidak ada. Ah, jangan. Kaivan harus ada!
Tuk! Tuk! Tuk!
"Van!"
Sliiing!
Pendar cahaya emas di hadapanku membuat rasa kaget sekaligus lega bersamaan. Kaget, karena cahaya itu terlalu terang, harus mundur teratur untuk menyelamatkan kesehatan mata. Lega, ternyata penghuni lampu ada, tidak otewe ke mana-mana.
Beberapa saat kemudian cahaya lampu tidur redup, semakin meredup disusul wangi parfum Citrus. Sosok laki-laki berpakaian biru lurik muncul setelahnya.