Hari Ke-18: Stalking

Hari ini, setelah berhari-hari otak seperti berkabut, gue melakukan dosa yang sering dilakukan setelah putus. Stalking.

Stalking.

STALKING.

AKU MEMANG HINA IBU!

Apalah artinya putus kalau belum stalking? Ibarat garam kurang sayur. Makanan orang gila.

Kalau awal-awal putus adalah godaan terberat untuk membuka profil social media dia, maka hari ini adalah puncaknya. Klimaksnya. Sebelum bucat. Satu-satunya yang menghalangi gue adalah harga diri gue, dan keluarga gue yang mondar-mandir di belakang gue. Kan gue jadi gak fokus buka profilnya, takut ke-gep. Ck.

Hari ini gue sudah tidak tahan lagi. Tapi otak gue, 'sudahlah, kamu terlalu keren untuk buka profilnya. Jangan menghinakan diri, yang memang sudah hina'. Bahkan otak pun menghina. Oke, gue gak akan pernah buka profil facebook-nya. Gak akan pernah. Titik.

Lalu gue buka profil twitter-nya.

Gue selalu mendengar bahwa stalking itu bikin sakit hati. Hari ini gue mau buktiin sendiri. *ujung-ujungnya stalking juga*

Kalau kalian pernah stalking social media mantan juga, gue sekarang tau apa yang ada dipikiran kalian ketika deg-degan mau buka profilnya:

Ketika mau buka profilnya, "ah, gue buka profilnya bukan berarti gue ngarep. Gue mau liat dia ngapain aja setelah gue tinggal, hehe."

Ketika udah kebuka profilnya, "Nah kan. Eh, kok malah makin cantik ya?!"

Ketika ngeliat mention dari cowok lain, "*mati*"

Dan ketika gue sampai tahap ini, gue segera membuang hape jauh-jauh. Gue takut gue bakal ngelakuin apa yang sudah kalian-kalian lakukan setelah ngeliat mention dari cowok/cewek lain: buka profil cowok/cewek tersebut. NGAKU.

Hah. Stalking benar-benar menguras waktu, pikiran, dan kuota internet.