"The pride ...."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Paing tidak berkomentar saat Miri berkata begitu. Dia hanya tersenyum, walau dalam dada terasa berat. Namun itu tidak membuatnya serta merta panik. Paing pamit setelah menyelesaikan urusannya di sana. Menyanggupi 70% tugas Apo hingga sang Omega stabil, sementara Miri mengawasi jalannya perusahaan.
Kalau ditanya berat atau tidak? Jelas, berat. Sebab Paing tidak fokus dalam bidang manufaktur sejak dulu. Namun, bukan dia jika melepaskan bara api. Alpha itu menghabiskan akhir tahun dengan begadang 3 hari berturut-turut. Memforsir diri. Terus sedia kopi dan mondar-mandir di ruang kerja Apo Nattawin.
Paing menelisik masalah apa saja yang sudah berkarat. Mencoretnya satu-satu. Lalu memperbaiki mana saja yang bolong.
Sangat banyak, serius. Perusahaan Wattanagitiphat janggal karena tak terurus dalam berbagai segi, mungkin karena dulu Mile memprioritaskan company-nya. Itu wajar sih. Sangat. Apalagi Romsaithong juga punya banyak pabrik. Mereka pasti ribut ekspor impor barang sendiri, tapi ini memang parah sekali.
Kekecewaan klien Wattanagitiphat terjadi berkali-kali. Kepercayaan kolega yang menurun drastis. Barang gagal ekspor dan bahkan ditolak sponsor. Belum lagi artis kontroversial yang bikin gara-gara selama membuat iklan--BRENGSEK!
Karena itu, Paing menolak gabung perayaan kembang api bersama rekan-rekannya. Dia tidak ikut hitung mundur karena tenggelam di dalam berkas, padahal harusnya akhir tahun cukup mengawasi konser live yang akan datang. Oh, setidaknya Paing bersyukur sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Meskipun tidak dapat beristirahat, dia tetap teringankan dengan berbagai tugas yang ada.
"Tidak, Bible. Aku tidak pulang lagi untuk malam nanti," kata Paing yang berebah di sofa panjang. Dia menelpon ketiga kalinya untuk hari ini. Sementara Bible stay dengan urusannya di sebelah Apo. "Mungkin besok saja kalau sudah pagi-pagi. Aku hanya harus tidur cepat untuk persiapan acaranya."
Di seberang sana, Bible pun menoleh ke jam dinding yang menunjuk angka 10. "Oke, tak masalah. Omega-mu baik-baik saja di sini," katanya. "Dia pulas seperti mati. Jadi cukup pikirkan diri sendiri."
...
....
"Hm."
"Sip. Sekarang matikan saja ponselmu. Istirahat, dan pasang alarm kencang untuk bangun besok," kata Bible. Padahal biasanya dia keras saat berbicara. Bahkan berani memaki Paing kalau terlampau kesal sekali. Namun, sayang. Alpha itu merasakan lelah dari suara sang rekan. Napas pendeknya, dan ini sepertinya cukup serius. "Aku bisa meneleponmu kalau butuh dibangunkan. Dan akan terus kuulangi sampai kau mengangkat panggilan."
"Oke, thanks. Just do it," kata Paing dengan sebuah kekehan kecil. "Aku nantinya pasti terbantu. Dan kupukul kepalamu kalau besok sampai terlanjur."
"Ha ha ha ha ha ha."
Tuuuuutttsss ....
PRAKH!
Ponsel itu pun terjatuh setelah sambungannya berakhir. Layar berkedip mati tanpa sempat Paing memasang alarm. Dan itu momen dia ketiduran sembarangan setelah sekian lama.
Paing hanya memakai kemeja acak-acakan dan dasi yang sudah longgar. Wajahnya berminyak karena terlalu fokus begitu lama. Bernapas berat. Untung cluster A yang menjaga tetap siaga di luar ruangan. Mereka membuat karyawan bingung karena ikut berdatangan ke kantor Apo. Namun, semuanya hanya bisik-bisik karena Paing tidak membuat drama di luar.
