KITTY PO 14

Sebetulnya malam itu Apo tidak bisa tidur. Si manis kepikiran momen yang barusan mereka lewati, dia menatap wajah Mile begitu lama. Sejak awal Apo kesulitan menginterpretasikan rasa dan hasrat dengan benar, sebab Mile bukan anak seumurannya lagi. Memiliki 'Hot Daddy' memang enak karena kau diayomi, dinafkahi, dimanjakan, dan disayang seperti porselin, namun jangan protes bila mesumnya tak bisa tertolong lagi. Kadang Apo juga merasa diatur-atur, untung Mile yang sekarang jadi lebih baik. Mile mau mengganti gaya berkencan yang lebih fresh, membuat si manis gugup sekali saat digandeng. Selain romantis rupanya Mile juga punya kelemahan, yakni selera humor bapak-bapak yang jarang Apo pahami.

"Ini, Po. Telur ayam. Ada 8. Empat yang dingin di dalam kulkas. Empat yang lain milik kita berdua ...." kata Mile saat menimbrung di dapur.

"Hah?"

"Telur ...."

Apo yang sedang masak pun hanya bengong, ujung-ujungnya Mile sendiri  menyelesaikan proses goreng telurnya. Apo tak tertawa dengan lelucon Mile, matanya julid. Membuat suasana berubah sedikit canggung. Mile sendiri merasa gagal berkomedi, Apo bingung. Dan sejak saat itu lah sang pebisnis berhenti melucu karena tak mendapat respon. Mile hanya mempertahankan sisi lembutnya, treat Apo better. Kembali romantis seperti sebelumnya. "Padahal kalau mau Phi bisa pesankan casual breakfast lho. Kenapa malam makan telur sama roti saja? Memang kenyang seperti itu?" tanyanya.

"Kenyang kok Phi. Jangan khawatir. Kan sarapan yang penting bisa membuatku bertenaga ...." Apo mengiris rotinya jadi kecil-kecil, telur lembek dan kejunya pun meleleh ke piring perlahan. Dia menyuap sendok per sendok, itu pun karena dimarahi sang ibu sedari dulu. May bilang Apo harus belajar makan cantik karena suaminya nanti pesohor, walau tarafnya bukan table manner cukup pakai sendok, garpu, dan pisau yang basic.

Saat di kelas Apo makin kepikiran penisnya dikocok semalam, dia nyaris tidak fokus untung belajarnya sama giat. Soal dan LJK dibagikan si manis malah nge-blank sesaat, tapi latihan soal-soalnya sangat menolong. Apo menghitung Hukum Faraday, tapi kadang terbayangi wajah Mile. Meliat soal Korosi dan Biomolekul, justru diganggu senyum sang calon suami. Cincin lamaran sampai dia simpan ke dalam tas agar fokus kembali.

"Ayo 15 menit lagi ...." kata Mister Peter dengan pentungan di tangannya. Lelaki itu berjalan memutar untuk mengawasi kelas, dia menilik satu per satu LJK murid dengan mata nyalang elang. Rupanya Mister Peter peka dengan kondisi Apo, dia pun mengernyit karena si manis berkeringat dingin. "Tumben, Po? Kan biasanya kau keluar dengan sisa waktu. Masih kurang berapa soal memangnya?"

"Ahh ... Mister! Ngagetin!" kata Apo sampai pojokan kertas hitungannya sobek. "Anu, maaf Saya lagi fokus. Tidak tahu Anda tadi berada di sini." Dia mengelus-elus dada yang berdebar.

"Eh ya ampun. Sebentar tak kasih kertas hitungan yang baru."

Apo pun mengangguk kikuk karena ketahuan terdistraksi. "Terima kasih ...."

Lalu segera lanjut menghitung dengan paniknya. Pensil agak basah karena Apo agak keteteran, ingin sekali mengumpat kepada Mile tapi itu nanti saja. "Tenang, aku. Tenang ... masih kurang 7 soal lagi ...." Bibir ranumnya komat-kamit, kadang juga garuk-garuk kepala.

