S2-78 A HONORABLE MARRIAGE

"A honorable marriage ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Yuzu pun mengepalkan tangan. Namun, segalak apapun dirinya, Omega itu bukannya tak beretika. Yuzu tahu kapan harus diam agar situasi kamar tenang. Dia hanya tak percaya sang kakak terbaring, padahal tidak pernah sampai begitu selama ini. "Aku tahu Phi-ku tidak baik-baik saja. Aku selalu tahu," katanya. Lalu melihat Paing dari dekat. "Mau ditutup-tutupi seperti apa, atau trending-nya cuma di Thailand--aku ini tak sebodoh itu, Tuan Natta."

Kelopak mata Apo turun perlahan. "Maaf, aku sendiri pun baru tahu," katanya, yang langsung membuat Yuzu melotot.

DEG

"What? Seriously?" tanya Yuzu, saat menyadari aroma Apo sudah beda. Tapi sama persis dengan kakaknya. Hal yang membuat otaknya macet sesaat. Barulah mengira-ngira apa yang sudah terjadi. "Jangan bilang kau juga mengandung baby-nya? Please ... aku--"

"Aku akan melahirkannya dengan baik, aku janji," sela Apo. "Dan aku tidak apa-apa kalau merawatnya sendirian."

Yuzu pun sampai terdiam. "...."

".... maksudku, jika ada situasi di luar kendali, Yuzu. Aku pun tak mau kehilangan siapa pun."

Mata Yuzu kini terpaku kepada Paing. Omega itu membayangkan seseorang ingin menyembelih sang kakak. Jika tidak, maka perbannya takkan sebanyak itu. "Kapan kalian akan bercerai?" tanyanya. "Kau dan suamimu itu."

DEG

"Apa?"

"Tuan Natta, aku ini sedang bertanya padamu," tegas Yuzu, yang masih mencoba sabar.

"Ah ... segera. Kemarin lusa aku bicara lagi padanya," kata Apo.

"Oh, ya?" tanya Yuzu memojokkan. "Terus apa katanya? Dan kapan tanggal pasti dilakukannya? Jangan bilang harus kuajari karena kalian sudah dewasa!"

Apo pun memeluk Edsel yang merengek karena dipukul saudaranya. Ah, Kaylee. Dia memang bar-bar kalau sudah main, bahkan baby itu ganti mengganggu Blau Er usai Ed dijauhkan. "Heh, jangan ... Sayang ...." katanya. Lalu mengalihkan fokus Kaylee ke mainan. "Ini, buatmu."

KRINCING! KRINCING!

KRINCING! KRINCING!

Kaylee pun tertawa dan mulai bersenang-senang. Sementara Apo mengusap liur bibirnya dengan sapu tangan. Astaga .... di situ Yuzu baru menyadari betapa ributnya menjadi Apo. Dan Apo mungkin kesulitan meng-handle diri sendiri. Lelaki itu seolah ingin dimengerti tanpa kata. Jadi Yuzu pun terdiam lagi.

"Mn, setidaknya aku tahu suamiku mungkin memberikan kesempatan," kata Apo. "Itu pun butuh waktu hingga kami bisa bicara. Jadi, maaf. Sementara ini aku cuma berharap Phi semakin membaik."

Yuzu pun menghela napas panjang. Dia duduk di sebelah Paing untuk mengecek suhu lehernya. Sangat panas, dan suara napasnya terdengar berat.

"Hhh ... hhh ... hhh ...."

Alpha itu mungkin menahannya selama dinas. Memforsir diri, lalu mengumpulkan banyak tugas dalam satu hari. Bagaimana pun Paing sempat operasi ulang di Swiss sana, jadi dia mustahil langsung bekerja. Pastinya berhenti seminggu untuk pemulihan. Tapi langsung tancap setelah keluar dari RS. Pantas saja Yuzu dengar pulangnya molor. Ck. Awas saja, kau Wen. Aku belum memaafkanmu karena tidak bilang-bilang aku, batin Yuzu kepada Alpha-nya.

"Yang kudengar Phi baik-baik saja kan ketika pulang?" gumam Yuzu. Lalu membaringkan kepalanya di sisi Paing. "Terus kenapa sekarang begini?" Omega itu memeluk perut sang kakak ringan, walau tak menyangka akan dijawabi.

