Dion dipagi harinya datang ke Rumah Sakit untuk melihat kedaan Ratna. Ternyata gadis itu masih tidur. Dion melihat jika mata Ratna sembab, dia tau Ratna pasti nangis semalaman ini. Dion langsung mengelus rambut Ratna. Ratna merasakan rambutnya dielus oleh seseorang langsung terbangun. Dia mengira kalau itu adalah orangtuanya tapi ternyata itu Dion.
"Eh kamu Yon."kata Ratna.
"Kamu pikir siapa?"kata Dion sambil tersenyum.
"Aku pikir mamaku yang datang."kata Ratna sambil tersenyum menutupi rasa nyeri dihatinya.
"Memang mereka belum datang?"kata Dion yang pura-pura gak tau masalah yang dihadapi temannya ini.
"Belum mungkin nanti siang mereka akan datang."kata Ratna yang gak yakin dengan perkataannya.
"Kamu kok bilang mungkin Sih?"kata Dion.
"Mereka 'kan sibuk Yon, apalagi jam segini pasti mereka membangunkan adikku."kata Ratna.
"Loh bukannya dia ada disingapur ya?"kata Dion.
"Iya tapi dia gak akan bisa bangun kalau bukan mama atau papaku yang membangunkan mereka."kata Ratna.
"Oh pantes saja, aku kesini pagi-pagi bawain pesanan kamu kemarin. Nanti dimakan ya, aku gak bisa nemenin karena harus ke kampus dan mengantar temanku ke tempat yang kamu kasih tau kemarin."kata Dion.
"Iya gak papa kok, makasih ya sudah bawain aku makanan yang aku inginkan."kata Ratna.
"Kayak sama siapa saja bilang makasih."kata Dion sambil mengelus rambut Ratna.
"Yon, sebelum kamu pergi aku bisa minta tolong gak?"kata Ratna.
"Kamu mau minta tolong apa?"kata Dion.
"Anterin aku ke kamar mandi, aku mau mandi."kata Ratna.
"Memang kamu sudah boleh mandi?"kata Dion yang khawatir dengan luka milik Ratna.
"Gak papa, sudah dibolehin sama dokter."kata Ratna.
"Aku gak percaya, aku tanya dokter dulu buat jaga-jaga."kata Dion.
Dion langsung keluar dari ruangan itu tanpa mendengar perkataan Ratna yang menyuruhnya untuk kembali. Ratna kesal dengan Dion yang gak mau mendengar perkataannya terlebih dahulu.
Dion mencari dokter yang menangani Ratna. Setelah berada didepan ruangan dokter itu ternyata dia juga baru datang kesana.
"Selamat pagi Yon, ada apa pagi-pagi sudah disini?"kata dokter.
"Pagi dok, maaf pagi-pagi begini saya datang kemari."kata Dion.
"Iya tak apa, ada apa kamu mencari saya?"kata dokter.
"Maaf dok, apa Ratna diperbolehkan untuk mandi?"kata Dion.
"Besok dia baru boleh mandi, kalau untuk sekarang lebih baik diseko saja."kata dokter.
"Baiklah kalau begitu terimakasih dok."kata Dion yang mau pergi tapi ditahan oleh dokter.
"Lusa Ratna sudah boleh pulang, besok kami akan melepas perbannya. Tolong semangati dia agar semangat untuk bisa jalan lagi, walaupun itu kecil kemungkinan. Kita tak tau rencana sang pencipta pada hambanya."kata dokter.
"Baik dok terimakasih."kata Dion.
Kali ini Dion benar-benar pergi, dia langsung berjalan ke ruangan Ratna. Sampai disana ternyata ada orangtua Ratna. Ratna yang melihat Dion masuk ke ruangannya langsung melihat kearahnya membuat Dion salah tingkah.
"Bagaimana?"kata Ratna.
"Kamu gak boleh mandi sekarang, besok baru boleh."kata Dion.
"Tapi badanku lengket semua Yon."kata Ratna.
"Nanti aku suruh perawat buat ngelap badan kamu."kata Dion.
"Mama 'kan bisa sayang."kata mama Gita.
