BAB 12: AKU MENCINTAIMU

BAB 12

Seperti yang dibayangkan, pertunangan Mile dan Apo dihadiri oleh banyak orang. Sekitar 90% yang diundang bisa datang, walau nyaris semua tak percaya Apo seorang Omega. Dia digandeng Mile masuk melewati para tamu berpakaian mewah, lalu keduanya memperkenalkan diri secara resmi di depan mereka.

Mile yang berwajah asing bagi lawan maupun kawan bisnis Pomchay, dan Apo yang dikira Alpha bukan hanya karena fisiknya saja. Bagaimana tidak? Sang CEO Omega tahun ini sanggup membawa perusahaannya naik empat rank diantara semua pesaing. Dan jujur Mile agak kaget karena milik keluarga Romsaithong tertinggal tiga rank di belakang. Namun, bukannya emosi, sang Alpha malah menyimpan bangga dalam hati.

Pikir Mile, "Oh, pantas saja Phi Chay sangat kewalahan. Apo saja sekeras ini."

Selama acara, Apo juga menjawab tenang soal baby di dalam rahimnya sembari tersenyum cerah. Dia bilang "Terima kasih, terima kasih," secara berulang sambil memeluk buket cantik yang senada dengan suit couple-nya.

Padahal, Mile kira Apo akan tetap kaku dan membuat suasana tidak bagus, tapi lelaki itu ternyata abai saat tak sengaja dengar digosipkan seorang gadis di tengah-tengah ramainya suasana.

"Menggosipkan aku takkan mengurangi uangku," kata Apo. "Mereka hanya tidak bisa sepertiku." Lelaki itu tiba-tiba menggandeng lengan Mile di depan mereka, lalu melambaikan tangan.

Oh, jadi seperti itu wajah Apo saat bergembira? Mile pun sedikit penasaran apakah setelah acara ekpresinya masih bisa tetap sama.

Attitude. Strong evidence. Respect. Public speaking. Soliditas. Semua Mile temukan dalam diri Apo saat Omega-nya di depan orang lain. Lelaki itu sungguh ahli menghadapi siapapun yang picik, tak peduli apakah mereka memberikan senyum manis. Ho, tidak heran jika Apo sampai membuatnya terombang-ambing di tengah badai seperti sekarang.

Mile seolah dipaksa Apo menjelajah dunia sang Omega jika ingin menaklukkan. Dan bagusnya dia tertantang untuk itu.

"Oh, aku ingat. Ada tiga paper bag yang kutaruh di sebelah meja aquarium," kata Apo setelah acara selesai. "Kemarin sudah kubilang agar pelayanmu tidak memindahnya kemana-mana. Jadi cari saja. Itu oleh-oleh buatmu yang kubawa pulang."

Apo langsung masuk kamar mandi tanpa menunggu Mile menjawab. Dan Mile mengernyit karena paper bag pertama berisi boneka mini sekepalan tangan. "Ini apa?" gumamnya penasaran. Tapi setelah dilihat-lihat. Boneka imut itu ternyata mirip dirinya. "Hei, ha ha ha." Mile pun merogoh lagi karena masih ada boneka yang lain.

Ada yang mirip Apo. Ada yang mirip orangtua mereka. Bahkan ada yang mirip Pomchay dan Pin sekalian. Hmm ... Apo ternyata tidak lupa setiap calon anggota keluarga barunya. Bahkan di box kecil ada bahan boneka yang masih mentah.

Kemungkinan, Apo menyimpan benda itu untuk baby mereka yang belum lahir, jadi ini hasil handmade meskipun tetap ada selebaran tutorialnya.

"Dia bisa membuat benda-benda yang begini juga?" gumam Mile sebelum memasukannya kembali ke dalam tas. Oh, Mile pasti memajangnya di lemari kaca kantor kapan-kapan. Sebab semuanya terlalu menggemaskan untuk dilewatkan.

"Sudah membuka yang lain?" tanya Apo yang mendadak keluar dari kamar mandi. Dia menggosok rambut basah setelah menyimpulkan tali bathrobe kedodoran, lalu mendekat dan duduk di sebelah sang Alpha.

"Hm, belum. Baru akan," kata Mile sambil meraih paper bag yang lain.

"Oh." Apo lalu memandangnya. "Tapi yang barusan suka atau tidak?"

"Suka."

"Bagus." Apo tanpa sadar tersenyum tipis. "Walau aku kurang puas dengan bonekamu. Harusnya dibuat lebih gendut lagi, tapi nanti menghabiskan bahan."

Mile hanya menggeleng karena kesan gendut pada dirinya belum lepas dari ingatan Apo. "Terserah saja, tapi terima kasih," katanya. "Karya DIY memang yang paling berharga."

"Yakin?"

Mile pun terdiam karena tas kedua berisi desain rumah lengkap ukuran dan wilayahnya.

Semua berbentuk tumpukan kertas yang dijilid, jadi Mile tinggal memilih setelah membaliknya satu

Per satu.

"Aku berpikir lebih baik mempersiapkan kepindahan mulai sekarang," kata Apo. "Karena tidak bagus kalau masih dengan orangtua. Apalagi Pa dan Ma belum menerima 100% kau dan aku bersama."

Mile tidak menyangka Apo memikirkan masa depan sejauh itu. "Ini serius?" tanyanya kagum walau tak mungkin berteriak aneh.

