S2-95 A SCREWED HEART

"A chain of life ...."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Begitu Apo pulang, Jeff pun beres-beres sebentar. Dia membawa sisa biskuit ke dapur. Lalu membuat roti isi daging. Namun, Alpha itu tidak memakannya sendiri. Dia membawanya ke bawah tanah. Tempat biasanya dia meng-hack sistem orang lain. Di sebelah kiri ada sebuah ruangan. Dan di sanalah Amaara berada. Gadis itu diborogol menggunakan rantai-rantai. Dia dilumpuhkan menggunakan obat medis sementara. Dipantau Nodt, tapi dokter itu keluar setelah Jeff masuk.

"Ini makan malam untukmu," kata Jeff.

Amaara yang duduk berselonjor pun melirik sekilas. "Kau pikir aku bisa makan sekarang?" katanya. Karena efek obat itu reda beberapa jam lagi.

Jeff mendengus, lalu duduk di sebelahnya. "Memang kau mau kalau kusuapi?"

Cuh!

Mungkin, beberapa minggu lalu Amaara memang meludah. Tapi karena digampar bodyguard beberapa kali, Omega itu jadi lebih patuh. "Terserah," jawabnya. "Aku hanya tidak ingin kelaparan."

Mau tak mau, Jeff pun melakoni pekerjaannya sebisa mungkin. Dia memotong-motong roti tersebut. Menyumpitnya. Lalu menyuapkannya untuk Amaara. "Aa," katanya, seolah akting menjadi pasangan. Namun, Jeff berpikir hal ini biasa bagi Amaara. Bagaimana pun penjara jadi makanan. Tak heran dia begitu tenang.

"Hmm ...."

Mungkin lelah melawan. Amaara sudah kehilangan semangat hidup. Apalagi darahnya diambil beberapa kali untuk penelitian. "Ha ha ha, memang gosong sedikit pojoknya," tawa Jeff. "Pahit tidak? Aku capek nge-game jadi malas-malasan membuatnya."

Amaara ternyata tidak protes. Dia melirik Jeff sebentar. Terus mengunyah, dan tatapan matanya meredup. "...."

"Ngomong-ngomong, saat Tuan Natta kemari ... dia bertanya apa padamu?" tanya Jeff.

"Bukan urusanmu, Bocah."

DEG

Seketika, Jeff pun menahan kesal. Bagaimana pun Omega ini tidak bisa ditaklukkan, tapi bisa menguarkan feromon seks untuk membakarnya. Oh, fuck! Apalagi umur Amaara juga lebih tua. Dia sepantar Mew, tapi tampak imut karena berdarah Korea. "...."

"Memang kenapa kau penasaran?" tanya Amaara. "Toh aku sudah kesulitan membunuhnya. Ha ha," tawanya getir. Seolah melihat Apo adalah siksaan. Bahkan melebihi sakitnya disekap di tempat ini.

"Ya, jelas itu jadi urusanku," kata Jeff. "Karena Tuan adalah bos kesayangan. Seorang kakak, teman, dan Omega paling menakjubkan yang pernah kulihat."

Kini tawa Amaara disertai dengusan. Dia jengkel mendengar pujian ke Apo. Tapi anehnya tidak berontak. "Ha ha ha ha ha, gila," katanya. "Benar-benar menakjubkan, ya. Aku bingung kenapa banyak yang menyukainya. Cih ...."

Jeff pun mengais kesabaran yang mulai tercecer. "Menurutku justru kau yang lebih membingungkan," katanya. "Memang sudah berapa tahun dibuang. Ke Oslo pula. Kenapa masih berharap pada Alpha-mu? Dia bahkan separuh mayat--"

DEG

"TUTUP MULUTMU, JEFFSATUR!" bentak Amaara mendadak.

"...."

".... jangan sampai aku ingin membunuhmu juga. Karena Mew tetaplah milikku. Kekasihku. Dan kau tak berhak berkata jelek padanya." Bola mata itu langsung berkilat-kilat. Sangat garang. Bahkan bisa diibaratkan kucing Caracal.

Jeff sampai heran kenapa Amaara seheboh itu. Bahkan mungkin menurutnya tak ada yang lebih menarik dari Mew Suppasit. "Apa karena mereka cinta pertama?" pikirnya. Bagaimana pun masa kecil mengunci kenangan, dan kemungkinan sangat berkesan. "Oke, oke. Take it ease, darn. Aku bukannya ingin berkelahi denganmu ...." katanya mencoba tenang.

"Ck, brengsek," maki Amaara. "Sudah bagus aku diam. Masih saja kau pancing-pancing. Hahhh ...." desahnya.

Jeff pun geleng-geleng kepala. "Tidak, tidak. Jujur aku malah penasaran kenapa kau tenang," katanya. "Dan jika kau belum tahu, Tuan Natta sekarang punya baby di perutnya."

