KITTY PO 71

Terpengaruh konten mukbang akhir-akhir ini, Apo tertarik membuat menu seafood yang bermacam-macam. Dulu dia selalu menatap buku resep karena takut salah bumbu, sekarang sudah mahir, bisa mengira sendiri takarannya sebanyak apa. Apo juga mampu mengarang selera Mile, dan mengeksplorasi berbagai macam varian. Si manis pun meracik beberapa mangkuk rempah untuk masakan berbeda. Dia membuka kulkas, tapi ada bahan yang tak ada. Pikiran belanja melintas di otaknya untuk refreshing. Remaja itu bersiap-siap, tapi Sammy-Katty sempat rewel.

"Oeeee! Oeee! Oeeee!" tangis si kembar barengan. Usut punya usut mereka tidak mau disuap sarapan puree. Hanya Apo yang mampu membuat keduanya membuka mulut. Baby-baby itu membuat sang ibu kembali lagi. Tas selempang dan bodyguard sudah menunggu dalam mobil, tapi Apo malah duduk di depan teras demi melakukan tugasnya.

"Aaa, Sayang. Tadi kalian tidur semua jadi harus sarapan sekarang, aaa ...." kata Apo, yang ikutan membuka mulut.

"Aa, mm, mmm ...." gumam Sammy kala mengulum sendok sang ibu.

"Eooee, mmn, mmm." Katty ikut-ikutan menjilat sendok dengan lidah mungilnya.

Selain puree avocado, si kembar kitty juga

dapat rasa lain juga, yakni mangga, jambu biji, daging sapi, dan beri-berian. Semua itu diletakkan dalam mangkuk yang berbeda. Apo ingin anak-anaknya dapat asupan bergizi sedari bayi. Berkesempatan menjadi istri konglomerat membuatnya ingin mengalokasikan harta untuk mereka. Si manis telaten mengusapi mulut Sammy-Katty dengan tisu jika puree-nya meluber. "Ya ampun, sudah ganteng dan cantik baju kalian malah cemong lagi. Ganti dulu ya, Sayang. Masak PD masuk ke mall cemong-cemong. Mama juga ingin lihat kalian memakai hoodie koala."

Kedua baby pun digendong masuk lagi ke dalam. Mereka merengek karena jauh dari Apo sampai dikawal sang ibu. Sepertinya Sammy dan Katty memasuki mode manja. Jika kurang perhatian Apo mereka akan mengamuk kesal. Usai diganti semua ketenangan baru menghiasi mobil. Apo Nattawin tidak marah, karena dia sendiri suka manja ke Mile.

"Idih, idih. Malah tidur lagi. Kompak pula mereka berdua, ckckck," gumam Apo sambil geleng-geleng. Saat belanja dia mendorong keranjang besi, sementara 2 babysitter mendorongkan stroller si kembar dari belakang. Acara belanja tak pernah serempong itu hingga Apo punya bayi. Belum lagi ada satu bodyguard depan belakang. Siapa pun langsung tahu Apo bukan istri orang sembarangan. Banyak pengunjung mall yang menyingkir daripada kalah aura dengan Nyonya Romsaithong muda itu. "Mmm, apelnya harum. Sekalian bikin acar buah ah, buat Phi Mile nanti," katanya sambil menghirupi satu sampel.

Apo memasukkan segala buah, sayuran, rempah, dan benda yang dia suka. Sudah datang seheboh itu, kalau tidak belanja banyak rasanya ada yang aneh. Baby-baby dapat banyak baju baru. Sepatu-sepatu mungil juga masuk ke keranjang besi. Para babysitter dan bodyguard dapat jajannya sendiri. Apo berputar lagi untuk mencari setelan untuk dirinya dan Mile juga.

"Kakak, kira-kira yang ini cocok buat suamiku tidak?" tanya Apo sambil menjinjit satu baju.

"Bagaimana, Tuan Natta?" tanya si babysitter ulang. "Aduh, maaf tadi saya memperhatikan rak-rak syal. Belum fokus ke pertanyaan Anda."

"Wkwk, tidak apa-apa. Jadi, ini cocok untuk Phi Mile tidak?" tanya si manis sekali lagi. "Nanti jaketnya kupadukan sama celanaku yang ini. Kita couple-an! Atas bawah, hanya beda kombinasi. How was that?"

"Oh ... hmm, sebentar," kata babysitter itu. "Sepertinya yang kanan saja deh, Tuan. Suami Anda kan jenjang kakinya. Desain kanan akan lebih minimalis dan kasual. Tuan Mile pasti kelihatan makin gaul ala Papa-papa muda."

"Ha ha ha, really?"

"Iya, Tuan. Saya pun setuju pendapat dia," sahut babysitter yang satunya.

Apo pun mengangguk kecil. Dia akhirnya memilih yang disebut para babysitter sebelum lanjut ke stan berikutnya. Ada brand Louis Vuitton, Dior, Channel, Dolce & Gabbana, Gucci, Ralph Lauren, dan lain sebagainya. Kesana kemari untuk melihat produk terbaru yang muncul di musim ini. Fashion editorial memang selalu mengalami kemajuan. Apo tidak lupa membelikan hadiah "kecil" untuk Masu, Jeff, dan calon baby-nya juga.