Mata Alpha itu meneteskan cairan bening karena down dan haus energi. Bible sendiri butuh me-misscall-nya 52 kali hingga terbangun. Dan si koas lagi-lagi memaki kesal.
Drrrrrtt! Drrrtttt! Drrrtttt!
"SIAL! BRO! BUKA MATAMU INI SUDAH JAM 8 LEBIH!" bentak Bible saat Paing baru saja duduk. Dia mengomel sampai berhenti membaca buku. Apalagi Paing butuh waktu untuk tersadar 100%.
Alpha itu baru pulang pukul 9 pagi dalam kondisi dehidrasi. Dia minum banyak setelah sampai ke rumah. Lalu terpekur lama di depan cermin kamar mandi. Hm, parah. Wajahnya butuh tidur lebih dengan bayang-bayang mata. Bahkan sikat gigi dan cuci muka tidak cukup menutupinya. Ini pemandangan mengerikan persis kala Fay meninggal dulu.
DEG
Apo ....
Paing pun cuci muka dua kali untuk membuat pandangan semakin segar. Dia tidak mau mengamuk sebelum waktunya. Namun, praduga Miri serta omongan Songkit tetap memusingkan kepala.
...
....
".... mungkinkah Mile sengaja agar kalian terjebak pelanggaran yang sama besar saat sidang nantinya?"
Oke? Jadi Mile Phakpum sebenarnya tak terima ke neraka sendirian. Alpha itu menyeret orang sekalian daripada remuk. Biarlah mereka sama hancur kalau pun dia berakhir buruk.
"Oh, jadi begini kelakuan Takhon yang terhormat? Tahu-tahu merebut istri orang dan bayi mereka. Lantas kenapa dunia menilai kalian hebat? NAJIS!"
Paing mungkin membalik meja jika Apo tidak menggandeng lengannya. Apalagi Songkit dan dirinya sama-sama membalas tatapan mata. Tak ada rasa takut di dalam mata lelaki itu. Mungkin karena kini sudah digandeng Keluarga Bextiar. Pihak Romsaithong pun tenang saat Paing memutus bantuannya di tempat itu.
"Baik, setidaknya pertimbangan tawaran kami setelah ini," kata Paing sebelum mengakhiri kunjungan. ".... aku kemari karena benci kekacauan, tapi baiklah kalau kalian mengajak kasar--"
DEG
"BEDEBAH!" bentak Songkit sampai berdiri dari sofa-nya. Alpha itu menunjuk-nunjuk pintu dengan wajah kaku. Lalu berteriak di depan mukanya. "KELUAR KAU DAN BAWA MENANTU JALANGKU ITU! ENYAH! SUKA-SUKA KALIAN MAU APA TAPI AWAS KALAU MELEWATI BATAS-BATAS KAMI!"
.... dan sekarang Paing melewati batas-batas tersebut. Dia bisa dituntut karena bonding dengan istri orang. Apalagi orang itu tidak bisa disebut melakukan perselingkuhan. Nazha Bextiar benar-benar bebas sebelum menjadi istri kedua. Dan seperti kata Sanee Takhon, pernikahan tanpa izin Apo takkan memberatkan hukum sedikit pun. Palingan hanya menimbulkan kericuhan selama berdebat di meja hijau. Sekarang kita benar-benar lemah sekali, pikir Paing.
"Aku bukannya tidak di pihakmu, Takhon. Tapi ini sudah terlanjur jauh," kata Luhiang lewat telepon. Wanita itu tetap mengangkat telepon saat perkumpulan Keluarga Achara. Bahkan dia mengabaikan Archen demi keperluan sang rekan. "Coba kalau kerja sama ini baru beberapa persen. Jika digagalkan aku nanti malah rugi, oke? So, dariku tetap lanjut dengan Romsaithong."
