Paman penyelamat ku

Rihana pov

"Kamu,,,"

Aku langsug memotong cepat ucapan paman yang sedang aku gandeng tangannya.

"Kenalin sayang,mereka pasangan serasi yang pernah aku ceritain kemarin,," kataku sambil mencubit pelan tanganya untuk memberi kode agar mau bekerja sama denganku bersandiwara di depan Dirga dan Tiara.

"Mantan pacar dan sahabatku yang luar biyasa hebat dalam hal tipu-menipu dan berkhianat."  tak peduli dengan reaksi Dirga dan Tiara, aku menekankan setiap kalimat dengan tatapan sinis.

Walaupun berhasil membuat Tiara cemburu,tapi rasanya belum puas untuk mengganggunya.

"Tutup mulut kamu Han.! Terima saja kekalahan kamu.!!! Sadar kalau aku jauh lebih segalanya di bandingkan kamu, sampai Dirga bisa berpaling denganku." Seru Tiara penuh amarah.

Aku tak habis pikir,bagaimana bisa Tiara lebih marah dan kesal di bandingkan aku yang jelas-jelas sudah mereka khianati.

Seprtinya Tiara harus merasakan bagaimana rasanya di tinggalkan oleh Dirga.

"Yang buat Dirga berpaling bukan karena aku,tapi karena ada wanita yang minta untuk di tiduri.!" Bentak ku kesal. Tapi setelah itu aku langsung kebingungan seperti orang bodoh lantaran paman itu melepaskan tangannya dari gandenganku dan pergi begitu saja dengan wajah dinginnya.

Tak mau sandiwara ku di ketahui oleh Dirga dan juga Tiara, aku bergegas pergi menyusul paman itu.

"Sayang kamu mau kemana.?!"  Teriakku,sengaja mengeraskan suara agar mereka mendengarnya.

Jangan sampai mereka curiga,apalagi kalau sampai tahu sebenarnya aku dan paman itu tak saling kenal.

Aku setengah berlari mengejarnya. Rupanya dia naik ke lantai atas. Aku terpaksa mengikutinya  karena Tiara masih menatap ku dari kejauhan. Kalau aku keluar dari club, bisa-bisa tiara akan tahu kalau aku hanya pura-pura.

"Ngapain kamu masih ngikutin saja.?!" suara ketus itu terdengar berat dan seksi. Dia mengeluarkan suara deepnya yang mampu membuat bulu kuduk ku meremang, benar-benar cool dan maskulin sekali.

"Dengar enggak kamu.?!" Tegurnya sembari menepuk tangan di depan wajahku.

Ah,,, bagaimana bisa aku melamun karena kagum mendengar suaranya saja.

"Eehh,,itu,,,paman.. Aku,,."

Entah harus bagaimana memulainya,aku bingung sendiri menjawab pertanyaan paman ini.

"Kalau belum punya pacar baru,nggak usah sok-sok an pamer di depan mantan,,?!"

"Nyusahin orang aja kamu...! Masih untung tadi saya diam. Coba kalau saya bilang nggak kenal sama kamu,apa nggak makin menyedihkan kamu...?"

Tuturnya dengan nada mengomel. Aku dibuat melongo,paman ini sampai tahu detail permasalahanku,padahal dia tak mendengarkan cerita apapum dariku.

"Hehehe,,maaf ya paman,habisnya tadi nggak ada cowok yang lebih ganteng lagi selain paman." Aku hanya bisa menyengir kuda sembari memberikan alasan. Bisa di bilang aku beruntung karena saat itu dia mencul di sana. Penampilan dan fisiknya yang sempurna,membuat Dirga dan juga Tiara terlihat tak percaya kalau aku dan paman itj berpacaran.

"Ckk,, masih kecil pandai merayu.!" cibirnya dengan senyum smirk yang menawan. Aku langsung meradang karena di sebut anak kecil.

"Kecil apanya sih paman.?! Nggak lihat apa segede ini..!" Geram ku sembari membusungkan dada di depannya. Ukurannya bahkan jauh lebih besar di bandingkan milik Tiara. Bebrapa kali Dirga ingin menyentuhnya namun aku selalu menolak. Dan belakangan ini Dirga tak pernah lagi tertarik,ternyata karena sudah ada Tiara yang menyodorkan miliknya pada Dirga secara gratis.

"Paman mau tau nggak ukurannya.?!" Seruku.

"Dasar bocah sinting.!" Dia malah mengataiku dan berlalu begitu saja,sedikitpun tidak ada ketertarikan dari tatapan matanya saat aku membusungkan dada. Padahal dress yang aku kenakan memiliki belahan yang sangat rendah dan sedikit menonjolkan milikku.

Apa aku benar-benar tak menarik sama sekali.? Tapi beberapa laki-laki disini menatapku dengan tatapan mata yang seolah bisa tembus pandang.