DEG

"Apa?"

"Bukankah kau bilang takkan menyakiti baby? Kau bisa membunuh banyak nyawa kalau ingin melukainya ...."

Amaara pun tertegun mendengar omongan Jeff. Rupa-rupanya informasi memang berbahaya, tapi dia tak mau kalah berdebat. "Setidaknya Natta sekarang paham posisiku," katanya mendengus. ".... bagaimana, enak kan? Sedang butuh tapi Alpha-nya sekarat. Mew-ku juga begitu, Jeff. Gara-gara dia, aku keluar Oslo malah begini. So--ha ha ha ... kenapa tidak anggap impas saja?"

Jeff jadi ingin sekali mengamuk. ".... impas, hah? Kau itu tidak punya anak sepertinya," katanya. "Dan bagaimana kalau para baby tidak punya ayah? Terakhir yang kutahu mereka sudah merangkak--astaga ... dan bukankah Tuan bilang ingin membantumu juga? Maksudku soal kesembuhan Mew Suppasit. Lagipula Tuan Takhon punya banyak channel medis. Alpha-mu pasti bisa ikutan diurus."

Namun, ketika Jeff emosi semakin senang juga lah Amaara. "Hmph, membantu kau bilang? Mengurus diri saja masih bingung. Kenapa peduli pada kekasihku--"

"CIH! YA SUDAH KUDOAKAN MEW MATI SAJA SEKALIAN!" bentak Jeff.

"Apa?"

"SUSAHNYAAA DIAJAK SALING MENGUNTUNGKAN! HERAN AKU!"

"...."

"TERUS MAUMU APA KALAU TUAN SUDAH HANCUR? NADECH SAJA TAK PERNAH DATANG MENJEMPUT!

"Hei--"

"SADARLAH DIA PUN TAK PEDULI PADAMU, KIM AE RI!"

DEG

Tatapan Amaara pun menggelap karena Jeff menyebut nama aslinya. Bagaimana pun "Kim Ae Ri" dan "Kim Ah Yeon. " itu bawaan panti asuhan. Maka jangan heran jika dia benci mengingat memori lama. Aku bener-bener membenci seorang hacker, Batinnya. "Tidak. Aku yakin Nadech akan melakukan sesuatu," katanya in-denial. Padahal ini sudah lama sejak hari penangkapan.

"Oh, ya? Memang seberapa besar keyakinanmu itu?" tanya Jeff. "Mau sampai kau membusuk? Ha ha ha, oke ...! Masih baik aku mengurusmu di sini!"

"Cih ... ya harus," bantah Amaara tanpa takut. Bagaimana pun dia kebal dominasi, maka Jeff pun biasa saja di depan matanya. "Kalau tidak kan kau menjadi pembunuh. Ha ha ha ha ha," tawanya walau kedengaran getir. "Jadi, selamat datang di masa depan yang gelap--"

SAAAKKKKHHH!!

KRANCANG! KRANCANG!

"Tutup mulutmu," kata Jeff sembari menjambak baju depan Amaara. Dia sebenarnya benci kasar dengan Omega--apalagi wanita--tapi maaf-maaf saja. Amaara ini tipe agak lain, dan memang seharusnya dikasar. Dia membuat wajah mereka mendekat, dan suara gemerincing rantai menghiasi ruangan. "Jangan sombong meski masih diberi ampunan. Tapi ingat-ingat saja omonganku ...."

"...."

"Ini yang terakhir aku memberimu makanan. Tetaplah hidup. Dan berilah jawaban yang kuinginkan 3 hari kemudian."

BRAKKKHHH!!!!

"ARRRGHHHHHHH!!!" teriak Amaara ketika dihempas. Punggungnya pun menabrak dinding. Sementara Jeff melempar botol air ke pangkuannya.

"Dasar tidak tahu diuntung ...." dengus Jeff. Lalu membanting pintu begitu saja.

BRAAAAKKKHHH!!

***

15 Tahun Lalu ....

Bearisset Senior High School, Bangkok, Thailand.

"HA HA HA HA HA HA HA! AYO TEMAN-TEMAN KITA TINGGALKAN DIA!" teriak Zeta setelah mem-bully Amaara habis-habisan.

PRAKHHHH!

Zeta melempar telur terakhir ke muka Amaara, tersenyum sinis, padahal bagian itu sudah babak belur sekali. Gerombolan mereka berlalu dengan gaya centil. Tak berdosa. Bahkan memelototi Mew yang baru datang di depan toilet.

"AE RI! KIM AE RI!" teriak Mew yang memakai seragam sepak bola. Dia tersengal-sengal karena baru tahu. Namun, Amaara sudah terisak di atas dudukan kloset. "Hahh ... hahh ... hahh ... AE RI!"