Paing pun menghela napas di di tepi ranjang. Dia baru mandi dan masih ber-bathrobe, tapi rasanya sudah lemas kembali. "Oke, no prob. Hanya tetap hati-hati hingga semuanya selesai, Luhiang. Jangan sampai Nadech ikut menggerogotimu kalau sampai terlibat urusan ini."
Di seberang sana, Luhiang pun mengangguk pelan. "Tentu. Toh gabungnya projek kemarin adalah permintaanmu sendiri," katanya. "Tapi tenang saja, hm? Kupastikan ini yang terakhir dengan mereka. Karena tujuanku sebenarnya gabung dengan Wattanagitiphat."
"Hm."
Khawatir dengan kondisi rekan karibnya, wanita Alpha itu bahkan coba menegaskan. "Romsaithong kemarin hanya ikutan kugandeng, Takhon. Itu pun karena permohonan Apo Nattawin," katanya. "Jadi, cukup bertahanlah sampai projeknya selesai. Jangan jatuh. Atau aku akan menghajarmu nanti."
Mendengar betapa murninya omongan Luhiang, Paing pun terkekeh-kekeh. "Aku tahu, aku tahu ...." katanya. Yang malah diomeli habis-habisan.
"BAJINGAN YA KAU INI! LAGIPULA KENAPA MENDADAK SEKALI?! SEGALA PAKAI BONDING WAKTU MASALAH GENTING-GENTINGNYA! AWAS AKU TIDAK DAPAT KEPONAKAN BARU, BERIKUTNYA KAU DAN AKU YANG HARUS SOLO LEVELING!"
BRAKH!
Paing pun tertawa keras dan dapat hiburan pagi. Dia senang karena Luhiang meninju meja. Lalu membayangkan benda-benda di atasnya bergetar. Namun, seheboh apapun kamar pada saat itu, sang Omega di belakang tetap saja tidak bangun. Apo hanya bernapas kembang kempis dengan damai. Posisinya masih sama meski sudah lima hari, sampai-sampai Paing harus menata ulangnya menjadi fowlers. (*)
(*) Fowlers adalah posisi kepala + punggung pasien lebih tinggi daripada kaki. Biasanya ditumpuk 4 bantal agar otot tidak kaku. Jadi nanti tidak pegal saat sudah bangun.
"Hei, kucingku. Selamat tahun baru 2016," kata Paing. Lalu mengecup punggung tangan Apo. Dia capek hingga butuh ketenangan. Dan itu bisa didapat dengan menghabiskan waktu bersama sang mate. "Sebenarnya situasi kita kurang bagus akhir-akhir ini. Dan Phi tidak bisa menjanjikan apapun padamu," lanjutnya. "... tapi misal ada hal yang bisa kulakukan untukmu, nanti pasti akan kucoba satu per satu."
Seolah-olah merespon perkataan Paing, jemari Apo pun bergerak sekali. "...."
DEG
"Apo?" kaget Paing. Jujur Apo adalah Omega pertama yang dia knotting, maka Alpha itu pun tak tahu kalau mereka bisa mendengar saat diajak bicara. Kupikir hanya akan seperti tidur, tapi--hm ... jadi sebenarnya lebih mirip dengan kondisinya orang koma? "Oh ...." desahnya sedikit kagum.
...
....
Akhirnya, Paing pun menghabiskan sejam lebih untuk bercerita tentang hal-hal yang ingin dia katakan. Mulai dari asal-usul kekacauan beberapa projek kantor, kecurigaan ke Nadech yang sering melobi klien-kliennya, hingga Paing sadar perkataan Luhiang dulu tak boleh lagi dia abaikan.
"Kemarin yang disebut Tuan Romsaithong itu kan si Nadech Kugumiya."
"Betul. Terus?"
"Mungkin aku hanya salah kira, tapi ya ... dia seperti meniru jalanmu baru-baru ini."
"Apa?"
"Soalnya, kapan hari kudengar Nadech membuka saham di CNX lho. Walau baru versi-versi rendah. Dia cuma punya 20% di sana."
