Dimana gue? Ini sekarang jam berapa? Hari apa?
Pertanyaan-pertanyaan tadi terus bertumpuk, seolah-olah gue tidak pernah tahu. Padahal setiap 5 detik, telepon genggam yang tergeletak terbalik di sebelah tangan itu selalu gue ambil, sambil berharap ada sesuatu yang beda, bukan cuma menampilkan menu yang juga tidak berubah. Setelah itu biasanya ada semacam Dementor lewat yang akan menyedot semua ingatan gue tentang aktifitas yang gue lakukan tadi, yang membuat gue mengecek kembali telepon genggam 5 detik kemudian.
Dementor. Kalau saja penjaga penjara di novel Harry Potter itu ada. Dementor di novel tersebut mengisap kebahagiaan, menguras kenangan-kenangan bahagia, membuat korbannya menjadi mayat hidup, menunggu hari dengan mata hampa dan air liur di sudut mulut.
Kondisi ini mirip seperti ketika mendapat kecupan dari Dementor. Hampa, tidak bertenaga -- minus air liur dari sudut mulut, gue tidak semenjijikan itu -- dan kadang lupa dengan yang sedang dikerjakan. Kalau saja Dementor itu ada, gue akan lebih suka menyalahkan kondisi gue ini ke Dementor alih-alih dia.
Kalau saja Dementor ada, gue yakin ia akan mati kekenyangan. Ada banyak sekali kenangan bahagia, terutama beberapa bulan sebelum ini, yang mungkin bila ada klasifikasi bahagia yang bekualitas dan tidak, gue bisa jamin semua kenangan itu berkualitas, terlepas dari betapa kejadian bodoh apa sehingga gue mendapatkan kenangan itu.
Kalau saja Dementor itu ada.
Lalu gue meraih telepon genggam disebelah gue. Jam berapa sekarang?