"Aku serius karena kau juga serius," jawab Apo. "Tapi aku kurang tahu desain mana yang paling kau suka. Jadi, sudah kusiapkan gambaran kecil beberapa desain sekaligus. Kalau fix, nanti kau suruh arsitektur kenalanku untuk membuatnya lebih matang. Maksudku, di kertas yang lebih besar. Kita juga bisa mengobrol lagi kalau mau bahan tertentu untuk bangunannya."

Diantara semua desain yang ada, Mile bahkan menemukan yang khas eropa. Mirip-mirip yang di Aussie. Mungkin, Apo sengaja begitu karena ingin Alpha-nya nyaman setelah menetap.

"Kau memikirkannya sudah sejak kapan?"

Apo nyengir dan beranjak dari sana. "Memang penting sejak kapan?" katanya. "Pilih sajalah. Aku mau berpakaian dulu."

Mile pun menatap kertas-kertas itu. Tapi malah meletakkannya. Dia tidak tahan mendekap Apo dari belakang, dan menahannya agar tidak membuka lemari dulu.

"Kau belum bilang mencintaiku," tuntut Mile tiba-tiba.

Apo membalasnya dengan dengusan berhias senyum. "Kau mungkin lupa kalau belum bilang juga."

"Aku, hm, ingin agak tidak adil," kata Mile sambil mengesun pipi Omeganya. Dia berlama-lama di sana, apalagi aroma sabun Apo tidak mengalahkan harum manis asli dari kulit itu. "Kau cerita masa kecil sampai sesenggukan. Kau juga bisa mengagumi Mile si gendut jelek, tapi memusuhiku setengah mati. Aku benar-benar bingung sekali."

"Aku mencintaimu, Mile," kata Apo meski tanpa ekspresi. "Tapi aku harus memastikan persoalan rasa benar-benar di tempat yang tepat."

"Yang tepat bagaimana maksudmu?"

"Aku memang tidak pernah berpacaran, tapi aku sering memperhatikan situasi berbagai macam pasangan," kata Apo. "Bagaimana orang yang mencintai, tapi ternyata sosok itu tidak pantas setelah kau menguji dia."

"...."

"Bukan dari segi rupa, harta atau posisi sih, khusus aku. Tapi aku tahu value-ku sendiri," kata Apo. "Nilai prinsip, loyalitas, dan apakah aku akan diperlakukan baik kecuali tanpa sengaja—aku harus tahu semuanya sebelum mengambilmu dari siapa pun."

"...."

"Aku paling paham tindakanku, oke?" kata Apo yang tiba-tiba berbalik. Omega itu menatap Mile dengan sepasang mata indahnya, tapi menampilkan determinasi alih-alih terbawa akan perasaan. "Kau pikir kenapa aku sengaja membuatmu sering marah? Karena aku ingin lihat apa seorang Mile yang kuharapkan akan memakiku balik. Atau mungkin juga memukul seperti majikan kepada anjing, hanya karena merasa tinggi setelah tahu aku mencintainya."

Percaya tidak percaya, Mile sempat menahan napas saat Apo menciumnya lebih dulu. "Apo—"

"Sekarang sudah mengerti maksudku?" tanya Apo setelah melepaskan bibir Mile. Dia mengalungkan lengannya di leher sang Alpha, lalu menyeringai senang. "Kau akan kupertahankan selama masih dalam batas toleransi. Tapi jangan coba-coba saja."

"...."

"Sekali aku tahu kau tidak layak lagi di mataku, lebih baik aku sendiri dan hidup seperti sebelum kita memulai semua ini," kata Apo, lalu memeluk Mile, meski sang Alpha tidak melihat senyum bahagianya di balik punggung. "Aku ahli dalam hal itu, Mile. Dan kau boleh mencobanya andai ingin tahu."

Jemari Mile pun gemetar karena dicintai sosok yang terlampau luar biasa. Dia pun balas memeluk pinggang Apo dan mengelus rambutnya, walau setelah itu sang Omega menginjak kakinya kesal.

"Shiaa, Mile. Apa yang keras di bawah sana? Kau bahkan belum sempat mandi!"

Mile pun tertawa kencang karena Apo langsung menyadarinya. "HA HA HA HA HA, sial. Salahmu sendiri mengatakan hal yang manis. Aku jadi tidak bisa kendalikan diri."

"Cih, brengsek," kata Apo, meski lelaki itu tidak kabur setelah melepaskan pelukannya. Dia malah menatap selangkangan Mile yang gembung, lalu menggandeng sang Alpha ke ranjang. "Setidaknya aku sudah memilih benda paling benar di tas yang ketiga. Ya Tuhan ...."

Sambil tertawa kecil, Mile pun ikut saja. "Ha ha ha, jangan bilang isinya pengaman?"

"Ya, banyak. Tapi kuharap jangan dihabiskan langsung malam ini. Aku capek—"

Brugh!

"Mile!"

Mile pun mendorong Apo hingga terjembab ke ranjang, tapi juga memeluk agar baby di dalam sana tidak terlalu terguncang.

"Oke, pasti nanti dia tetap aman. Percayalah."

Apo sempat diam beberapa saat, lalu menjambak rambut Mile untuk berciuman begitu dirinya siap. "Kemari," katanya dengan suara yang mendadak semakin merdu di telinga Mile. "Aku milikmu mulai sekarang."

Bersambung ....