“Aku bisa melihatmu!”
Harriet berseru cepat. Ia berfokus pada arah Liam bicara dan mencoba menatap ke arah itu dengan tajam.
“Kemana kau melihat, Madam?”
Tapi di tengah kegelapan, suara Liam tiba-tiba muncul dari arah lain.
Harriet tersentak, bingung dan mencoba menoleh ke arah lain tersebut.
Liam telah berpindah tempat. Tanpa suara, ia telah melesat ke depan jendela dan berdiri di sana. Harriet berbohong padanya.
Tidak. Lebih tepatnya, Harriet menyembunyikan kenyataan bahwa ia tidak bisa melihat, dan berbohong di saat-saat terdesak.
“Kau tidak bisa melihatku. Baiklah. Sekarang kita tidak bisa mengabaikan gejala ini, benar begitu, Madam?” tanya Liam dengan suara dingin. Sekarang ia sedikit mengerti mengapa Harriet merasa begitu marah saat mendengar ia telah menolak Philosopher’s Stone.
Rasa kekecewaan yang menyesakkan ini begitu menyiksanya.