"Yon, kamu suruh perawat saja ya."kata Ratna yang gak mau dibasuh badannya oleh mamanya.
"Baiklah, tapi apa kamu yakin?"kata Dion.
Ratna hanya mengangguk tak menjawab, Dion hanya menghera nafas dia melihat kesedihan dimata tante Gita. Dion memberanikan diri untuk mendekati papa Sam untuk membicarakan rencananya.
"Om boleh aku minta waktunya sebentar?"kata Dion.
"Ada apa Yon?"kata papa Sam yang langsung mengalihkan laptop yang dia pangku tadi dan meletakkannya disofa.
"Aku minta restu kalian agar mengizinkanku untuk menikahi Ratna."kata Dion mantap. Membuat ketiga orang yang ada disana terkejut.
"Kamu yakin dengan ucapan kamu Yon?"kata papa Sam.
"Aku yakin, makanya sekarang aku minta restu pada kalian berdua."kata Dion.
"Gak, aku gak setuju. Kamu apa-apaan sih Yon gak usah aneh-aneh deh."kata Ratna.
"Kamu diam Rat."kata papa Sam.
"Apa yang membuat kamu yakin untuk menkahi putriku?"kata papa Sam yang sebenarnya belum rela jika putrinya menikah dengan keadaan sakit. Dia tak mau putrinya menderita.
"Aku menyayanginya om, aku berjanji akan memberikan kebebasan padanya karena aku tau jika Ratna tak suka dikekang."kata Dion mantap.
"Apa kamu tak malu punya istri yang tak bisa jalan?"kata mama Gita.
"Aku menerima apa adanya Ratna, aku juga akan mencarikan tempat terapi yang terbaik agar Ratna cepat bisa jalan."kata Dion.
"Kamu mau kasih makan apa putriku karena setelah kalian menikah aku tak akan membiayainya lagi? Hanya biaya kuliah yang masih jadi tanggungjawabku."kata papa Sam.
"Aku ada usaha kecil-kecilan yang insyaallah bisa mencukupi kebutuhan kami dan juga biaya pengobatan Ratna."kata Dion.
"Pa aku gak setuju. Yon kamu apa-apaan sih?"kata Ratna.
"Apa orangtua kamu tau tentang ini?"kata papa Sam.
"Aku akan bicara dengan mereka setelah kalian merestuiku untuk menikah denganku."kata Dion.
"Baiklah kalau kayak gitu, kasih waktu kami untuk mendiskusikan ini karena ini bukan hanya mainan tapi ini masalah kebahagian putri kami seumur hidupnya. Kami gak mau keputusan kami ini buat dia menderita."kata papa Sam.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu."kata Dion.
Dion pergi dari ruangan itu, dia berharap besok atau nanti mendapat kabar baik. Orangtua Ratna merestui pernikahan mereka. Sampai dikampus dia sudah dihadang oleh Kevin.
"Darimana baru datang?"kata Kevin
"Dari Rumah Sakitlah mau kemana lagi?"kata Dion.
"Kamu sudah bilang ke orangtua Ratna, kalau kamu mau menikah dengan putrinya?"kata Kevin.
"Sudah, mereka masih mau mendiskusikannya dengan Ratna."kata Dion.
"Aku yakin Ratna tak akan setuju."kata Kevin.
"Aku tau dan dia tak punya pilihan karena dari yang aku liat orangtua Ratna sudah setuju."kata Dion dengan pedenya.
Saat mereka berjalan mau masuk ke dalam kelas ada keributan dilorong membuat mereka mau tak mau datang untuk melihat apa yang terjadi disana kok banyak orang berkelumun.
"Ada apa ini?"tanya Kevin.
"Itu kak ada yang berantem merebutkan kak Dion."kata mahasiswa.
"Merebutkan Dion karena apa?"kata Kevin.
"Mereka berdua 'kan suka sama kak Dion dan yang satu bilang kalau sudah jadi kekasihnya."kata mahasiswa.
"Kapan kamu pacaran Yon? Kok aku gak tau."kata Kevin melihat kearah Dion.
Dion hanya mengedikkan bahu dan langsung pergi darisana. Dia tak mau ikut campur masalah orang yang gak ada faedahnya buat dia.