S2-19 GIVE UP

"Because I love you, and it's no joke until we're married. Then I will stay here, until I find the answer."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

_____________________________________

BAB INI MENGANDUNG ADEGAN YANG TIDAK AMAN! JANGAN DIBACA DI TEMPAT UMUM.

Tidak bijak memilih bacaan, resiko ditanggung sendiri.

________

SELALU ada alasan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Entah itu baik, buruk. Apo bukan orang buta atau tuli yang langsung bertindak sesuai emosi. Ya, setidaknya setelah dia menekan kegilaan ke titik terendah.

Apo ingin mencontoh Paing saat menghadapi masa buruk. Sedikit demi sedikit, walau mimisannya jadi makin parah lagi. Dia pun menahan amarah karena insomnia sampai pagi. Semua karena umpatan Mile merasuki gendang telinganya. Pelacur, katanya?

"Mile yang kukenal tidak pernah memakiku seperti itu. Bukan ...." batin Apo yang terpekur sendirian di tepi ranjang. "Pasti ada yang salah."

Karena itulah. Keesokkan hari Apo sengaja menunggu Mile berangkat kerja. Dia membiarkan sang suami, yang mabuk, hangover sendirian hingga pukul 8, baru masuk kantor sedikit terburu-buru.

BRAKKKHH!!

"Hubungi Jijia, dan Ann Roune. Cepat!" kata Mile sambil melempar kunci mobilnya ke seorang bodyguard. "Bilang rapatnya sesuai jadwal, dan antarkan aku berangkat. Pusing! Shit!" keluhnya seperti bocah.

Apo yang hari itu harusnya pergi ke Oslo dengan Jeffsatur, langsung menelpon sang mata-mata setelah mobil Mile pergi. "Halo, Jeff?" panggilnya sambil menutup tirai kamar.

"Iya, Tuan Natta?" kata Jeff. Sepertinya Alpha itu sedang bercanda dengan Nayu sang keponakan, karena suaranya ribut sekali. Astaga, sepertinya hubungan mereka berkelanjutan.

"Nanti siang kita batal ke Norwegia, tak masalah?" tanya Apo. "Aku ingin kau melakukan suatu hal lain."

"Oh, apa?" tanya Jeff. "Aku sih mau-mau saja kalau kasusnya memang dibuat sesantai itu. Toh ini untuk keluarga Wattanagitiphat."

"Iya, iya. Aku paham. Sebentar ...."

Sambil terus menelepon, Apo pun menyusup ke kamarnya dan Mile sebelum pisah. Dia mengecek tempat berantakan itu, yang pastinya bau alkohol, keringat, serta obat-obatan--

"KYAAA!" teriak seorang pelayan muda yang terbangun di sebuah sofa tunggal.

DEG

Apo sendiri nyaris jantungan, karena saat menoleh baru sadar wanita itu berantakan sehabis main dengan majikannya. Penampilannya berantakan. Dia tampak panik karena Apo menangkap basahnya tak berpakaian, lalu meringkuk dengan rok yang paling dekat untuk menutupi dada.

"Ugh, T-Tuan Natta. Tuan Natta ...." katanya ketakutan.

"Oke, oke. Tenang. Anggap kau tidak melihatku di sini," kata Apo. Langsung mengabaikan pelayan itu, walau sangat risih. Astaga, dia pikir dulu Mile pernah bilang hampir menabraki babysitter itu cuma candaan. Tapi dia memang bisa menyeret pelayan muda juga.

Omega itu langsung menelusur nakas Mile yang tergeletak obat-obat. Di sana ada beberapa narkoba, yang difoto--dan Apo ingin Jeff menyebutkan apa saja jenisnya. Dia harus tahu kandungannya. Asalnya darimana. Dan detail lain-lainnya.

Ya, walau Jeff sedikit cerewet kali ini.

"Ya, kalau soal kandungan Anda perlu membawanya kemari," kata Jeff. "Biar kupastikan sekalian. Sebenarnya isinya sama atau tidak dengan data yang sudah kudapat."

"Ya, oke. Nanti pasti kuantarkan ke tempatmu langsung," kata Apo. "Jangan khawatirkan soal itu."

"Good. Memang itu narkobanya siapa?"

Apo malah mengomeli Jeff karena banyak tanya. "Carikan saja, dan selebihnya urusanku," katanya. "Kalau kau kepo, akan kupotong gajimu."

DEG

"Sialan."

Jeff pun diam karena masalahnya sudah ke pemasukan. Dia membiarkan Apo mengutil pil satu per satu, lalu memasukkannya ke dalam sebuah plastik. Tidak hanya itu saja, Apo juga mengecek lemari-lemari Mile yang teramat berantakan. Ada beberapa botol kaca yang nyaris menggelinding. "Eh! Eh!" katanya, untung tidak sampai menjatuhkan satu pun benda tersebut.