"Hm, kali ini aku ingin bahan tebal. Yang dari beludru pasti bagus kan ya," kata Apo, melirik anaknya sendiri. "Sammy, Katty, dan baby Jeffy nantinya bisa kembaran."

Kedua bodyguard Apo pun membayar belanjaan setiap kali keranjang penuh. Ini sudah yang ke-empat, tapi Apo belum menyudahi kegiatan berkelilingnya. Remaja itu berjongkok di rak boneka untuk memilihkan Katty. Ada Dino, Keroppi, Lion King, Dora, Upin & Ipin, Baimax, Barbie & Ken, dan masih banyak lainnya. Bingung memilih membuat Apo memasukkan 4 boneka sekali beli. "Ha ha ha, pusing ...." gumamnya. "Katty juga pasti suka."

Remaja itu kelihatan tidak pegal. Pertanda kakinya sembuh total membuat mood-nya sangat naik. Apo naik ke eskalator ke lantai dua. Masih naik lagi ke lantai tiga. Sesekali dia PAP ke Mile Phakphum lagi apa di tempat tersebut.

[Apo: Phi Mile, hari ini aku jajan banyak loh. Seru kali ... sudah lama tidak ke mall sejak itu. Jangan kaget ya sama belanjaanku nanti. He he. Kalau ada titipan bilang padaku. Mumpung bisa langsung beli. Aku belum pulang sejak tadi. Xixixi]

Jawaban Mile tidak langsung tapi membuat jantung Apo berdebar.

[Mile: Senang, Sayang?]

[Mile: Pokoknya jaga diri terus, oke. Itu cukup]

[Mile: Jangan sampai capek ya]

--Transaksi telah berhasil. Sebanyak 1.150.764,55 baht ditambahkan ke rekening Anda--

[Mile: Itu buat tambahannya. Jajan saja banyak-banyak biar makin gemuk. Kita berdua memang kurus gara-gara yang kemarin]

Apo pun salting sendiri hingga ingin tertawa sekencang mungkin. Namun dia hanya mengirimkan emot hati dan api. Setelah itu lanjut berburu benda-benda lagi.

[Apo: Oke, ilysm! ]

[Apo: Pokoknya love Suami Level 10000!]

"Hatchi! Hatchi!" tiba-tiba Katty bersin hingga terbangun dari tidurnya.

Apo pun datang mengecek. Ternyata itu hanyalah bersin biasa. Katty mulai aktif tak seperti saudaranya. Dia tampak senang mendengar lagu-lagu mendayu yang diputar di dalam mall. "Halo, Sayang ... welcome back to Mama. Bagaimana tidurmu?"

"Mmn, mnn." Katty meremas telunjuk si manis.

Salah satu boneka pun Apo ambil untuk dipeluk anak gadisnya. Bayarnya nanti belakangan yang penting positif ditebus.

Katty sendiri tampak senang dan menggigit telinga kelinci dengan mulut ompongnya. Dia berkedip-kedip riang seolah tahu baru diberi hadiah.

"Ha ha ha ha, nanti bilang terima kasih sama Daddy ya?" Apo mencium pipinya. "Mama kan hanya belanja. Semua uang itu dari Daddy."

"Aoee! Mmm, mm!" Katty mengayunkan tangannya sambil tersenyum.

"Pintar, sekarang ayo mencari popok kalian. Aku baru ingat stok-nya tinggal sedikit." Apo pun berjinjit sendiri demi meraih popok si kembar. Dia tidak mau dibantu-bantu selama bisa sendiri. Si manis tampak menikmati kegiatan memilihnya. Beberapa merk popok baru yang belum pernah dicoba dia masukkan ke keranjang juga. "Apalagi ya yang kurang. Bedak bayi, sudah. Minyak bayi, sudah. Skincare bayi, sudah. Hmm."

Mata Apo pun melotot karena ingat dunia fanboy-nya. Remaja itu melipir langsung ke rak novel serta komik bertumpuk-tumpuk. Itu adalah surga bagi matanya. Serial manhwa yang seharusnya bisa diakses online, suka Apo beli saja versi bukunya untuk dikoleksi. Toh sama-sama mendukung kreatornya juga.

"Kenapa, Tuan?" tanya babysitter di kirinya bingung. Dia heran melihat Apo terpana-pana. Mata si manis seolah penuh bintang karena melihat judul favoritnya.

"Awwh! Eleceed!" jerit Apo, langsung memburu rak-rak yang dituju. "Astaga, gantengnya Kayden Break. Ugh ... sampai chapter mana ya sekarang. Aku sudah tidak mengikuti lama. Marathon ahh!" Dia tampak seperti menemukan harta karun.

Apo pun memasukkan 22 volume-nya keranjang. Beberapa merchandise juga dia tebus, termasuk album-album K-Pop baru. Baik dari BTS, EXO, dan NCT. Setelah sembuh begini saatnya me-refreshing luar dalam. Di otak Apo sudah tergambarkan betapa senangnya dia kalau nantinya marathon.