"Kalian menggosipkan tentang diriku, hhh ...." kata Paing tiba-tiba. Mata Alpha itu masih tertutup, tapi  ternyata dia bisa mendengarkan semuanya.

DEG

".... eh? Phiiii?" kata Yuzu yang refleks duduk kembali. Dia berkaca-kaca, tapi tidak menangis. Kemudian tersenyum lebar sekali. "Phii sadar? Ha ha ha ha ha. Aku pulaaaaaaang--umnnn ...." gumamnya saat Paing meraih rambut. Dia tetaplah adik, meskipun sudah menikah. Dan wajahnya merah akan belaian sayang tersebut.

"Dasar nakal. Kenapa sampai kemari ...." kata Paing, meski kesulitan membuka mata. Dia mirip orang yang lumpuh daripada mengantuk. Hingga Yuzu mendekap tangannya dalam genggaman.

"Aku kan mau membantu Ultramanku berperang--ugh ...." keluh Yuzu karena kini hidungnya ditarik. "Jangan remehkan aku, ya ... PHI BRENGSEK !Begini-begini juga aku sudah S2, tapi Phi selalu menganggapku kucing kecil ...."

"Hhhh ...." tawa Paing. Mata merahnya mulai tampak saat bisa berkedip. Tapi alih-alih Yuzu, yang dilirik justru Apo yang diam di sebelah kiri. Omega itu hanya terus menatapnya. Sebab memendam rindu yang sama besar, tapi mereka tidak bisa sembarangan berpeluk sekarang.

"Kau pingsan dua hari, Phi," kata Apo. "Ah ... lebih tepatnya karena dibius? Oma bilang kau wajib istirahat setidaknya seminggu penuh."

"Oh ...." desah Paing sebelum menoleh kepada Yuzu. "Hhhhh, terus kucing kecil benar-benar akan melompat ke kantor? Hhhhh ...." katanya dengan nada menggoda.

Yuzu pun mengomelinya panjang lebar. Dia tidak mau dianggap lemah terus-menerus. Lalu berteriak sesuka hati. "AKU KAN SUDAH 25 TAHUN, PLIS LAH!" katanya. "SO, JANGAN KAIT-KAITKAN TINGKAHKU DENGAN KINERJA OKE? KUPUKUL YA!"

"Hhhhh ....."

Ya, walaupun dua almamater sang Omega didapat dari dalam negeri. Jelas Yuzu belum bisa dibandingkan dengan Paing. Apalagi kakinya baru menginjak Harvard beberapa bulan. Tapi, untuk situasi darurat, kenapa tidak? Yuzu akan mendampingi Sanee secara langsung. Ikut berkeliaran. Sementara Thanawat yang terlalu tua tetap memantau di rumah.

"Mama ada bilang begitu?" tanya Paing.

"TIDAK ADA! TAPI PASTI AKAN KUBUAT ADA!" kata Yuzu berapi-api. "POKOKNYA MAMA ATAU SIAPA PUN TIDAK BOLEH ADA YANG SAKIT SELAMA AKU BERNAPAS! ENAK SAJA!"

Paing pun terhibur seharian itu. Sebab dia memahami Yuzu seperti sang adik memahaminya. Padahal Yuzu bilang cita-citanya menjadi dosen--astaga .... tapi Omega itu mampu mengotorisasi rumah. Dia samasekali tak terbantahkan. Bahkan Sanee tidak berani memarahinya lagi. Wanita itu setuju dengan sang puteri angkat. Lalu terjun kembali ke kantor pada keesokan hari.

Dia diawasi Yuzu selama 24 jam. Bahkan di tempat rapat sekali pun. Mulai dari informasi  perusahaan, berita trending, kesehatan sang Ibu dan lain-lain ... Tidak ada yang boleh luput dari matanya lagi.

"Kudengar hari ini akan ada tamu seumuranku di rumah? Siapa?" tanya Yuzu saat menemani makan siang Sanee. Omega itu tampak sangat penasaran. Sebab kabarnya orang itu akan menginap juga.

"Oh, itu ... namanya Jeffsatur, kalau tidak salah," kata Sanee. "Dia informan didikannya Tuan Natta, Sayang. Masih S2 dan belum lulus."

Sambil membayangkan, Yuzu pun memainkan sumpitnya. "Ho, aku jadi penasaran orangnya."

