Tabib Tuge Lan Ba Ta

Cling!

Sosok itu menembus pintu, kemudian berdiri di hadapanku. Pakaian, jenggot, dan rambut putihnya mencerminkan sosoknya yang dituakan pada satu wilayah tertentu.

Jin bisa berubah menjadi apa saja sesuai keinginannya, termasuk orang renta. Meski kami tetap saja menolak tua dan mati selama alam semesta belum berakhir.

"Silakan duduk, Tuan. Ada kepentingan apa dengan saya?"

Aku langsung mempersilakan dan bertanya tanpa basa-basi setelah kami sama-sama membungkuk sebentar untuk memberi salam hormat. Dia jin, mau disuguhi apa selain kemenyan? Sedangkan di sini langka mencari yang seperti itu. Adanya teh, kopi, kue, dan buah-buahan dalam kulkas. Nasi masih, tapi tinggal sedikit.

Kakek tua itu melihat Naya sekilas, kemudian bicara dengan raut sungkan. "Maaf, apa Anakmas bisa menjauhkan gadis itu lebih dulu?

Energi manusia dan jin berbeda. Saya takut nanti dia kenapa kenapa."