BAB 42: HE HAS FADE

Lovely Review:

🤣 Kalian oleng karena Paing itu tokoh Deuteragonis ....

MULANYA, Apo menikmati dansa, walau kesusahan mengikuti. Dia kadang sengaja menginjak Mile karena tatapan mesumnya, apalagi kalau sudah endus-endus leher. Mile, please lah. Ini diantara para tamu! Batinnya, tapi hanya tertawa karena tidak bisa marah. Mereka berdua pun bergerak pelan, saling melempar tatapan dalam, juga mencuri ciuman kecil saat tenggelam di keramaian. Namun, ketika sudah membuka mata, Apo mendengar sesuatu dari arah pintu masuk.

"Silahkan, Tuan. Ayo masuk. Mohon untuk duduk di sini ...." kata seorang pelayan WO sambil menyajikan segelas wine di meja.

"Oh, iya. Terima kasih, terima kasih," kata sosok dengan penampilan berantakan itu. Dia tersenyum manis dan bilang cukup, padahal hendak diambilkan kudapan lain dari belakang.

"Eh? Phi Paing?" gumam Apo agak tak menyangka. Mile saja sampai ikutan menoleh, dan mereka berdua pun langsung berhenti berdansa. "Tunggu, Mile. Dia datang ...." katanya dengan wajah langsung sumeringah. Bagaimana pun, Apo sudah ingin memperkenalkan kedua Alpha ini sejak Paing pulang. Apo ingin Mile tahu Paing cukup istimewa, setidaknya sebagai senior yang sejak dulu dihormatinya.

"Oh, itu dia?" tanya Mile saat memperhatikan sosok dengan jas hitam tersebut.

Paing sepertinya sadar jadi fokus mereka berdua. Alpha itu pun mengangkat gelas wine di tangannya, lalu mengembangkan senyum untuk menyapa. "Hai ...." katanya seolah begitu.

"Iya, padahal kemarin katanya tak datang ke buku tamu. Tapi dia barusan kemari. Ayo," kata Apo.

Mile pun mengangguk pelan. Dia berjalan mendampingi Apo untuk menuju ke sosok itu, lalu saling menangkupkan tangan sebagai salam.

"Maaf, aku sungguhan terlambat," kata Paing yang berdiri sejenak. "Ada banyak hal selama beberapa hari ini. Tapi baguslah masih sempat bertemu kalian. Halo ...." Dia kemudian saling menatap dengan Mile Phakphum.

"Oh, iya. Tidak apa-apa kok, Phi. Aku paham," kata Apo. Dia yang selama ini tak pernah menggeser posisi keluarga Takhon sangat tahu seberapa keras usaha pihak sana. "Walau jujur aku kaget karena Phi potong rambut. Sumpah sampai kuteliti dari sana agar yakin itu Phi Paing." (*)

(*) Memotong rambut untuk orang barat biasanya pertanda ingin melupakan, bebas, lalu memulai hal baru.

"Ha ha ha, iya. Entah, lagi ingin saja," tawa Paing. Lalu mereka duduk dalam satu meja. "Oh, iya. Maaf karena aku tidak sempat ganti dresscode-nya. Tadi langsung kemari begitu sampai di bandara. Ini benar-benar kurang pantas."

Mile pun langsung paham kenapa Apo senang berinteraksi dengan sosok ini. Di matanya, Paing memang tipe yang memiliki sikap baik. Sangat peka dengan lawannya, dan fokus untuk hati-hati berbicara.

Orang yang selalu memiliki kesan bagus dalam pertemuan pertama.

"Tidak apa-apa," kata Mile mengambil alih arus obrolan. Dia senyum kecil, walau diam-diam antipati. "Istriku sepertinya sangat senang hanya dengan kedatanganmu. Selamat menikmati pestanya."

Meski merasa aneh dengan kata-kata Mile, Apo tetap tersenyum senang. "Iya, Phi. Perkenalkan juga ini suamiku," katanya. "Kuharap kalian dapat berhubungan baik ...."

Mile dan Paing pun berjabat tangan.

"Aku Mile. Mile Phakphum. Salam kenal untukmu."

Membalasnya, Paing mengangguk untuk dengan suara yang berat. "Aku Paing. Paing Takhon. Salam kenal juga dariku," katanya, lalu tiba-tiba bersin. "Hatchi!"

DEG

"Eh? Phi sakit?" tanya Apo langsung khawatir. Dilihat dari mana pun, Paing tidak terlihat siap datang kemari. Dasinya miring, kancing atasnya longgar, rambutnya acak-acakan, wajahnya berminyak, dan matanya merah karena kurang istirahat.

"Tidak, hanya agak hectic sebelum kemari. I'm okay," kata Paing dengan kekehan kecil.

"Oh, kalau begitu bermalam saja di sini. Kamar untuk Phi ada kok di dalam. Kami sudah mengurus semua reservasinya," kata Apo. "Iya, kan Mile?"

"Hm, bagaimana pun kau tetap salah satu tamu kami. Istriku juga sudah bercerita tentangmu beberapa waktu lalu. Tidak perlu sungkan atau bagaimana."

Apo menatap Paing dengan mata yang berbinar, seolah mereka masih dalam momen kuliah di masa lalu. "Iya, masuk saja. Kalau lupa bawa undangan, nanti kucarikan sendiri tempatnya. Ah, maksudku di sana ada nomor urutnya."

