S2-115: A HONOROUS CEO

"A honorous CEO."

[ANGELIC DEVIL: The Crown]

Sabtu malam, hampir pukul 12. Entah kenapa Apo tak seperti biasa. Omega itu terbangun tiba-tiba. Merasakan mual yang parah, tapi dia tidak sanggup turun dari ranjang. Kakinya setiap hari jadi kian bengkak. Sehingga bergerak pun sangat-sangat  susah. "Hoeeeek!" keluhnya. Tapi sewaktu menangkup mulut, tidak ada apapun yang keluar dari sana. Sedetik, dua detik. Wajah Apo  berkerut tak nyaman. Dan matanya berair karena tendangan para baby dari dalam perut. "Ah! Sakit ...." rintihnya sambil meremasi seprai. "HOEEEEEEEK---!"

SPLARRRTTTT!!

DEG

"Apo--?!" kaget Paing. Seketika Alpha itu terbangun dari tidur. Namun, raut syok wajahnya kalah dramatis dengan sang mate.

"Aaahhh! P-Phi! A-Anu aku tidak sengaja ...." kata Apo yang langsung menangis. Dia tampaknya malu karena mengotori ranjang. Lalu mengusapi bibir dengan punggung tangan. "Ugh ... sumpah aku tidak tahu ...." lanjutnya sambil menarik selimut agar muntahannya tertutupi. "HOEEEEEEK!"

SPLARRRTTTTTTTT!

Sayang setelah itu dia justru muntah lagi.

"Apo! Apo ... hold on!" seru Paing yang langsung berdebar. Dia mendekat meski wajahnya mengantuk. Lalu menekan leher sang Omega agar muntahnya tuntas. "Tidak apa-apa, Sayang. Ayo keluarkan semua. Apa rasanya mual? Sakit, ya? Dimana?" tanyanya dengan mata separuh tertutup.

"Ummn, Phiiii--! Hiks ... hiks ... hiks ...." keluh Apo sembari menggeleng. Dia pun merasa bersalah. Sayang tak berpengaruh  pada kondisinya. Mual Apo semakin berlanjut dan ngilu-nya bergulung pada usus hingga memuntahi Paing. "AHHH! Wait--jangan--HOEEEEKKK!"

SPLARRRTTTTTTTTTTTTT!

Oke, yang ketiga memang paling parah. Muntahan itu sampai memasuki kerah Paing. Meluber ke dadanya. Dan aroma tak enak langsung menyeruak ke udara.

"Ahhh! No--aku kenapa begini, Phi. Hiks ... hiks ... hiks ...." racau Apo karena mulai fase bedrest. Dia kira akan kuat hamil yang kedua, tapi ternyata sulit untuk tetap sehat hingga hari kelahiran--oh, sial! Tuhan ... kini Paing melihat kondisi kacaunya lagi. Sangat memalukan, tapi Alpha itu malah mengusapi bibirnya.

"Tenang dulu, Apo. Tenang sedikit ... Ini adalah gejala normal," kata Paing. Langsung menarik tisu dari nakas. "Kemari, sini ... it's okay. Kau tak perlu merasa bersedih ....."

Tangisan Apo justru semakin menjadi-jadi. "Tapi, hiks ... aku--mn, malah mengganggu tidur Phi ...." rajuknya seperti bocah. Padahal Paing tidak mempermasalahkan. Karena mayat yang pernah dia bedah baunya lebih busuk daripada ini. "Hiks, hiks ... huaaaaaaa!" jeritnya dengan telinga memerah. Entah sadar atau tidak dengan apa yang dia lakukan, yang pasti Apo bertahan selama bibir dan jarinya dilapi.

BRAKKHHHH!

"PHIIIIII--! AKU TAKUUUUT ....!" jerit Apo yang sudah digendong Paing. Dia pun mengeratkan pelukan ke leher sang Alpha. Mengejan kaku. Sebab  Paing berjalan agak terburu.

"Bleib ruhig, Apo! Jangan jatuh!" titah Paing sambil mendekati kamar mandi. Dia pun menyikut pintunya emosi. Lalu memasukkan sang Omega dalam bath-up untuk mandi dadakan.

