KITTY PO 40

"Apa?!"

Newyear pun langsung meletakkan snack kucing yang hampir dibeli. Urusan Snowwy jadi tertunda karena ada yang lebih urgen di rumah. Sopir Apo itu pulang dengan kecepatan angin. Dia tidak lupa mengabari Mile lewat telepon. Siapa tahu sang majikan masih berada di kantor.

"Halo, iya, Newyear? Ada apa aku sedang berada di lampu merah---"

"Oh ya ampun, Tuan! Kalau begitu nantinya langsung ke RS! Istri Anda barusan kontraksi! Kata pelayan tadi pingsan tiba-tiba! Saya bawa beliau dulu ke sana!"

"Hah?! Newyear--tunggu!" kaget Mile. "Iya aku memang mau ke RS setelah ini, tapi---" Newyear sudah menutup telepon demi mempersingkat waktu. Dia hanya butuh 5 menit untuk sampai ke rumah kembali. Apo Nattawin pun dia bopong ke mobil dengan cekatan. Remaja itu benar-benar lunglai tanpa sadar, matanya terkatup, padahal kalau dilihat-lihat kondisinya tidak seperti sakit (cantik segar, malah) Lantas kenapa sekarang seperti ini?

"Oh, astaga ... Apo!" teriak Mile yang kebetulan berpapasan dengan Newyear di parkiran RS Keluarga Romsaithong. Lelaki itu keluar dengan membanting pintu mobilnya, lantas menggantikan Newyear selagi sempat sedia. "Kemarikan, kemarikan. Biar aku saja yang bawa dia ke dalam," katanya dengan napas berisik. Mile benar-benar gugup karena ini mendadak, si manis memang bernapas lembut, tapi dirinya tetap ingin menangis.

Mile pun membawa Apo ke bangsal Dr. Sprite karena ruangannya yang paling dekat, setidaknya Mile bisa meminta ranjang dorong dan pemeriksaan awal sebelum Apo dibawa menuju ke Dr. Napvtik. Well, dua dokter itu satu jalur, tapi beda tugas. Sebab Dr. Sprite lebih ke masalah organ intim luar, tapi Dr. Napvtik spesialis kandungan. Mereka alih jadwal setelah Apo dimasukkan ke ruangan berlampu fokus. Remaja itu cepat-cepat diperiksa denyut nadi dan rahimnya.

"Oh, astaga. Jangan sampai kau kenapa-napa, Apo. Jangan sampai kalian berdua kenapa-napa ...." gumam Mile di kursi tunggu. Kakinya mengetuk terus menerus ke lantai, dia makin kalut. Sebab sepengetahuannya Apo Nattawin baik-baik saja selama ini. Si manis tampak sangat-sangat sehat, makin rajin olahraga. Bahkan intensitas minum susunya bertambah. Tidak hanya dua kali saja, tapi tiga kali dengan kegiatan bercinta yang cukup prima. Remaja itu juga makin rakus buah. Sering manja. Namun sekali lagi yang barusan itu ... kenapa?

"Pak Presdir?" tanya seorang dokter yang kebetulan lewat di lobi tersebut. "Eh? Ini betulan Pak Presdir kan? Anda ini sebenarnya kenapa--"

"Pak?"

Suara Dr. Napvtik lebih menyentakkkan Mile daripada siapa pun. Lelaki itu pun langsung berdiri, wajahnya pucat. Dia benar-benar sudah memikirkan hal terburuk yang kemungkinan harus diterima. "Ya?"

"Hm, bisa Anda ikut Saya sebentar? Ayo masuk. Pemeriksaan Tuan Natta sudah selesai," pinta Napvtik dengan nada serius.

Mile pun langsung terbius dan masuk ke dalam, tapi ternyata Apo belum siuman. Baju si manis juga tampak baru dibuka bagian perutnya, Mile yakin Dr. Napvtik baru saja melakukan USG yang prosedural. "J-Jadi, bagaimana, Dok? Ada apa dengan istriku?" tanyanya, yang tanpa sadar tergagap. "Apa dia keguguran? Tolong beritahu aku kenapa--"

"Tenang, tenang. Sebentar Saya ambilkan hasilnya dulu," kata Dr. Napvtik. Dia juga baru dikejar emosi, cukup kaget karena Apo Nattawin terbaring. Sebab dia tahu siapa si manis bagi Mile. "Silahkan, coba teliti sebentar saja. Nanti saya jelaskan detailnya."

"Oh, oke ...." Mile pun membuka file tersebut tanpa ba bi bu. Dia kaget menemukan gambar yang berbeda dari 3 bulan sebelumnya. Di situ ada dua kantung rahim yang terpisah, satunya sudah agak besar, tapi satunya lagi malah baru tumbuh. "Oh, shit ...." makinya keluar begitu saja.

Itu adalah 'Little-little-mini-Kitty'--kalau Mile boleh menyebutnya begitu. Sebab si adik susulan sungguh terdeteksi hidup, padahal si kakak tadi baru dinyatakan bergender lelaki.

"Itu adalah kembar superfetasi, Tuan. Ehem, coba saya tunjukkan dulu denah isi rahimnya," kata Dr. Napvtik seraya mengisyaratkan mana saja yang perlu Mile perhatikan. "Jadi superfetasi itu beda kembar waktu. Nah si kakak ini usianya sudah 4 bulan, tapi adiknya baru 1 bulan. Pembuahan susulan."