"Cari siapa cantik.?" Tanya laki-laki yang datang menghampiriku. Dia bahkan tak segan menyentuh lenganku dengan gerakan sedikit mengusap.

Tak butuh waktu lama untukku menepis tangannya.

Aku melotot kesal,jijik rasanya bersentuhan dengan laki-laki yang tidak aku kenal. Apa lagi dengan tampangnya yang terlihat arogan dan juga sok tampan.

"Galak banget sih,," Protesnya dengan senyum smirk penuh arti. Bisa di lihat bagaimana isi kepalanya saat ini,dia seolah ingin memangsaku.

"Open BO nggak.?start berapa.?? Aku berani bayar mahal kamu.?" Ucapnya tanpa basa-basi.

Tangan ku refleks mengepal,ingin rasanya melemparkan tinju ku kewajahnya yang biayasa  saja.

"Aku rasa uangmu nggak akan cukup.! Jadi jangan coba-coba menawarku.!" sahutku penuh dengan penekanan. Aku bergegas pergi,tak mau menanggapi laki-laki sejenis dengan Dirga itu.

"Sombong banget kamu..!" Bentak nya. Dia mencekal erat pergelangan tangan ku,manik matanya menatap tajam dengan wajah yang memerah. Rupanya dia tidak terima dengan ucapanku.

"Jangan sok jual mahal kalau udah biyasa tidur sama om-om hidung belang.!"

"Aku bisa telanjangi kamu di sini kalau kamu mau.?" Ancamnya. Aku sadar ucapanya tidak main-main,dia langsung memegangi kedua bahuku dan berusaha menarik ku dalam dekapanya.

"Lepas jangan macam-macam.!!"

"Minggir saya sudah bayar dia...!!!"

Aku tertegun melihat paman tadi menghampiriku, dan menyingkirkan tangan laki-laki itu. Kini giliran tanganya yang merangkulku dengan erat.

"Sorry bang,aku nggak tau kalau dia punya abang."

Tanpa perlawanan sedikitpun,laki-laki itu pergi begitu saja. Dia seperti ketakutan dengan pria dewasa yang ada di sampingku.

"Pulang sana.!! Ngapain di sini kalau nggak terima di gangguin laki-laki." Tuturnya lagi sembari berlalu begitu saja. Walaupun sudah di peringatkan untuk pulang dan tak nyaman dengan para laki-laki nakal disini,aku sama sekali enggan beranjak. Justru berjalan membuntutinya,seakan ada magnet yang menarikku untuk lebih dekat lagi dengannya.

"Paman mau nggak nemenin aku.?" Tanyaku dengan nada sedikit merengek. Aku enggan pergi dari club,tapi butuh seseorang yang bisa menjaga dan melindungiku dari para lelaki yang hobi memburu nafsu dan kepuasannya. Pria dewasa ini adalah orang yang tepat untuk menemaniku,karena sedikitpun tak tertarik untuk melirikku,apa lagi menyentuh ku lebih jauh.

Dia hanya menoleh dengan lirikan datar. Tak meberikan respon dan terus berjalan sampai menghentikan langkahnya di depan pintu.

Aku langsung masuk kedalam setelah dia membuka pintu. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu sampai tak berfikir panjang masuk kedalam ruangan yang ternyata sebuah kamar lengkap dengan fasilitas untuk karaoke.

Aku di buat terkejoot melihat 3 wanita dewasa dengan berpakean seksi berada di sana. Ketinganya tengah duduk di sofa panjang dan nampak santai meminum minuman alkohol.

"Siapa yang ngijinin kamu masuk..?!" tegur salah satu dari wanita itu dengan ketus.

"Tuan Raka,siapa anak kecil itu.?" Tanya salah satu dari mereka. Ketiganya bahkan melihat ku dari ujung kaki sampai kepala..

Lagi-lagi aku di anggap sebagai anak kecil. Sepertinya wajah ku tak bisa membohongi usiamu walaupun postur tubuhku terbilang proporsional seperti wanita dewasa.

"Paman bilangin sama mereka ,aku bukan anak kecil.!" Bisikku.

Aku langsung menyengir kuda saat mendapat tatapan tajam darinya.

"Kalian bertiga boleh keluar,! Ambil saja bayaran kalian,!" titahnya tegas. Dia menyuruh ketiga wanita itu untuk keluar dari kamar.

"Tapi tuan Raka. Kita belum,,

"Apa aku harus mengulangi ucapanku barusan.?!" potong Raka dengan ucapan ketus.

Ketiganya langsung beranjak,terlihat mereka menggambil segepok uang diatas meja dan keluar kamar dengan raut wajah kecewa.

Entah apa yang sebenarnya akan mereka lakukan dalam kamar. Satu orang laki-laki dan dengan 3 wanita.

Kini hanya ada aku dan paman itu,pria yang ternyata bernama Raka.