"Hm, boleh. Mungkin aku memang perlu tidur total hingga besok pagi," kata Paing. "Maaf sudah merepotkan."

"He he he, c'mon. Berhenti bersikap begitu, Phi. Kita kan bukan orang lain," kata Apo.

Paing pun hanya mengangguk, lalu mengadu gelasnya dengan pasangan tersebut.

Ting ....

Sejujurnya Paing penasaran apakah Mile akan peka jika dirinya sempat meninggalkan aroma di tubuh Apo. Bagaimana pun mereka pernah saling berpelukan, tapi sepertinya Alpha itu tidak tahu samasekali. Entah apa yang terjadi. Yang pasti Paing lega tidak menimbulkan skandal apapun. Dia pun memandang langit-langit kamar ketika sudah berebah, lalu memejamkan matanya yang sudah punya bayang-bayang hitam samar.

"Hahhh ... andaikan kau tidak pernah pergi," desah Paing tiba-tiba. "Aku mungkin tidak perlu repot-repot memikirkan istri orang lain."

MILE sulit tidak kepikiran setelah bertemu dengan Paing Takhon. Dia memang tidak merasakan aura merebut dari Alpha itu, tapi justru merasa aneh. Mile bukan orang buta yang tidak menyadari cara Paing menatap istrinya. Dia tahu ada sesuatu yang terlewat, tapi Apo sendiri tampak tidak memiliki rahasia. Lalu apa, sebenarnya? Mile pun bertanya kepada Apo yang baru bersih-bersih dari kamar mandi.

"Apo, seniormu itu apakah single?" tanya Mile, yang langsung membuat alis Apo terangkat.

"Iya? Kenapa?" tanya Apo sebelum duduk di meja make-up. Dia pun melirik Mile di cermin sekilas, lalu fokus mengeringkan rambut dengan hairdryer-nya. "Hm, apa kau cemburu padanya? Perasaan Phi tidak aneh-aneh waktu berkenalan."

Mile pun menggeleng dan pura-pura biasa. "Well, tidak sampai begitu, tapi cukup penasaran saja," katanya. "Karena dia orang yang baik dan menarik, tapi terkesan membatasi diri dari orang luar."

Begitu selesai, Apo pun mematikan hairdryer-nya. "Oh, soal itu ...." desahnya. "Mungkin karena trauma?"

"Trauma?"

"Yep. Pacarnya dulu meninggal setelah pakai narkoba, lalu overdosis saat proses rehabilitasi," jelas Apo. "Aku sendiri tak tahu detailnya. Tapi kudengar itu terjadi setelah S2 mereka beda kampus."

"Oh ...."

"Namanya Fay," kata Apo sambil berusaha mengingat-ingat. "Fay Aaron Calermichay. Ya, aku yakin sudah benar kok." Dia pun mengangguk pelan. "Kami juga pernah bertemu, tapi cuma satu kali saja."

"Begitu," kata Mile sembari mengangguk pelan.

Apo kemudian beranjak ke ranjang. "Tapi aku punya tebakan sih," katanya. "Bagaimana pun keluarga Fay sempat broken. Jadi, setelah orangtuanya bercerai di pengadilan, dia akhirnya begitu."

DEG

Untuk beberapa alasan tak jelas, Mile kini serasa tak pantas memandang antipati seorang Paing Takhon.

"Sekali lagi ini hanya perkiraan lho," kata Apo. "Karena seingatku Phi pernah buru-buru keluar dari seminar. Terus tidak masuk selama seminggu penuh."

Mile pun terdiam lama, lalu menatap Apo dengan lidah yang mendadak kelu. Dia pikir, wacana tidak setiap orang beruntung soal cinta itu mitos, tapi kini Mile membenarkannya. "Oke, cukup," katanya lalu membanting Apo ke dalam pelukan. Brugh! "Maaf membuat obrolan tentang orang lain, padahal kita sedang berdua."

Namun, daripada terbuai, kecupan kening Mile malah membuat Apo terbahak-bahak. "HA HA HA! Tidak apa-apa kok. Kena kau! Tadi itu benar-benar cemburu, huh?" katanya dengan muka tengil. Omega itu pun menunggangi perut Mile dengan pipi memerah. Lalu mencecar sang suami berkali-kali. "Ayo, mengaku, Mile. Mengaku ... mengaku ... mengaku ... mengaku ... ha ha ha ha ha."

Ah, sial. Sekarang mana mungkin Mile menyia-nyiakan istrinya yang menggemaskan? Jarang-jarang sekali Apo manja seperti ini.

BRUGH!

"Ya, kalau cemburu memang kenapa?" kata Mile setelah membalik posisi mereka. "Apa kau akan tanggung jawab untuk membuatku tenang?"

DEG

"Oh, tentu," kata Apo dengan seringai kecil. "Toh ini belum ada jam 10. Kenapa tidak coba buat aku susah jalan untuk besok pagi?"

Oh, fuck.

"Dasar kau kucing masokis ...." desah Mile dengan seringai juga. Dia pun meremas bokong Apo di balik celana. Lalu mendengus karena tatapan berbinar di hadapannya. "Awas kau nanti malah menyalahkanku ...."

"Hmph. Tidak akan."

Mile pun meremas seprai, lalu melahap bibir Apo tidak sabaran.

BRUGH!

"Hmnnh ...."

Akan kubuat kau tidak bisa lagi berkata begitu.

Bersambung ....