Zeta malah mencibirnya. "Cih ... pahlawan kesiangan ternyata baru datang, huh?" katanya sambil menyilangkan lengan. "Benar-benar sok pangeran ...." Dia mengangkat dagu seperti ratu. Sebab memang dia ketua gerombolan itu.

BRAKHHHH!!

"ZETA!"

PAKHHHH!

"EHHHH! Mau apa kau dengan Omega-ku, hah?!" bentak kekasih Zeta pada waktu itu. Namanya Gia. Seorang Alpha wanita. Dia menampik tangan Mew Suppasit. Meremasnya. Lalu mendorongnya ke belakang. "DASAR TIDAK TAHU DIRI!"

PLARRRR!! PLARRRR!! PLARRRR!!

"ARRRGHHHHHHH!" jerit Mew, yang waktu itu belum sekekar sekarang. Badannya cukup pendek karena telat berkembang. Dan tinjuannya tidak menjangkau udara.

BUAGHH!! BUAGHHH! BUAGHH!

"HA HA HA HA HA! Salah! Lebih tepatnya pahlawan pecuuundaang~"

"ARRGHH! SHIT! BRENGSEK--!!"

JDUAGH! PLARRRR!! PLARRRR!!

Niatnya ingin menolong, Mew malah jadi bulan-bulanan juga di dalam sana. Dia dihempas pasukan Zeta. Dipukul, ditinju, digampar, dan berkelahi dengan Alpha-nya. Namun, tak cukup seperti  itu. Di belakang sana ada juga tim hore yang mengompori.

"Oh, iya ya ... benar juga. Padahal katanya Mew Alpha, tapi ternyata lemah sekali. HAH! HARUSNYA DIPAKAIKAN ROK SAJA DIA! AYOOOOOO! HA HA HA HA HA!" tawa salah satunya.

"Ei ... ei ... ei ... ide bagus juga itu! Besok kita bawa rok lah untuk si Suppasit!" seru kawannya setuju. "Warna pink, ya! Pfffft ... mungkin cocok sekali buatnya. BUA HA HA HA HA HA HA HA HA!"

BRAAKKKKKKKKHHH!

KRATAAKKKH!

"AAAAARRRRGGHHHHHH!" teriak Mew saat tangannya dipelintir keras. Alpha itu pun ditendang Gia. Tersungkur parah. Bahkan wajahnya menabrak tong sampah. Tes ... tes ... tes ... tes ... tes ... "Ahh ...." desahnya saat ada darah mengalir di hidung. Mew pun merangkak duduk meski pening. Lalu menatap gerombolan di depan matanya benci.

Mereka yang wanita semua, tapi 70% adalah Alpha. Sebanyak 12 personel itu berjejer seperti benteng. Semua kaya nan tinggi rasa, dan pastinya circle itu bukan level Mew Suppasit. Ada yang anaknya pemilik sekolah, ada yang anaknya tentara, anaknya arsitek, anaknya model, dan lain sebagainya. Namun, jelas Zeta tetaplah yang paling tinggi. Dia pewaris perusahaan nomor 1 di Thailand pada waktu itu. Bahkan orang dewasa pun jarang berani menentang sembarangan. Karena itulah, Zeta pun maju terdepan. Lenggak-lenggok seperti angsa. Lalu membuat pose grup gila-nya. "Girls, kalau begitu ayo lakukan!" jeritnya . "One, two, three~ KETAAAWAAAA!!!"

"HA HA HA HA HA HA HA HA HA!"

"HA HA HA HA HA HA HA HA HA!"

"HA HA HA HA HA HA HA HA HA!"

Akhirnya, mereka pun keluar usai puas mem-bully. Siswa lain yang ingin pipis bahkan batal masuk. Langsung melipir. Lebih baik tidak senggol bacok dengan grup tersebut. "A-Ah ... maaf ...."

Mew sendiri menghampiri sang kekasih setelahnya. Dia melangkah terseret ke toilet. Tidak lupa mengambil tas-nya yang sudah diodel-odel. Alpha itu masih tersenyum karena hanya buku lah yang basah. Softdrink kaleng yang dibeli masih aman. Begitu juga dengan seragam sekolah. Dia mengambil bagian kemeja untuk ditangkupkan pada Amaara. Sebab badan atas Omega itu separuh telanjang.

"Hiks ... hiks ... hiks ... hiks ...." isak Amaara. Suaranya baru tercekat setelah Mew mendekat. Apalagi Alpha itu berlutut untuk memberikan minumannya.