PYAR!

Sial. Yang di depan selamat. Apo malah tak sengaja menyenggol sisi belakang. Omega itu pun bersih-bersih sendiri dengan tisu seadanya. Dia tidak membuat jejak sebisa mungkin, bahkan naik kursi dan sofa untuk merusak CCTV brangkas. Tak masalah. Tinggal ambil saja benda itu. Suruh bawahan menggantinya dengan baru. Lalu masukkan memori lama yang sudah dipotong.

Mile pokoknya tidak boleh tahu, karena ini urusan Apo sendiri. "Kau ini minum apa, Mile? Ini apa?" gumam Apo setelah menemukan sebuah botol kaca yang paling mencurigakan. Dia menghirup sebentar tutupnya yang rapat, lalu melirik sekitar untuk menemukan yang sejenis.

Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....

"Apakah ada?" gumam Apo. Dia pun berkeliling sebentar dan memungut beberapa di kolong ranjang. Aromanya lumayan menyengat, dan dia yakin suntikan ini merupakan pasangan botolnya. "Jeff, kau pernah melihat yang seperti ini?"

Jeff yang masih online pun langsung menjawab. "Pernah lah, tentu saja. Coba foto lagi bagian tutupnya. Aku mau lihat lebih dekat."

Apo pun melakukannya. "Oke, sudah."

Jeff pun mengangguk yakin. "Ho, itu adalah dopamine, pemicu hormon senang atas resep dokter. Kenapa?"

"Oh ...." gumam Apo. Lalu memastikan hal lain. "Jadi semua pil-nya juga resep dokter? Bukan narkoba seperti yang aku pikir?"

"Ck, ya bukan. Semuanya justru mengandung narkotik," kata Jeff. "Yang resep cuma di botol saja. Terus tablet obat di sebelah kiri lemari."

"Oke, oke."

"Dopamine itu juga bikin kecanduan, asal Anda tahu saja," kata Jeff. "Terlalu sedikit tidak berefek. Kebanyakan malah jadi agresif. Kalau Anda lihat orang pakai itu, harus hati-hati. Pemakainya bisa jadi gila."

DEG

"Apa?"

Jeff malah mengomelinya balik. "Kalau Anda di sana, jangan lama-lama. Sumbat hidung dan cepat keluar. Nanti malah ikutan terkena," katanya. "Lagipula apa yang kulihat itu? Senjata? Mau bunuh siapa memangnya?"

DEG

"Senjata mana?" Apo pun berbalik dan langsung meneliti ruangan sekali lagi.

Di seberang sana, Jeff yang hanya berbekalkan foto untuk ikut meneliti pun memaki pelan. "Ya Tuhan, Tuan-ku, manisku ... itu yang di sebelah vas bunga," katanya. "Jangan buat kesabaranku habis ...."

Apo pun melangkah cepat untuk membuktikan perkataan Jeffsatur. Dan benar, ada dua pistol laras pendek bertuliskan K99H21. Satunya baru, satunya lagi sudah lawas. Rentengan peluru juga ada di laci. Tapi sepertinya baru dipakai sedikit. Namun, sedikit pun sudah cukup membuat Apo merinding takut, membayangkan Mile pernah menembak seseorang atau siapa.

Deg ... deg ... deg ... deg ....

"Tidak mungkin, jangan sampai ...." gumam Apo. Lantas segera meletakkan kembali pistol tersebut. Dia pun buru-buru keluar sesuai anjuran Jeff. Paling penting sudah membawa beberapa barang untuk diteliti.

CKLEK!

DEG

"Sedang apa?" tanya Mile Phakpum yang entah kenapa bertepatan di balik pintu. Alpha itu melirik ke tangan Apo yang membawa plastik obat, lalu menyembunyikannya di balik punggung.

Deg ... deg ... deg ... deg ... deg ....

"T-Tidak kok, bukan apa-apa. Aku hanya ingin mengambil barang yang ketinggalan--"

"Kau pikir aku ini buta?" tanya Mile. Yang langsung mendorong sang istri ke dalam.

BRAKKKHHH!!

"MILE!!!"

"APO!!"

PAKKKHHHH!!!

"Arrrghh! Akhh!" rintih Apo karena pergelangan tangannya diremas. Namun, alarm bahaya dalam kepalanya sudah muncul sejak Mile menatapnya dengan mata itu. Dia yang gelap aura, dan menggebrak Apo hingga meniti perabot dinding pun murka seketika. "NO! MILE! ARRGH!"

SRAAAAAAAAKKHHH!!

