KITTY PO 8

Begitu membaca balasan Apo, sebetulnya Mile memang kecewa. Namun dia bangga si manis mampu menolak, padahal sudah dijebak dimana-mana. Mile sengaja begitu demi melihat seberapa inferior sang calon istri, biar dia tahu cara mengubahnya di masa depan. Mila pun terima, walau tidak sepenuhnya. Karena dia ingin melihat seseru apa camping yang dilakukannya. Usut punya usut saat liburan Apo justru memancing di sungai, tapi remaja itu memang mengajak teman-temannya. Mereka bakar-bakar ikan sambil main kartu. Taruhannya bukan uang, melainkan coret-coret muka dengan bedak. Ha ha ha ha, dasar bayi dalam tubuh ranum. Jeleknya Apo kalah sepanjang ronde. Membuatnya jadi bully-bully-an se-circle.

Mile cukup menikmati pemandangan itu, walau dia harus puas dengan menyamar jadi pengunjung. Sungai sekitar Huahin memang banyak ikannya, wajar bila banyak orang suka nongkrong di tempat ini. Sambil merokok mereka menarik kail. Sepenuhnya menikmati hari yang full tanpa kewajiban. Apo, Masu, dan seluruh temannya baru bubar pukul 4, tapi ternyata mereka tak langsung pulang. Rupanya saat malam circle itu bermain futsal, seolah masa muda mereka tidak punya rasa lelah.

Apo kini jago jadi striker, dia bahkan gol dua kali walau kelompoknya berakhir kalah. Selisih poin 4:3. Apo dan timnya harus puas dengan hukuman menjadi babu, termasuk membeli sekardus minuman dan jajan di mini-market. Mereka masih berpetualang setelah itu, yakni karaoke sampai jam 10 malam.

Tidak ada lagi ketakutan tutup gerbang karena masing-masing pulang ke rumah sendiri. Rombongan itu menggunakan motor matic, ada juga yang berani dengan cc besar. Mereka diikuti Mile dengan mobil, sangking penasarannya dia dengan kegiatan si manis. Ya, daripada menganggur, kan? Mile sudah lembur berminggu-minggu demi mempersiapkan pertemuan keluarga, tapi si manis rupanya menolak. Dia pun menghabiskan waktu sebagai pengamat, tapi begini saja cukup senang. Mile akhirnya tahu wajah Apo ketika tertawa lepas, atau betapa sumeringah senyumnya saat dapat hadiah minuman Boba.

Ah, Apo. Kapan kau dewasa dan menjadi milikku? Pikir Mile. Dia ingin semakin dekat dengan si manis, tapi tanpa melakukan sesuatu pun sudah dianggap aneh. Apo mungkin takut perbedaan ukuran tubuh mereka. Apo mungil. Apalagi badannya begitu kurus. Remaja itu belum membentuk otot karena sibuk belajar. Gym bukanlah jenis camilan yang dia konsumsi. Apo lebih sering jajan-jajan manis, padahal sudah selegit gula. Jeritan riangnya benar-benar membuat Mile bahagia.

Lima hari berlalu. Circle itu rupanya tak lelah liburan, malahan Mile capek sendiri karena menjadi CCTV. Dia masih harus melakukannya 9 hari lagi. Sebab liburan semester totalnya dua Minggu. Mile lupa karena masa remajanya tak seramai Apo, melainkan sudah sibuk dengan survey bisnis. Dia jadi mengenang beberapa momen liburan, walau isinya sering berkuda atau main golf sendirian. Mile pun mendapatkan pengalaman baru dari kegiatan ini, walau di hari ke 7 terlalu keras dijalani.

Tepatnya saat pukul 11 malam. Usai circle Apo pisah-pisah di belokan, jumlah para pengendara tentunya berkurang dari rombongan. Mile jelas mengikuti Apo untuk memastikan apa dia selamat sampai ke rumah. Hal itu dia lakukan sejak hari pertama, dan benar saja ada begal 3 kilo dari rumah Keluarga Wattanagitiphat. Masu dan Apo pun dihadang preman malam. Mereka diancam hingga berhenti. Lalu terjadilah keributan.

"OM! JANGAN OM! MOTORNYA MASIH KREDITAN! PLIS!" bentak Masu kelabakan.

Apo sendiri panik karena ranselnya ditarik. Sebab di dalam ada dompet berisi kartu yang uangnya dari Mile. "TIDAK! LEPASKAN! LEPAS!! JANGAN BEGINI KE KAMI! ARRRGHHHH!!"