"Ayo 5 menit lagi ...." kata Mister Peter lagi-lagi membuat Apo Nattawin gugup. Masu di pojokan saja sudah selesai, batin Apo sempat ciut tapi sahabatnya itu juga kelihatan konstipasi.

"Cepet ah, nomor 4 dan 21 aku biarin kosong saja. Xixixi," kompor Masu dengan suara yang bisik-bisik. Dia langsung keluar usai kode-kode Apo, tapi si manis tidak menyerah. Dia mengelap tangan licin menggunakan jas sekolah. Lalu kembali beraksi.

Waktu habis saat Apo menyelesaikan 49 soal, tinggal 1 tapi harus direlakan karena Mister Peter sudah berkeliling mengambil LJK muridnya. Kebetulan Apo duduk depan karena dia termasuk siswa yang pintar, yang hobi murni kerja keras tidak boleh diconteki siapa pun. "Ini, Mister ...."

Mister Peter bingung karena LJK Apo belum dilepaskan. "Po? Are you okay?" tanyanya.

Bibir Apo melengkung ke bawah. "Belum, Mister. Sebenarnya masih kurang satu ...." Dia benar-benar butuh es krim habis ini. "Umm, Saya akan coba lebih baik lain kali

...."

Mister Peter pun terheran-heran. "Oke ...."

Dia lalu menarik LJK Apo, sementara si manis duduk linglung di depan lapangan bola. Dia juga memiliki kursi penonton yang sepi, tapi Masu paling peka kalau sahabatnya kenapa-kenapa.

"Eih! Kenapa deh? Kau tidak biasanya lesu. Beli es krim juga dibiarkan leleh. Mubazir, tahu woy! Pooo, Poo .... mending diberikan kepadaku saja."

Apo malah memberikannya. "Nah, makan saja. Aku tetap tidak nafsu."

"Oke?"

Masu pun kaget karena es krim itu betul-betul disodorkan.

"Ya ampun, ya ampun, ya ampun. Aku overthinking nanti nilai Kimia-ku nanti berapa! Masuuuu! Aku nanti mati saja tidak?! Masu tampar aku! Masu aku tidak boleh begini!" Apo mengguncang-guncang kedua bahu sahabatnya dengan muka gelisah.

Baru sesuap, es krim Masu malah jatuh. Tapi sejak mulai leleh memang sudah berubah lembek. Masu makin bingung karena Apo agak berubah, hingga dia notice cincin lamaran Apo tidak dipakai. "Eh? Kau lagi berantem ya dengan Om Hot pekan ini?"

"Ha? Bukan kok. Kenapa malah berpikir begitu."

"Ya habisnya ...."

"Oh ...." Apo pun langsung tersadar. Dia segera mengecek apa cincin itu masih aman, lalu berdesah dengan leganya. Apo akhirnya mengenakan benda itu lagi, tapi dia mengacak-acak rambutnya juga. "AAAAAAAAAAAA!! PHI MILE KAU MEMANG SIALAAAAANNNNNNNNNN!" teriaknya hingga penonton lain menoleh. Untung momen itu diganggu gol dadakan ke dalam gawangnya lawan, Apo pun berhenti jadi pusat perhatian karena sorak-sorai kacau.

"WAAAAAHHHHHHH!! GOOOOOLLL!"

"GOOOOOOLLLL!! GOOOOOOLLL!!"

"WHOHOOOO!! IWIN MEMANG YANG PALING KEREN! YA AMPUN TENDANGAN DIA KENCANG SEKALI!"

"GOOOOOOOOOOOOLLLLL!!!"

Masu pun melongo karena Apo bercerita soal semalam di apartemen, tidak menyangka hubungan sahabatnya sudah sejauh itu. "Ssshh ... s-serius Om Hot coli penismu cuma berdua?!" Suaranya memelan sambil melirik sekitar. "Tapi dia tidak sampai solo kan? Atau habis itu dia pergi ke kamar mandi?"