SPLAASSSHHHHHHHH!!

Air hangat pun mengucur dari selang shower. Namun, Paing mendahulukan Apo agar cepat bersih. Barulah dia lepas-lepas untuk ikut masuk.

"Hiks ... aku benar-benar meminta maaf ...." kata Apo dengan mata yang sembab. Dia juga muntah dua kali lagi. Tapi ke lantai, barulah perasaannya jadi lebih segar.

"Hmm, hmm. Jangan pikirkan terus terusan," kata Paing sebelum pamit. Alpha itu membenahi ranjang dengan seprai baru. Barulah  mengangkatnya dari kubangan air bersabun. "Come here, Apo. Benutze meine schulter, um es dir bequemer zu machen," imbuhnya setelah rebah kembali. Dia menepuki bahu agar sang Omega mau bersandar. Sebab scenting Paing paling menyeruak ketika dihirup di sana. (*)

(*) Bahasa Jerman: "Gunakan bahuku agar membuatmu nyaman."

"Ummn ...." kata Apo sambil menarik selimut. Dia pun tenang setelah menurut, walau harus menata perutnya dulu sebelum bisa memeluk.

Well, Paing tidak tahu seperti apa kehamilan Apo sebelumnya. Tapi  Omega itu pernah bilang kalau hanya didampingi dokter. Sayang, dulu Mile sering tak hadir untuknya. Jadilah ketenangan scenting tidak bisa Apo diterima. "Coba kulihat jarimu," katanya. "Sepertinya ada yang tak beres ...." Suaranya sepelan bisikan.

"Hnngh?" gumam Apo nyaris tersadar. Namun, Paing menyuruh dia tidur saja. Barulah melakukan akupresur pada telapak tangannya. (*)

(*) Akupresur merupakan penekanan pada titik tertentu. Mirip pijatan, tapi khusus di bagian tangan atau kaki saja. Untuk kehamilan biasanya meredakan mual.

Dia menekan sela jari-jari Apo. Ujungnya, atau bagian mana pun yang dirasa perlu sambil memantau mimik sang Omega yang meringis ngilu. Agak risih, memang. Tapi saat ditanya "Apa mendingan?" Apo pun mengangguk tanpa membuka matanya.

"Iya, Phi."

Ritual itu dilakukan Paing 20 menitan sampai Apo kembali lelap. Namun, meski jam dinding  menunjukkan pukul 3 pagi,  diam-diam Paing menyingkap piama Apo untuk meraba perutnya.

Entahlah. Paing hanya senang merasakan gerakan dari dalam sana, tendangan babies, atau pergulatan mereka yang berebut tempat. Paing lihat kulit perut Apo kadang timbul dan tenggelam. Lalu membayangkan rasanya menggendong mereka. "Kau hebat, Apo. Sangat hebat, yang terhebat ...." batin Paing sambil tersenyum. Dia susah tidur karena menemani para baby aktif. Lalu membelai-belai perut besar Apo pelan. "Hei, Daddy juga ingin bertemu kalian. Sabar dulu ...." katanya. "Jangan rewel nanti Papa malah kesusahan."

Luar biasanya gerakan quadruplets justru mereda perlahan. Mereka tidak bergeliat lagi. Benar-benar diam seolah tahu yang bicara adalah sang Ayah.

"Oh ... pintar," puji Paing. Lalu membenahi selimut mereka. "Kalian benar-benar menggemaskan sekali."

Euforia itu membuat matanya jernih. Tidak tidur sampai pagi. Sebab Paing membayangkan rupa mereka seperti apa. Apakah lelaki atau perempuan saja? Kembar identik atau justru sebaliknya? Dan kira-kira jadi Alpha atau Omega? Apapun itu, Paing akan menerima semuanya. Lalu membuka ponsel untuk mencatat beberapa

nama--siapa tahu Apo mau menerima sarannya kan?

[Paing Takhon Khin Kyu]

[Apo Nattawin Wattanagitiphat]

Awalnya Paing mengetik dua nama itu dulu. Berangan-angan. Karena triplets sudah kebarat-baratan. Dia berpikir lebih baik anak-anaknya membumi saja. Sehingga Mile punya tempat yang tak dia rebut sampai kapan pun.