BUAGHHHHH!!

Mile pun syok karena Apo ditinju, padahal dia sudah mempercepat laju mobil tanpa peduli penyamaran lagi. Si manis pun didorong jatuh bersama Masu. Motornya diambil, tapi mereka belum puas karena Apo masih tarik-tarikan ranselnya.

"JANGAAAAAN! PLEASE!! NANTI AKU BISA DIMARAHI!! ARRGHHHH! JANGAN AMBIL!"

BUAGHHH! BUAGHH! BUAGH!!

"HEI, JAUHKAN TANGANMU DARI TEMANKU, BRENGSEK!" maki Masu yang akhirnya sok jagoan menyelamatkan Apo. Remaja itu malah dipiting oleh dua preman. Ikut digampar. Untung Mile segera turun begitu sampai tujuan. Dia membanting pintu mobil dan segera merangsek maju. Lengan baju dia singsing dulu sebelum berteriak kencang.

"HEI, LEPASKAN MEREKA SEKARANG!"

Seketika gerombolan itu menoleh. Apo dilepas, begitu juga Masu yang mukanya sudah babak belur. Para preman pun makin menggila. Mereka makin heboh karena menargetkan mobil Mile kali ini.

"AYO MAJU SEMUANYA! ADA YANG SOK PAHLAWAN DI SINI! HIAAAAAAHHHH!"

"HIAAAAAAAAAAAAAHHH!!"

BUAGHHHH!

Mereka pun baku hantam dengan Mile, sementara Apo dipeluk Masu yang sibuk memeluk diri sendiri. Rupanya Apo gelisah karena baru sekali dibegal. Remaja itu sampai menangis tersedu-sedu. "Hiks, hiks ... hentikan, hentikan ... hiks, hiks ... hiks ... a-aku cuma mau pulang. Tolong. Aku cuma mau tidur sama Papa." Dia memeluk ransel yang sudah robek di sana-sini.

"LARIIIIIIII!"

Tahu-tahu gerombolan preman itu pergi. Lalu Mile menendang bokong yang kabur paling akhiran.

BUAGH!

"Jangan kembali ke sini, BEDEBAH!" umpat Mile yang sudah hilang kendali. Pria itu lantas mengecek kedua remaja yang traumatis. Dia ikutan duduk di pinggir jalan yang begitu sepi. "Apo, Apo. Coba Phi lihat dulu lukamu. Masu juga. Sini."

Mereka pun melonggarkan pelukan karena familiar, sementara Apo langsung menghambur ke dada Mile sangking takutnya. "PHIIII! PHIIIIIIII!" isak si manis seperti kucingnya di masa lalu. Suaranya mirip 'Miiiiii, miiiiiii ....' tapi berupa anak manusia. Membuat Mile mendekapnya sama erat, sementara Masu terbengong melihat pemandangan itu. "PHIIIIIII! Hiks, takuuut ... hiks, hiks. Mereka sudah ambil motornya--Phi, hiks ... n-nanti aku harus bagaimana? Hiks. I-Itu punya sepupu Ayah. Hiks ... a-aku memang belum punya SIM--hiks ... jadi belum dibelikan sendiri. Hiks ... Phi Mile ...."

Masu pun mundur dan memberi ruang. Lalu dia mengangguk saat Mile minta membawakan ransel Apo ke mobil. Dia duduk duluan di jok belakang. Sementara Apo digendong lagi karena kakinya terkilir. Remaja itu masih menangis selama perjalanan pulang, dia meringkuk di kursi sebelah kemudi dengan jaket menutupi muka.

"Sudah, soal motornya jangan pikirkan. Aku yang bicara pada Papamu nanti, hm?" kata Mile. Tangan kanannya menyetir. Tangan kirinya membelai surai hitam Apo.

"Yang penting besok tidur saja. Jangan main kemana-mana. Sisa libur gunakan beristirahat. Phi jenguk lagi besok pagi. Tidur dulu."

Dalam hati, Masu dan Apo sama-sama bingung kenapa Mile ada di sana. Namun badan mereka sudah terlanjur sakit semua. Keduanya sibuk memikirkan diri sendiri. Berharap saat liburnya habis sudah sanggup masuk sekolah.

"Astaga, ada-ada saja kejadian hari ini, sial. Mereka sungguh keterlaluan ...." batin Mile. Sesekali dia mendesis ngilu karena tulang lengannya geser. Namun jangan sampai Masu atau Apo tahu, karena mereka bisa lebih merasa bersalah.

Bersambung ....