"Dark clouds foreshadowing rain."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Kesan pertama Jeff kepada Paing adalah Alpha itu menakutkan. Tatapan matanya sangat mengancam, terutama jika ada hal yang tak dia suka. Seperti tadi siang, misal? Tapi kini pendapatnya berubah. Paing mudah diarahkan. Dia tidak protes hanya karena diajak duduk di kabin sempit. Toh tempat itu lebih aman untuk berbicara rahasia.
"Jadi, sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" tanya Paing lamat-lamat.
Jeff pun mengusap hidung untuk mengawali. "Boleh aku ambil pulpen serta kertas dulu?" tanyanya.
"Silahkan."
Jeff pun kembali beberapa saat kemudian. Namun, Alpha itu ternyata membawa tabletnya juga. Dia menyalakan benda tersebut. Lalu mencoret-coret gambaran konsep di depan Paing.
"Mungkin aku agak berlebihan, tapi ... terima kasih telah menjaga Tuan-ku," kata Jeff mengawali. Dia tetap fokus kepada kertas, tapi terus berbicara. "Ya, sebenarnya aku sering kurang ajar padanya. Tapi dia bos yang paling baik selama ini. Karena itu aku bertahan."
"... lalu?"
"Dan meskipun jadi mata-matanya semenjak sekolah. Kuakui kasus Romsaithong sangatlah sulit," kata Jeff. ".... mungkin karena selama ini aku main hacking saja." Dia mengendikkan bahu. "Tapi semenjak Tuan Natta jatuh cinta, dia tidak setengah-setengah memintaku terlibat--Ha ha ha ... bisa bayangkan, kan? Hacker gagadungan mendadak jadi detektif."
"... hm, terus?"
Jeff menekan pulpennya ke kotak pertama. "Kita bahas kejadian kecelakaan mendadak Phi Pomchay dulu."
***
1 Tahun Lalu ....
New York, Amerika Serikat.
"Iya, Sayang. Hmm, nanti aku akan membawakan sesuatu pas pulang," kata Pomchay di telepon. CEO Keluarga Romsaithong itu tersenyum tipis. Padahal harusnya lelah setelah menemui klien. Namun karena kekasihnya, Pin memberitahu kalau dia hamil. Alpha itu pun makin tak sabar mempersiapkan pernikahan. "Mau apa, memangnya? Tas? Gaun? Aku akan berkeliling sebentar sebelum pulang."
Suara Pin di seberang sana manja sekali. "Mau, mau. Apapun yang kau belikan aku pasti akan suka. He he he," katanya. "Yang terpenting pulang dengan selamat. Baby kan sudah ingin ketemu Daddy-nya." Di Bangkok, dia mengelus perut padahal kondisinya belum terlalu besar.
"Hmp, oke. Kalau begitu nantikan saja, ya. Biar jadi kejutan," kata Pomchay sembari melepas dasi. Dia memang merasa gerah. Inginnya segera jalan-jalan dengan sang calon istri.
"Oke."
"Dah dulu."
"Iya, dah." Pin pun mematikan sambungan setelah bilang "Aku mencintaimu." Yang dibalas setara dengan Pomchay.
Sepuluh menit kemudian, Pomchay sudah sampai di stan mall "HARAzher EIDEN" bagian barang-barang branded. Ada Balenciaga, Louise Vuitton, Gucci, Prada, dan lain-lain. Dia mondar-mandir ditemani Ann Roune sang sekretaris. Juga beberapa bodyguard di belakang. Namun, mereka hanya menunggu di luar stan saat Pomchay belanja. Para bodyguard mengawasi situasi sekitar. Sementara Pomchay memilih barang.
Tentu saja, selama dihadapkan hal seperti itu dia mengeluh. Bagaimana pun Pomchay bukan Mile yang kerja di bidang fashion. Jas dan lain-lain saja dipilihkan Pin. Kalau tidak, penampilannya mungkin masih sekuno dulu. "Hmmh, rasanya aku ingin menyeret Mile ikutan belanja," gumamnya sambil memilih tas wanita. "Dia pasti hebat untuk mengecek yang paling bagus."
Sebenarnya di dalam stan selalu ada shopkeeper, tapi Pomchay tipe yang sulit percaya orang. Jadi, mau diberi saran bagaimana pun dia menolak. Atau justru malah curiga? Jangan-jangan yang disodorkan ke depannya barang biasa, tapi dibilang "Paling mahal dan bagus". Sungguh amit-amit sekali.
Akhirnya, Pomchay benar-benar mengirim beberapa foto kepada sang adik. Toh di Australia sana, kebetulan Mile sedang online. Kenapa tidak dimanfaatkan saja?
[Pomchay: Adik, kau pilih 3 yang paling bagus. Nanti biar kubawa pulang untuk Pin]
Ada 17 foto tas yang membuatnya tertarik. Dan Mile yang baru selesai memotret model-modelnya pun membalas.
[Mile: Nomor 7, 9, dan 15]
[Mile: Nomor 3 dan 5 juga bagus. Tapi Phi Pin takkan suka warnanya]
[Pomchay: Oke]
Setelah tas, Pomchay masih berkeliling lagi. Kali ini gaun malam dan sepatu high heels. Mile yang istirahat makan pizza pun meladeninya setiap detik. Kedua Alpha bersaudara itu kompak sekali, sampai-sampai video call daripada susah kirim chat terlebih dulu.