Sanee refleks tersenyum tipis. "Tampan kok. Alpha mandiri walau merantaunya begitu jauh," katanya. "Dia membayar kuliah dari gajian suspek, dan Tuan Natta sudah menganggapnya adik sendiri."

Yuzu mengangguk saja setelah itu. "Oke, bagus," katanya. "Aku jadi tidak sabar untuk melihatnya."

Siang itu, Apo pun ke kamar usai menidurikan baby-baby-nya. Dia meninggalkan berkas kantor sejenak. Mengecek Paing. Lalu menyuruh pelayan yang membawa nampan langsung keluar. "Biar aku saja yang menyuapi. Kau kembalilah bekerja," katanya.

"Baik, Tuan."

Namun, Paing justru mengambil piringnya sendiri. "Ha ha, seperti bayi saja sampai disuapi." Dia bilang. "Aku ini masih bisa menyumpit sendiri." Apo lihat, alat bantu napasnya sudah dilepas. Dan sekarang Alpha itu juga duduk tegak. Dia tampak pucat dan caranya mengunyah pelan. Tapi bukan Apo jika membiarkannya begitu saja.

"Iya, tahu. Tapi Phi sekarang baby-ku juga," katanya sambil merebut. Apo pun menyeringai kala Paing terkesiap. Lalu menyodorkan salmon di hadapannya. "Aaa. Dan Phi harus banyak manja padaku kalau mau cepat sembuh."

Paing pun tersenyum tipis dan geleng-geleng. "Ada-ada ... memang apa hubungannya," katanya. Tapi membuka mulut juga.

"Banyak lah," kekeh Apo. "Kan makannya sambil dihujani lope-lope seisi bumi. Ha ha ha ha ...."

Paing pun mendengus tanpa tidak bisa mengalihkan pandangannya. Dia membuat Apo sedikit bingung. Lalu mengerutkan keningnya.

"Apa, Phi. Kau jangan membuatku penasaran ...." kata Apo.

"Tidak, hanya kepikiran omonganmu dengan Yuzu waktu itu," kata Paing. "Apa kau sungguhan bicara lagi dengan Mile Phakpum? Kau bilang dia seperti memberi harapan."

DEG

"Eh?"

Phi apa mendengar sedetail itu?

"Maksudku soal perceraian kalian," kata Paing. "Karena dalam bayanganku, dia pasti menyakitimu untuk kedua kali. Atau paling tidak kalian cekcok lagi seperti dulu."

Apo pun berpikir sejenak. Dia mencoba menelaah apa sebenarnya maksud Paing. Dan kemana arah obrolan mereka berdua. "Ah, iya. Aku sebenarnya juga sedikit kaget," katanya. "Soalnya dia mengundangku pulang ke rumah. Tapi samasekali tidak menyentuh ...." Apo pun segera memperbaiki kata-katanya. "M-Maksudku, apa ya ... kupikir dia akan segila dulu? Padahal sejak masuk, aku sudah waspada memukulnya kapan pun itu.

Paing pun terdiam sejenak. Dia membayangkan Mile tidak bisa mencium aroma Apo yang dulu. Mengenakan kalung safirnya. Dan mereka hanya mengobrol berdua. Lantas kenapa Mile hanya begitu?

"Apa kau benar-benar takkan memberikan kesempatan padanya?" tanya Paing.

DEG

"Hah? Maksud Phi?"

"Maksudku, siapa tahu dia sebenarnya serius ingin berubah," kata Paing. "Tapi ada aku di sini. Bersamamu. Dan dia merasa tidak punya pilihan."

Apo pun terbisu begitu lama. Dia mencoba menyelami mata sang mate,

ingin tahu kenapa Paing berani mengatakannya, dan apakah dia tidak takut untuk kehilangan ....

"Phi ...."

Paing mendadak tersenyum tipis. "I (trully) honor your relationships, Apo. Sangat," katanya. "Jadi, mungkin ... Mile menikahi Nazha karena memikirkan tanggung jawab anaknya. Dan sebenarnya ingin jadi ayah baik dalam keluarga juga."

"...."

"Bagaimana pun bocah itu darah dagingnya, mau hadirnya kecelakaan atau pun tidak. Jadi ... apa kau tidak pernah berpikiran sampai ke sana?" tanya Paing. "Phi hanya ingin memastikan kita benar-benar tidak salah dalam menempatkan diri."