Mile sampai tak bisa berkata-kata. ".... hah?"

Dr. Napvtik pun langsung tersenyum. "Ini kasus langka sih. Hanya terjadi 1000:1 di dunia. Karenanya dari saya congratulations ...." katanya terlihat bangga. Dia juga menepuki bahu Mile, matanya berkaca-kaca. Mungkin amat terharu karena sepanjang menjadi dokter kandungan baru sekali dia menangani pasien yang sangat unik begini. Terlebih itu Nyonya Ciliknya sendiri. "Hanya saja, Saya juga memberi kabar yang agak mengkhawatirkan. Tentunya itu membuat Saya sulit senang sedari tadi."

Mile pun mendengarkan penjelasan Napvtik lebih lanjut, bahwa si adik kondisinya cukup rapuh karena rahim Apo masih terlalu muda. Usia si manis baru 17, bukan? Untuk ditempeli dua janin jelas berat sekali untuknya. Apo  benar-benar perlu perhatian ekstra jika tidak ingin keduannya gagal.

Belum lagi beda waktu berisiko pada hari kelahiran. Misal si kakak sudah 9 bulan, tapi adiknya baru 6 bulan. Mau tak mau harus tetap keluar berdua dan salah satunya prematur.

"Oh Tuhan, oh Tuhan ... aku lama-lama bisa gila," gumam Mile, yang langsung ditenangkan Dr. Napvtik. Bahunya diremas sekuat mungkin. Disadarkan. Bahwa ketakutan Mile harus dibanting. Sebab dia adalah si ayah. Jangan sampai mental Apo ikutan panik jika dia bangun nanti.

"Anda bisa, Pak. Saya yakin Anda bisa. Kalian hebat," kata Dr. Napvtik, lalu mengambil tangan Apo untuk Mile. "Coba pegang tangannya dulu sebentar. Beliau hangat. Tuan Natta sehat. Hanya saja Anda harus lebih hati-hati mulai sekarang. Pertahankan kondisinya begini sampai kapan pun. Jangan menurun."

"Oke, oke. Maaf, Dok. Tadi itu aku hanya terlalu kaget ...."

Dr. Napvtik pun menyatukan kedua tangan mereka. Membuat cincin pernikahan Mile dan Apo menjadi satu. Si manis dalam mimpi indahnya tidak tahu sang suami langsung memeluk setelah itu.

"Oh, Sayang ... Sayang ... Sayangku, Apo ...." bisik Mile sambil meneteskan air mata. Demi Tuhan 5 menit lalu dia takut ada 2 nyawa yang terancam, tapi kini Mile punya PR lebih banyak lagi. "Kalian bertiga pasti akan baik-baik saja di tanganku. Pasti--Daddy akan menjaga kalian semua, hhhh ... hhh. Terima kasih sudah bertahan ...."

Apo pun terbangun karena kecupan bertubi-tubi pada wajahnya, dia kaget. Apalagi air mata Mile berjatuhan ke hidungnya. "Eh? P-Phi Mile ... ada apa ya--"

"Hmmh, diam dulu, Po. Phi takut sekali barusan. Oh, Tuhan ...." tegas Mile, yang membuat Apo hanya berkedip-kedip dengan lucunya. Dia menoleh ke Napvtik untuk minta penjelasan, tapi dokter kandungannya itu hanya tersenyum.

"Ihhh, kenapa sih, Phi? Ada apa ...." tanya Apo tidak sabaran. Tubuhnya justru makin digencet Mile Phakphum. Biarkan saja si manis tenggelam ke pelukannya sementara ini. "Phiii ...." rontanya, tetap tidak diindahkan. Si manis pun baru diberitahu ketika perjalanan pulang. Dia syok. Sangking kagetnya sampai-sampai bola mata cantik itu nyaris keluar. "HAAAAAAA? D-DUA? SERIUSAN PHI? A-Aku ... jadi aku ... aku punya mini Kitty dan Little-little mini Kitty di dalam sini?!!!" tanyanya sambil memeluk perut.

"Ya, ha ha ha ... you're doing great, Po. Jadi tolong kakak dan adiknya dijaga terus dalam sana. Bilang Daddy sayang banget, tidak sabar ketemu mereka," kata Mile sambil tekekeh. Dia sudah tenang, walau batin amat bergejolak. Setidaknya Mile tahu dengan ini Apo pun ikutan tenang.

"W-Wahhh ... d-dua ...." gumam Apo, lalu memandangi hasil USG ke-4 itu dengan mata yang berbinar. Jujur dia antusias karena yang cowok sudah terpenuhi. Setidaknya dengan begini dia makin bersemangat untuk merawat proses kehamilan. ".... xixi, temanku di rumah nanti makin banyak dong, Phi. Senaaaaaang!" jeritnya, tanpa tahu seberapa besar resiko di depan mata. "Thank youuuu, Phi Mile! Astaga, aku punya banyak baby! Papa sama Mama harus tahu soal ini! Ha ha ha ha ha!"

Mile pun ikut tertawa, apalagi saat Apo mengetik cukup heboh ke GC keluarga Romsaithong dan Wattanagithiphat. Dia pamer akan punya dua adik bayi, tapi setelah si manis fokus ke ponsel, Mile justru berkaca-kaca kembali. "Kalian bertiga akan tetap aman di tanganku, Po. Lihat saja," batinnya. ".... jangan pernah pergi lagi, apalagi dengan cara paling indah yang sekarang kubayangkan."

Bersambung ....