Hmm ... mungkin lebih baik kalau bisa dipakai lelaki atau perempuan," gumam Paing sebelum mencatat. Dia pun menunjukkan hal itu pada Apo keesokan pagi, sementara sang Omega berkedip-kedip.

"Wah, sudah jadi?" tanya Apo tidak menyangka.

"Hm, bagaimana menurutmu? Bagus?" tanya Paing sambil memutari mobil. Dia baru memasukkan kursi roda ke dalam bagasi. Barulah  menyetirnya untuk hari USG kedua.

"Iya kok, bagus," kata Apo dengan senyuman manisnya. "Tapi, aku baru tahu nama Phi ternyata panjang." Dia  kembali memandangi layar ponsel itu.

"Hm? Iya karena aku separuh Myanmar," kata Paing. "Ma-ku dulu kelahiran sana. Tapi beliau ke Bangkok setelah dewasa. So, begitulah. Namaku jadinya bercampur-campur. Antara keinginan Pa Ma. Juga sempat diganti sebelum tercatat resmi."

"Oh ... begitu," desah Apo sembari mengangguk. Wajahnya tampak begitu berseri-seri. Sebab tanpa meminta Paing sudah mengawali ini."

Jadi, nanti 'Khin Kyu'-nya apa akan diikutkan?" tanyanya

"Iya."

"Oke ...."

"Tapi, Apo. Kau sendiri apa tidak usul juga?" tanya Paing. "Itu belum permanen kok. Rubah saja kalau kepikiran lain."

Apo justru menggeleng pelan. "Tidak kok, Phi. Tidak perlu," katanya begitu tanggap. "Aku justru senang kalau dipilihkan. Jadi tidak perlu repot lagi. He he ...." cengirnya mencurigakan.

"Hm?" Paing pun bingung karena ekspresi sang Omega. Tapi Apo segera mengembalikan ponselnya untuk mengalihkan perhatian. "Ini, Phi. Thank you dan sudah kuingat semua ...." katanya. "So, nanti tinggal bilang ke suster kok kalau lahiran."

Paing pun tak bertanya meski penasaran. Yang penting mood Apo baik-baik saja. Dia mendengar sang Omega bernyanyi sepanjang jalan. Menikmati pemandangan. Sesekali mengerling padanya kalau ketahuan bahagia.

"Pokoknya aku suka kalau si ayah ingat para baby-nya. Ha ha ha ...." batin Apo sebelum tiba di RS Bumrungrad. Dia menoleh ke belakang saat ditata di kursi roda. Lalu mendongak ke Paing yang mendorong di sepanjang lobi.

"Kenapa?" tanya Paing lagi-lagi penasaran. Namun, Apo justru tidak bilang apa-apa. Hanya senyum. Lalu menatap ke depan dengan binar rasa bangga. Pertama karena Paing tidak memakai masker seperti biasa (itu wilayahnya). Dan kedua rata-rata orang ramah kepada mereka. Para dokter menyapa begitu halus. Suster-suster pun ikut tersenyum lebar. Bahkan pekerja OB berhenti sesaat ketika mereka lewat.

"Halo, Tuan Takhon."

"Selamat pagi, Tuan Takhon."

"Halo, Pak Presdir."

"Selamat pagi, Tuan Natta ...."

"Selamat datang ...."

"He he he, he he he ...."

.... bahkan ada juga yang cengar-cengir karena memborong kopi sepagi itu.

"Ya, ya. Sana. Lanjutkanlah pekerjaan kalian," kata Paing saat membalas mereka. Keberadaannya membuat Apo lupa sensasi USG dulu. Serasa diterima. Apalagi saat masuk ke poli kandungan.

DEG

"Eh? Tunggu, tunggu. Tunggu dulu ... hah?" kaget Dokter Us karena loading sesaat. Dia pun berdiri untuk menghormati Paing. Dan tangannya gemetar ketika menulis nama sang wali: Mr. Paing Takhon Khin Kyu. CEO-nya sendiri. Dan si quadruplets adalah calon Tuan/Nona mudanya di masa depan.