"Ho, terus?"
"Ya, aneh saja, kan. Selama ini keluarga Suppasit cuma berani di manufaktur. Kau tahu? Makanya mereka jadi pesaing Romsaithong dan Wattanagitiphat. Tapi, aku baru sadar dia meniru setelah yang kau bilang tadi pagi."
Paing juga tertawa-tawa karena tak menyangka akan terlibat begitu jauh. Apalagi sampai menunjukkan resah kepada orang selain dirinya sendiri. "Ha ha ha ha ha, Apo ...." desahnya. Padahal Yuzu tidak pernah mendengar perasaannya, meski menangisi berkali-kali. Tapi seorang Apo yang menutup mata sudah cukup untuk Paing sampai ke titik ini.
"Terus terus terus terus ... ketika Mew sudah koma dan kena kasus, tara! Surprise! Nadech datang di kursinya seperti hadiah natal. Dan sekarang perusahaan mereka langsung ke langit dengan cepatnya."
DEG
"Kau benar, tapi belum ada bukti untuk semua perkataanmu."
"Ya, tinggal diskusikan lagi dengan Omega kesayanganmu. Toh sekarang kalian bekerja sama. Mudah saja kan kalau ingin menjangkau?"
Ya, saat itu Paing memang menolak karena Apo belum melangkah padanya sejauh ini. Namun, apa mau dikata jika sudah terlanjur terjadi? Paing hanya harus bertahan seperti kata Luhiang. Tunggu dan hadapi. Lalu naikkan Wattanagitiphat perlahan-lahan.
Namun, selama masa-masa itu terjadi, Paing memang harus menghabiskan waktu lebih untuk meninggalkan sang mate di rumah. Berjuang mati-matian di luar sana. Dan mungkin akan terkena hantaman dari segala arah.
"HA HA HA HA HA HA HA HA!!"
.... tawa Paing pun semakin keras, nyaris gila. Sampai-sampai Apo yang terbaring ikut meneteskan air mata. Tes ... tes ... tes ... tes ....
Phi ....
"HA HA HA HA HA HA HA HA HA!"
Omega itu seperti tahu bahwa sang suami menghukum Paing dengan cara yang sama. Menekannya. Menggamparnya. Dan biarkan Alpha ini paham bagaimana posisinya dulu saat di sisi Apo Nattawin.
"HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA!!"
Membuat gerakan Apo semakin reaktif balas menggenggam, walau tubuh lemahnya belum bisa bangun untuk memeluk lelaki ini.
Phiii, please ... aku masih di sini ....
Hal yang membuat jantung Bible jungkir balik saat akan mengecek Apo Nattawin. Lalu menghajar Paing dengan tinjunya sebelum kesulitan berhenti tertawa karena kehilangan akal sehat.
"HEI, BRO! SADARLAH ...!! DASAR KAU KEPARAT GILA!"
JDUGH!! BUAGHHHHHHH!!
PRANGGGGGG!!!
"KHHHHH!!! HISSSHHHH!! RRGHH!"
"GRRRRHHH!! HRRRGHH!! GRAHH!"
BRAKHHHHH!!!!!!
Sambil mendesis, keduanya pun berguling-guling di lantai kamar hingga menabrak lemari. Saling mencekik. Dan itu membuat cluster B mendobrak kamar demi memisahkan Paing yang nyaris menggampar Bible dengan tangan berototnya.
"HRRGGGHHHHHH!! HRRRGHHH!"
"TUAN TAKHON! TUAN TAKHON! TUAN TAKHON! TUAN TAKHON!"
Butuh empat anggota untuk merangkul Paing ke belakang agar sang Alpha dominan mundur. Bible sendiri diamankan satu dengan blokade bagian punggung. Lalu yang terakhir menodong Paing dengan senjata demi mengancam sonar tenangnya.
KACRAK!!
DEG
"BERHENTI ATAU KUTEMBAK SEKARANG JUGA!"