BAB 20: PENGAJUAN KASUS

BAB 20

BRAKHHHH!!!

Meski baru digebrak, Apo langsung membenturkan keningnya ke kening Mew dengan mata nyalang.

JDUAGH!

"ENYAH KAU BRENGSEK!" teriak Apo bengis. Darah pun mengalir turun ke mata, tapi dia merangsek maju dengan tendangan. Tanggap, Mew menangkisnya menggunakan otot bisep. Sang Alpha melempar vas bunga kepada Omega itu, tapi Apo sigap mengadunya dengan kursi yang diayun memutar.

BRAKH!!!

PRAKH!!

Pecahan vas pun terburai ke lantai. Tapi Mew tidak ragu melompati kekacauan itu untuk menyeruduk Apo dengan cekikan.

BRAKHHH!!!

"ARRRGH!!"

"APOOOOO!!!"

Prakh! Prakh! Prakh! Prakh!

Pada gebrakan yang kedua, kini buku-buku koleksi Mile berjatuhan di bahu Apo. Mew membuat Apo mendesis, apalagi cekikannya semakin tajam.

"Khhhh ... hhh ...." keluh Apo. Darah kening kini mencapai bibirnya, sementara Mew menguarkan feromon agar sang Omega merapuh.

"Kau mau main-main denganku? Hah? Coba saja jika bisa. Aku akan mengambil nyawamu di sini--"

"AAAAAAAAAAAAAAAA!!" jerit Ameera tiba-tiba. Wanita itu melotot karena Mile muncul di belakang Mew, apalagi kursi lain di tangannya langsung dihantamkan keras.

"JANGAN SENTUH OMEGA-KU, SIALAN!"

BRAAKKHHHH!!

"ARGHHHHHHHHH!!"

Seketika, punggung Mew terhentak hingga cekikannya terlepas. Namun, pukulan itu tidak sampai menjatuhkan. Mew justru menyerbu Mile dengan tinjunya, lalu mereka bergantian memuntir leher. Krak! Krak! Ada sendi yang tergeser selama keduanya masih jadi satu.

Mile pun membanting Mew ke meja kerjanya, lalu mengoyak jas lelaki itu hingga punggungnya tergeser cepat. SRREEEKHH! Dari kanan ke kiri. Dari dokumen yang bertumpuk hingga PC display yang terjatuh ke lantai. BRAKH! BRAKH! Mew sampai berekspresi amat kaku, tapi dia membalasnya dengan jambakan di kerah Mile Phakphum. Krakh! Dasi indah itu pun terobek, sementara Mile lengah ketika Mew berbalik untuk mencekik menggunakan benda itu.

"AAAAAARRRGGGGHHHH!!" geram Mile hingga feromon milik keduanya bergelut dalam ruangan. Aromanya seperti parfum kebanyakan alkohol, dan itu sangat pahit meski hanya dihirup Omega seperti Ameera dan Apo. Mereka lemas, mereka gemetar dan lunglai di tempatnya masing-masing, sementara Mew terus melanjutkan aksinya.

BRUGH!

Mew sengaja jatuh ke sofa untuk menghabisi napas Mile lebih mudah, tapi ternyata hidungnya dihajar dengan benturan dari depan.

JDUAGHH!!

"Arrrgghhh!" teriak Mew. Belakang kepala Mile pun menghasilkan pendarahan lain pada wajahnya, tapi Mew tetap maju meski bumi sempat terasa berputar.

BUAGH! BUAGH! BUAGH! BUAGH!

Dia tinju-tinjuan dengan Mile secara acak, karena keduanya memang setara. Mulai dari kekuatan, massa badan, dan sama-sama Alpha dominan. Mew dan Mile juga memiliki riwayat yang sama sebelum pulang ke Thailand. Mereka stay di luar negeri, dan diracuni gaya berkelahi street style, jadi tak ada yang kalah atau menang hingga keduanya kehabisan tenaga.

"Hahhhhh ... hahhh ... hahhh ... hahh."

"Hahhhh ... hahhh ... hahhhh ... hahh."

Isi kantor jadi kapal pecah dalam beberapa menit, sampai-sampai Apo berteriak karena tidak tahan lagi. "STOP, MILE! STOP! Ich halte es nicht mehr aus!" bentaknya sambil menatap Mew. Dia sengaja menggunakan bahasa Jerman agar hanya lelaki itu yang paham, sementara Mew meludahkan darahnya karena terlampau anyir di gusi. "Cuih!" Kini, lelaki itu duduk bersandarkan laci meja kerja Mile, tapi mata tetap nafsu ingin membunuhnya.

"Jujur aku tak keberatan melanjutkan ini hingga salah satu kita mati," kata Mile. Namun, dia perlahan berdiri tegak meski hampir ambruk setelah menghajar Mew.

"Kau pikir aku tidak begitu?" kata Mew benci. Namun, dia tetap melepaskan jas Mile dari kepalan. "Cukup jangan ganggu Omega-ku lagi saja."