Dan sebagai seorang pengamat fashion, semua yang dipilih Mile memang menguras uang. Mata fotografer editorial professional itu tak salah. Sehingga Pomchay percaya diri dengan hadiahnya.
"Kalau yang ini, bagus juga tidak?" tanya Pomchay. Dia sampai duduk di sofa untuk memilih yang terbaik demi Omega-nya. Tak masalah. Memang sofa itu disediakan untuk pelanggan yang belanja lama. Toh barang yang Pomchay beli tidak sedikit. Para shopkeeper senyum-senyum saja. Hingga Mile diinterupsi seorang gadis.
"Kurang suka. Coba yang sebelahnya--"
"Mile Sayang ...." kata model bernama Ameera yang memeluk dari belakang. Tidak ada sungkan-sungkannya wanita itu, dia pun mencium bibir Mile, bahkan meski Pomchay masih stand by di seberang sana. "Sibuk, huh? Apa dia kakakmu?"
Pomchay malah dikacangi karena mereka berdua mengobrol.
"Ya, kenapa? Masih ingin bertemu dengannya? Kau sudah lihat wajah kakak sekarang," kata Mile.
"Uuu, halooo," sapa Ameera dengan lambaian jemari lentiknya. "Salam kenal, calon kakak. Sampai jumpa suatu hari. Muach. Ha ha ha ha," tawanya sebelum pergi.
Pomchay yang melihat seberapa seksi pakaian model tadi langsung bergedik. Apalagi Ameera hanya memakai bikini dan celana dalam. Apa itu yang barusan? Pemotretan koleksi pakaian renang Dolce & Gabbana? Setelah Ameera masih ada beberapa model lagi yang menggelendoti leher Mile Phakphum.
"Iya, pakaian renang. Setelah ini malah gaun malam. Ha ha ha ha ha," tawa Mile dengan santainya. Toh itu memang pekerjaan dia. Kalau pun ada yang tubuh tersingkap selama pemotretan, itu bonus. Toh setelah bekerja Mile bisa merobek pakaian mereka yang ingin one night stand.
"Ya ampun, iya-iya. Tapi aku tetap masih merinding," kata Pomchay, yang sejak kuliah cuma pacaran dengan Pin saja. Kehidupan Mile jelas beda jauh dengan yang dia alami. Sehingga Pomchay tak banyak berkomentar. Dia hanya melanjutkan belanja. Tapi sebelum semua selesai, Mile sudah diseret seorang model ke belakang sehingga tabletnya ditinggal. Pomchay pun menepuk kening. Lalu geleng-geleng dan lanjut sendiri.
Tak masalah. Dua barang terakhir dia pilih secara random. Semoga tak jelek amat, sehingga Pin tetap senang nantinya. "Ann, sudah selesai. Suruh mereka mengangkat barangnya," kata Pomchay kepada sang sekretaris.
"Baik, Tuan."
Ann Pattichat Roune pun mengangguk patuh. Dia memberi isyarat kepada para bodyguard, dan mereka langsung masuk stan untuk menenteng paper bag berbagai merek. Isinya semua hadiah untuk calon nyonya besar mereka. Dan kadang--di mobil Ann Roune intip-intip untuk melihat seberapa bagus yang dipilih.
"Ann, kata Mile ... New York ini pusat kota mode," kata Pomchay yang duduk di sebelah kursi kemudi.
DEG
"Ya, Tuan?" kata Ann yang tersentak kaget. Wanita itu pun langsung fokus ke depan, dan membalas senyum sang bos di kaca.
"Coba cari butik yang cukup bagus? Search di google sekarang. Nanti beritahu saja. Aku masih harus mengecek data file," kata Pomchay sambil membolak-balikan berkas. Mereka dalam perjalanan ke hotel "The Pearl" pada waktu itu. "Soalnya Pin belum kubelikan gaun putih untuk acara temannya. Tadi tak ada yang bagus di sana."
"Baik," kata Ann. Sang sekretaris pun langsung membuka IPad. Scroll-scroll. Sesekali melihat keramaian di sekitar.
Hmm, suasananya bagus sekali. Sangat cocok untuk bersenang-senang, tapi mereka justru bekerja. Kadang, Ann iri kepada mereka, tapi senang juga karena dapat gaji tinggi di sisi Pomchay. Dia pun menelusur google dengan senyuman. Tapi Pomchay malah membatalkannya saat sudah dapat alamat.
"Tuan, ini--"
"Tunggu, Ann. Aku dapat telepon," kata Pomchay tiba-tiba. Dia pun mengangkat panggilan tersebut, cukup panik karena firasat jelek. Sampai-sampai bodyguard yang menyopir di sebelah ikutan menoleh.
"Yeah, hello, Mr. Anderson?" tanyanya kepada sang klien di seberang sana. "What happens?"
Anderson, seorang klien yang baru ditemui Pomchay beberapa saat lalu kini berteriak keras. "My wife, Pomchay! My wife!" teriaknya dari seberang sana. "She's gonna be crazy! Please come here and I'll show you somethin'! This Mew Suppasit--arrgh. I'm sure he's just done this shit!" (*)
(*) Bahasa Inggris: Istriku, Pomchay! Istriku! Dia akan jadi gila! Tolong kemari dan aku akan menunjukkan sesuatu padamu! Mew Suppasit ini--arrggh! Aku yakin dia baru saja melakukan hal omong kosong.