"Ck, masak aku bercanda sih," kata Apo cemberut. "Tidak kok, dia cuma kocok punyaku semalam. Phi Mile ke kamar mandi sebelum tidur di sebelahku. Aku insomnia waktu dia memelukku. Ck. Gugup, tahu. Apalagi Bibi Nee sudah minta baby ...."

"Oh, shit!"

"Ya kan seperti katamu dulu, memang wajar kalau keluarga old seperti mereka ngebet cucu meskipun baru menikah. Aku pusing, tapi semoga Kimia-ku baik-baik saja. Aku sudah berusaha ...." kata Apo. "Mnnn, tapi sedih kalau tidak masuk 3 besar. Minimal 3 lah. Masu! Aku ingin sekali naik ke panggung ...."

Masu pun memeluk Apo dan puk-puk punggungnya, lalu menghibur si manis dengan memakan makanan pedas. Dia juga mengajak Apo untuk boxing tinju. Lalu muka stiker muka Mile ditempel ke samsak hitam. "AYO PUKUL SEKUAT TENAGA! TERIAK DASAR OM MESUM!"

"OM MESUM!!"

BUAGHHH!!

"LAGI!"

"DASAR KAU INI OM-OM MESUM!"

BUAGHHH! BUAGHHH! BUAGHHH!

"HA HA HA HA HA HA HA!"

"HA HA HA HA HA HA HA HA!"

Sedikit banyak Apo pun terhibur dengan cara Masu, walau si manis harus bolos les Bahasa Inggris dan membiarkan guru privatnya bingung di apartemen. Sebab Apo biasanya sudah stand by dengan penuh semangat, tapi remaja itu belum pulang dari sekolahan. Jelas Mile di kantor mendapat laporan live. Lelaki itu kaget karena chat si guru privat begitu, lalu dia menelepon Apo.

"Eh! Eh! Om Hot tuh, Po! Hape-mu terus berbunyi!" kata Masu.

Apo pun melepaskan sarung tinjunya. Lalu  mengambil ponsel dengan tubuh yang penuh keringat. Rambutnya bahkan ikut basah, tapi begitu diangkat justru dimatikan Mile. "Eh?"

Sekarang berganti panggilan video. Mile mungkin juga ingin tahu dia dimana. Mau tak mau Apo pun ketahuan di gym untuk pertama kalinya.

"Apo ... Sayang ...."

"Ugh, iya, Phi?"

Mile memicing karena ada stiker muka-nya di samsak. "Kau lagi apa di sana? Tumben kok tidak les sama Mr. Korn."

"Um, itu ... lagi ingin olahraga saja?"

Masu yang baru sadar pun mengelupas stiker dari samsak tadi. "Eh, astaga! Om Hot malah lihat sendiri! BEDEBAH SIAL!" batinnya sebelum membuang ke tempat sampah.

"Olahraga sambil memukul wajahku? Kenapa?"

"Ehhhh ...."

Antara kaget dan syok ponselnya direbut. Apo hanya kedip-kedip saat Masu mematikan sambungan. Apo sendiri tidak sadar soal tadi, tapi kepalang basah membuat Mile menjemput si manis sendiri. Apo dihentikan saat akan naik bis di halte, sementara Masu memilih kabur ke dalam.

"A-AKU TIDAK MAU IKUT PERTENGKARAN RUMAH TANGGA! DAAAAAAAAHH! GOOD LUCK!" kata Masu sebelum melompat diantara para penumpang. Apo pun berjengit saat Mile datang, apalagi ranselnya langsung diambil untuk dibawakan.

"Mari pulang. Kuantar kau sampai apartemen."

"Ahhh! T-Tapi Phi--"

Mile menggenggam tangan yang lebih kecil darinya erat. "Ayo saja ... aku mau mengajakmu bicara lagi."

Jantung Apo serasa berhenti. Dia tiba-tiba takut dengan apa yang akan Mile bahas nanti.

Bersambung ....