Mile perlahan mundur teratur. Padahal jika ditanya jujur, dia ingin menambahkan luka lain pada wajah tampan Mew Suppasit. "Sudi siapa," katanya. "Karena jika kau memang sekuat ini, harusnya habiskan waktu lebih lagi untuk mengendalikannya, Bedebah."

"Apa katamu tadi?"

Mile berbalik tanpa peduli. Dan perilaku itu membuat Mew kesal. Dia pun meraba gunting kantor diantara ceceran barang, kemudian menyerbu Mile tiba-tiba di belakang.

DEG

"MILE, AWAASSSSS!!!!" teriak Apo dengan wajah pucatnya--

.... terlambat.

"HIARRRRGGHH!"

CRAKHHHH!!!

CRAKHHHH!!!

"ARRRGH ... --kh ...."

Begitu Mew menembus perut Mile menggunakan gunting, Mile baru mengeluarkan cutter besar yang sempat disembunyikannya dari dalam kantong. Mereka pun sama-sama menusuk, walau Mew membeku karena dialah yang ternyata tidak waspada.

"APO, PERGI!" teriak Mile meski deathglare mata tetap terpaku kepada lawannya. "... lari dan ambil rekaman CCTV-nya sebagai bukti. Aku ingin semuanya terlihat, siapa yang paling banci di tempat ini."

***

KASUS pertarungan antara Mew dan Mile pun tercium awak media. Keduanya dibawa ke RS terdekat dengan keluhan sama, lalu ke ruang operasi yang sebelahan. Ribut sekali seperti demo. Para wartawan menunggu hasilnya di luar gerbang, sementara polisi langsung menyemut di sekitar.

Apo tidak mau berkomentar apapun. Tubuhnya lemas seperti jeli dan hanya duduk menunggu seperti Ameera. Keduanya didatangi pihak keluarga masing-masing, tapi paling kacau tetap miliknya.

"OEEEEEEEE!!! OEEEE!! OEEE!!"

"OEEEEEEEE!!! OEEEE!! OEEE!!"

Baby triplets ternyata paling rewel hari ini diantara seluruh momen. Semua babysitter bahkan sampai kewalahan menenangkan, lalu membawa mereka serta untuk ditepuki Papa-nya.

"Maaf, Tuan Natta. Tapi mereka tidak mau bobo. Pasti menangis lagi meski sempat diam sebentar ...."

Apo pun menggendong Kay si paling cengeng. Baby perempuan itu membuat koridor pecah, tapi langsung tenang dalam pelukan Apo. Kedua mata indahnya berkedip lucu, dan tangan bersarungnya senang menyentuh pipi Apo seolah tengah menyapa. "Angg ... ann ... aung," ocehnya tidak jelas.

"Apa kau paham kalau Daddy-mu kini terluka?" bisik Apo. Dia pun mengesuni wajah Kay, dan mengadu hidung mereka begitu lama. Apo tahu, Ameera kini memandangnya di ujung kursi. Tapi lelaki itu pura-pura tidak peduli. "Tidak kok, tidak. Dia pasti baik-baik saja."

Hanya Nathanee dan Miri yang bisa datang ke RS waktu itu. Songkit dan ayahnya tidak bisa karena ada urusan urgen, tapi mereka tahu hal ini perlu diajukan ke ranah hukum. Pertama pada kasus Pomchay, dan sekarang ditambah penyerangan yang bisa dilawan banding.

"Pengacaraku sudah memproses semuanya sejak dua hari lalu," kata Nathanee sembari mengambil Kay dari gendongan Apo. Lelaki itu kini diserahi Ed dan Er sekaligus, lalu mendekap keduanya pada dada hangatnya. "Dia sedang mengecek rekaman CCTV-nya sekarang."

"Pin kirim salam untukmu juga, Sayang," kata Miri. "Dia berharap kalian semua baik-baik saja, tapi tidak bisa ikutan datang."

Apo hanya diam mendengarkan sambil dirangkul sang ibu. "....."

"Umn, kondisinya memburuk lagi karena demam. Tapi aku langsung kemari untuk melihat kalian," imbuh Miri. "Tapi setelah ini pasti kujenguk iparmu lagi. Tenang saja. Kalian semua kuat bertahan."

BRAKHHH!!

"SIAPA DI SINI YANG DARAHNYA AB RHESUS NEGATIF?!" kata seorang suster yang mendadak keluar dari ruang Mile. "CEPAT! KAMI BENAR-BENAR BUTUH!"

Tak ada yang berdiri dari pihak Mile, karena hanya Songkit yang memiliki turunan itu.

BRAKHHH!!

Selang beberapa detik, suster bangsal Mew ternyata mengatakan hal yang sama.

"KAMI SANGAT-SANGAT BUTUH AB RHESUS NEGATIF! TOLONG!"

Sekujur tubuh Apo pun merinding karena kedua Alpha memiliki terlalu banyak kemiripan.

"Aku." Ameera mendadak berdiri dari duduknya. Wanita Omega itu melepaskan diri dari pelukan sang ayah, kemudian mendatangi para suster yang sudah berpeluh. "Ambil milikku untuk mereka. Cepat. Cukup tunjukkan padaku jalannya kemana."

Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....

Apo dan Ameera pun saling beradu mata sekilas. Namun, mereka tidak mengatakan apa-apa hingga Ameera digiring masuk.

"Oh, baik. Lewat sini, Nona. Tapi Anda yakin akan melakukan ini untuk dua-duanya? Maksud saya--"

Suara suster itu tenggelam di balik pintu ruang pengambilan darah.

Tiit ... tiiit ... tiiit ... titt ... tiit ... tiit ... tiit ... tiit ... tiit ... tiit ....

Suara elektrokardiogram Mile berbunyi stabil. Sangat merdu di telinga Apo, juga menenangkan baby triplets yang ditidurkan di sebelahnya. Apo sampai menyuruh seorang pelayan mengirimkan babybox miliknya ke sana karena ingin menemani sang suami sejak hari operasi itu.

Unik tapi aneh dan agak ajaib, ketiga bayi itu tidak pernah tantrum lagi karena ada di sisi Mile. Wajah mereka begitu cerah, bahkan mengoceh lebih sering dan tertawa-tawa.

Apo tidak pernah melihat mereka sebahagia itu, dan sedikit merasa terkhianati tapi gemas tidak tertahankan.

"Hei, jangan melihatku begitu, Ed. Kau cheater," kata Apo sambil mencoleki hidung mungil Edsel. Si bayi malah menjulur-julurkan lidahnya, lalu merengek karena ngompol tiba-tiba.

"Aaaaa ... oeeee!! Oeeee!! Oeee!!"

"Oh, shit. Benar-benar anak Daddy-nya," kata Apo yang langsung melipir karena pusing. Dia nyaris saja pergi, tapi Mile tiba-tiba meraih tangannya.

DEG

"Mile? Kau bangun?"

Sambil menahan senyum tipis, Babysitter Edsel pun mendorong kotak Ed menuju ke kamar mandi. Dia tidak ingin mengganggu pasangan itu, lalu melanjutkan tugas ganti popok sambil melirik-lirik keluar.

"Hmmgg. Masih mimpi, mungkin?" kata Mile sambil tersenyum. Padahal kedua matanya masih mengatup, tapi sang Alpha bisa berbicara lancar dengan suara seraknya. "Omega-ku ada di sini, semua bayiku di sini, dan mereka khawatir padaku setengah mati. Memangnya yang seindah itu adalah kenyataan, ya?"

Apo pun balas menggenggam, tapi juga mengomel cepat. "Kau ini benar-benar gila. Kenapa melakukan hal seperti itu hanya karena ..." bla ... bla ... bla ... bla ... bla ... bla ... bla ... bla ... bla ....

Mile tidak terlalu menyimak semuanya dengan jelas. Yang pasti senyum sang Alpha malah semakin lebar, apalagi dia mendapatkan bonus ciuman lembut.

"Hmm, aku senang kau tidak kenapa-kenapa," kata Apo lirih. Dia tetap kesulitan tenang, padahal Mile sudah mengesun jemarinya dengan kedua mata tersebut.

"Aku lebih senang karena bukan kau yang terbaring lagi seperti ini," kata Mile.

"Ha ha ha. Bodoh."

"Kupikir itu sah-sah saja," kata Mile. "Seseorang mungkin membuatku berpikir panjang, tapi tidak ada toleransi kalau Omega-ku yang disakiti."

Apo pun duduk agar bisa deep talk lebih lama. Dia membelai pipi Mile dengan tatapan melembut, padahal sang Alpha menceritakan detail Ameera yang merangsek maju untuk menggodanya di tengah proses surutnya siklus rut. Bagaimana sang model menyelinap saat Mew menemui direktur pemasaran. Atau caranya menggigit leher Mile hingga bekasnya sekarang masih ada.

"Karena kudorong, dia tidak tidak sampai bisa menciumku. Tapi lihat. Bukankah ini hadiah yang indah sekali?"

Apo malah menutupi tempat itu dengan selimut Mile. "Tak peduli. Aku punya yang lebih paten," katanya dengan cengiran. "Jadi dia tetap kalah dariku."

"Kau masih percaya padaku?" tanya Mile dengan alis tertarik.

"Cih, bodoh. Tentu saja percaya. Kau pikir hanya video penusukan yang kutonton?" kata Apo. "Beberapa detik sebelum Mew melawanmu kan ada Ameera. Aku tidak melewatkan sedetik pun momen CCTV-nya agar melihat sendiri."

Mile pun tertawa pelan. "Ha ha ha ha ha. Dan sekarang kau terlihat cemburu?"

"Iya, sangat. Tapi aku akan memukulmu kalau sampai melanjutkan topik ini."

"Hooo. Benar-benar cemburu rupanya." Mile malah makin bersemangat menggodai. "Kenapa tidak menimpanya dengan tandamu? Palingan babysitter akan diam kalau kau menggigitku sebentar."

PLAKH!

"Mile Sat! Sudahi!"

"Ha ha ha ha ha ha."

Mereka pun tertawa bersama seharian itu, meski perban Mile harus diperbaiki karena agak melonggar.

Bersambung ....