"Sorry, aku telat," kata Mew. Lalu menatap LJK ujian Amaara yang bertebaran di lantai. Di situ nilai Amaara rata-rata tinggi. Bahkan yang 85 saja hanya satu. Sudah jelas Zeta marah karena dia kalah ranking. Amaara memang sangat menakjubkan, walau secara adopt tak seberuntung saudarinya. Dia mendapatkan orangtua keras. Workaholic. Juga haus oleh kemenangan di universitas nanti. "Ini,  favoritmu. Aku tadi mau berikan, tapi dipanggil Pak Kepsek dulu. Hmm, kau tahu kan ... pertandingan antar sekolahnya sudah dekat."

BRUGHH!!

"Mew ...." rajuk Amaara sambil memeluk. "Thank you ...." katanya lega. Sebab Mew langsung membalasnya erat. Lalu mengelus rambutnya yang penuh telur. ".... I'm fine as long as you're here ...." katanya. Yang langsung membuat Mew mengesun pipinya. (*)

(*) Bahasa Inggris: "Aku baik-baik saja selama kau di sini ...."

"Iya, hmm ...." kata Mew. Kemudian mengajak Amaara pulang. Dia membawakan tas dan barang sang Omega. Menggandengnya. Bahkan meski penampilan keduanya dilihati penumpang dalam bus. Ah, sial .... Mew sendiri juga sedang susah. Sebab  perusahaan orangtuanya kini sangat krisis. Tidak heran jika Zeta berani sekali menginjaknya di bawah kaki.

CKLEK!

"SUPRISE, BRO! HAPPY BIRTHDAY!"

DEG

"Nadech?"

"Shit--Mew ....? Kau kenapa--" Nadech dan kelima temannya pun langsung diam. Padahal mereka berlima siap menggerebek dengan botol cola. Tapi mereka teralih saat melihat keduanya kacau. Apalagi Nadech sendiri. Dia pun menggesernya diri agar kue di tangannya aman. Sebab badan sang sepupu tidak kalah kotor dengan Amaara.

"Pokoknya panjang, ceritanya ...." kata Mew. Lalu menoleh ke Ameera dengan mata kosong. "Yang pasti, maaf dulu. Bisa perayaannya ditunda? Hari ini kami mau istirahat."

"...."

"Mumpung Pa Ma masih dinas lama, oke? Kalau dengan kalian bisa kapan saja," kata Mew. Lalu melewati  Nadech begitu saja. "Tapi kalau terlanjur ya tak masalah. Pakai saja ruang tamunya. Yang penting jangan ganggu kami. Aku mau mengobati Ae Ri dulu."

Pakh!

"Oke, oke. Besok saja tak masalah. Atau lusa. Atau kapan pun kau bisa," kata Nadech. Lalu meniup lilinnya sendiri. Dia pun menghentikan bahu sang sepupu. Menepuknya. Lalu tersenyum kepada Amaara. "Ya sudah. Masuk saja. Di belakang ada P3K. Aku dan yang lain akan beres-beres ruangannya."

Amaara pun menunduk dan membalas senyum tersebut. "Terima kasih ...." katanya. Lalu mengekori langkah sang kekasih.

Kelima teman berkuda Mew pun langsung lemas. Kemudian menoleh ke Nadech kecewa. "What's up bro?" tanyanya. "Kita karaoke saja? Mew benar-benar tidak seru ...."

Sejujurnya, Amaara mendengar semua obrolan mereka. Tapi tidak lagi setelah dibawa Mew naik ke lantai dua. Omega itu didudukkan ke sofa. Diobati. Lalu menatap sang Alpha. "Mew, yang tadi itu tidak apa-apa kah?" tanyanya. "Maksudku ... aku saja lupa hari ulang tahunmu. So, happy birthday ...."

Mew justru terkekeh pelan. "No, sudah biasa," katanya. Lalu meletakkan barang-barang terlebih dahulu. "Kau pun akan kuperkenalkan ke mereka lain kali. Terutama Nadech. Dia bisa jadi kakak yang baik untuk kita semua."

"Oh ...."

Mew pun kembali setelah menenteng kotak P3K. "Kenapa, masih kepikiran, ya?" tanyanya.

Amaara pun mengangguk pelan. "Iya lah. Soalnya kan--"

"Tenang saja. Jangan terlalu diambil hati," kata Mew. "Setelah ini akan kutraktir mereka semua. Biar diam, oke?"

".... iya."

Mew kini mengulurkan tangannya. "Now ...  boleh kuperiksa tanganmu dulu?" tanyanya. "Setelah ini baru mandi terus kuobati lukamu yang lain

...."

***

Mengingatnya, Amaara pun

menatap benci botol lemparan Jeffsatur. Dia kesal karena kesulitan melawan. Bahkan tidak bisa  meraihnya meski kehausan. "Nadech pasti akan menjemputku, Jeff. Kau bohong ...." katanya. Sebab itulah fakta, meski dia dibuang orangtua Mew ke Oslo. "Dia akan selalu menjemputku kemana pun aku pergi ...."