Plastik pil curian Apo pun jatuh ke lantai. Omega itu bergulat tangan dengan Mile sejenak, tapi sang Alpha kesulitan menaklukkan dia. Sebab dominasi terkuat hanya bisa dipakai ketika fungsi otak pemiliknya 100%. Lebih mudah lagi jika targetnya adalah pasangan marking dan bonding. Namun, hari ini Apo berdiri di sana bukan sebagai Omega kacau. Dia tidak lagi mudah dibuat berlutut, apalagi lumpuh untuk mendengarkan.

TIDAK! TIDAK AKAN! TIDAK ADA YANG KEDUA KALI!

PRANGGG!!

BRAKHH!

"BRENGSEK KAU! BAJINGAN!" maki Apo yang melemparkan vas ke dada Mile. Benda itu sampai-sampai pecah berkeping-keping. Dan isi airnya membuat jas sang suami berantakan. Persetan! Dia tak peduli lagi Mile mau apa di sini.

Mungkin, Alpha-nya tadi ingin mengambil berkas di tepi ranjang, tapi malah berakhir untuk berkelahi dengannya. Apo pun melempar segala barang untuk dijadikan tameng, tapi setelah itu dia mendorong Mile balik.

BRAKKKHHHH!!

"FUCK! Sialan!" teriak Mile. Karena Apo baru menggebraknya balik ke lengan sofa. Tentu, sakit di punggung. Bagaimanapun pun sisi itu keras. Namun, saat Mile berteriak "APO!" dan akan menerjang, Apo siap meninju dan melompat seperti bajing untuk membanting suaminya ke lantai.

BRAKKHHH!!

"KAU YANG SIALAN, BRENGSEK! KAU!" teriak Apo. Jangan pernah lupa jika dia merupakan sabuk hitam. Sudah cukup kesabarannya habis untuk mengalah di sini, Apo takkan membiarkan Mile macam-macam sekuat dirinya bisa.

BRAKHH!!

"Oh, ya?" kata Mile. Yang melingkis lengan jasnya cepat, anehnya tidak langsung melawan lagi. "Tapi kenapa ragu, Apo Nattawin? TERUSKAN! Kau benar-benar tidak tahu diuntung--"

BUAGH!

Tinju Apo mengenai pipi Mile kali ini. Dia mengukir luka di sudut bibir Alpha tersebut. Yang dibalas dengan gamparan di wajah.

PLAARRR!!! PLARRRRRRR!!

"Arrrghhhh!!!" pekik Apo. Karena Mile juga langsung mencekiknya dengan tangan kiri. Omega itu pun terdorong ke belakang. Terbanting ke ranjang lalu ditimpa. Tapi Apo balas mencekiknya. "Khhh--hhh ... hhh ...."

BRAKHHHH!!

"ARGHH!" teriak Mile karena Apo membalik posisi mereka. Namun, menguasai seorang Alpha dominan takkan semudah itu. Apo pun digampar berkali-kali, selama coba meninju balik. Bahkan sempat dijambak juga hingga bajunya berantakan. Di rambut, di kerah ... Omega itu baru menguasai leher Mile setelah mereka berguling-guling di tempat tersebut. Dia menahan sakit karena Mile mencengkeram lengannya, tapi bisa membuat Alpha itu pingsan pada akhirnya. "Apo--hhh ...." desah Mile sebelum matanya terpejam tidur.

"Hahh ... hahh ... hahh ... hahh ...." Apo pun tersengal-sengal dan melepaskan cekikannya. Dia turun dari tubuh sang Alpha. Baru sadar hidungnya mimisan lagi, kali ini bukan hanya karena stress. Namun, Mile benar-benar membuat wajahnya dihias luka gamparan. Bahkan kemerahan dan mulai biru di pipi kiri.

"Ini pertama kalinya aku membenci cermin," batin Apo ketika menoleh ke sisi kanan. Di dinding itu terpasanglah cermin selebar pintu, yang menampilkan potret barunya: berantakan, dengan baju robek yang bercucur darah, lengkap mata merah berbayang.

Semua luka sudah lengkap sekarang. Dia lelah, kurang tidur, dan berkaca-kaca karena dua cincin di jari suaminya. "Ha ha ha ha, aku ini bodoh sekali ..." katanya. Baru mengucek mata seperti bocah setelah menyerah. "Hiks, hiks ... hiks .... Aku mungkin hanya takut kehilanganmu, Mile. Aku benar-benar takut sekali." Dia lalu duduk lemas di meja, menikmati pemandangan kotor serta ponsel Mile yang berdering tanda Alpha itu dibutuhkan. ".... karena aku juga tidak bercanda soal dirimu yang pertama kali."

Ada istilah "Trauma Bonding" yang menyangkut hubungan rumah tangga tidak sehat. Kalian search saja di google, karena wikipedia bisa pindah ke FF gw kalau ditulis :v

_________________