"Ha ha ha, Tuan Natta semangat sekali hari ini. Ikutan senang."

"He he, makasih. Maaf kalau aku agak lebay. Aku sudah ingin nge-hype lagi."

"Tidak apa-apa, Tuan Natta. Santai saja. Adikku yang seusia Anda juga suka begitu."

Apo pun hanya nyengir kecil. Dia tidak sadar kalau penelusurannya di rak baru ada tangan yang familiar. Apo lihat cincin berliannya indah. Sepertinya milik Apo, tapi jemarinya terhiasi luka. "Wah, hai ... Phi Nazha. Kukira tadi siapa."

"Suami" Reba itu menoleh padanya. "Siapa ya?" katanya, membutuhkan loading sesaat. "Oh, kau Apo istrinya Mile Phakphum. Sorry-sorry, otakku tadi berada di tempat lain."

Refleks si manis pun mengulum senyumnya. "It's okay, Phi. Lagi apa di sini? Belanja komik kah sepertiku? Kupikir Phi sangat dingin sampai tidak bisa kuajak mengobrol. Tapi ternyata suka nge-hype kreator juga."

Yang bersangkutan diam sesaat. "Ha ha ha, menjadi introvert memang sedikit rumit," tawanya, terkesan tak lepas. "Komik adalah hal yang menyenangkan, Po. Aku sering menghabiskan waktu seharian, kalau lagi off duty."

"Wow."

Secara aneh obrolan ringan mulai terjadi diantara mereka.

"Kenapa? Tidak aneh kan? Penggemar One Peace dan Naruto saja mengikuti dari kecil hingga berumah tangga."

"Ha ha ha, iya sih."

Mungkin karena sefrekuensi?

Apo dan Nazha pun diskusi soal prediksi kelanjutan alur Eleceed. Entah bagaimana nasib Jinwoo kalau tidak ditolong Kayden saat menyerang musuhnya di chapter 100-an. Hmm.

"Btw, Phi. Phi Reba-nya sudah tidak apa-apa? Soal teror kalian bagaimana? Maaf aku kepo, tapi lukamu terlihat sakit."

"Ckckck, ini toh," kata Nazha sambil mendengus tersenyum. Dia memasukkan tangan kanannya ke saku celana. Komik-komik gantian diambil dengan tangan kiri. "Aku pernah dapat yang lebih parah saat militer. Nanti juga sembuh sendiri. Kriss macam-macam lagi aku akan membunuhnya."

".... apa?"

Jantung Apo pun berdebar kencang.

"Why?" tanya Nazha, seolah tanpa berpikir. "Reba datang padaku untuk dapat yang seharusnya didapat, Po. Anak "kami" juga layak bersekolah dengan tenang. Kunikahi dia bukan karena main-main. Kebetulan saja kemarin pistolku ketinggalan di koper."

Perkataan-perkataan semacam ini sungguh membuat Apo kehilangan suaranya. ".... eh?"

"Ha ha ha, kenapa terkejut begitu? Aku kan dapat izin untuk menyimpan atau menggunakannya secara pribadi."

Apo rasa, dia belum sanggup membicarakan topik sejauh ini.

"Umn, bagaimana ya... aku hanya senang kalian baik-baik saja di Thailand," kata Apo. "D-Dan, kalau boleh tahu, Phi Reba sudah bilang kah soal aku ingin belajar penerbangan darimu Phi."

"Hm? Belum."

"Oh ...."

"Memang kau mau menjadi pilot betulan?"

Pipi Apo pun merona. "Maunya."

"Hmmm."

Mata Nazha tampak mengobservasi Apo dari ubun sampai ujung kaki. Dia menilai fisik Apo, yang kemungkinan bisa makin tinggi. Seberapa banyak potensial remaja itu untuk mengikuti jejaknya harus dicermati.

"K-Kenapa ya Phi? Kok melihatku sampai begitu," kata Apo makin gugup.

"Tidak, hanya saja aku tidak mau mengajari bocah otak kosong. Maaf saja," kata Nazha. "Kecuali kau sudah hapal bolak-balik teori pesawat dan detail informasinya. Soal praktek jadi tinggal kumuluskan. Aku benci kalau nanti kau hanya membebaniku," tegasnya pedas.

Jantung Apo pun jumpalitan part. 2. "O-Oke! Aku pasti akan berusaha!" jeritnya. "Umn, tadi pagi temanku Masu sudah membelikan buku ensiklopedi tentang pilot kok, Phi. Aku pasti serius belajar untuk sekolahnya tiga tahun lagi. Aku janji."

Bola mata Nazha berputar malas. "Buktikan saja tidak usah janji-janji," katanya. "Dan satu lagi, berfisik kuat memang bukan kewajiban, tapi kusarankan kau juga melatih diri. Ingat, menjadi pilot berarti kau menanggung puluhan hingga ratusan nyawa. Posisi di udara berarti pengendalinya dirimu. Ckckck. Jangan jadi orang yang jantungan cuma karena tornado sedikit."

Apo pun mengangguk kecil.

"Baik!"

"Introspeksi saja kira-kira sampai kapan kau menghapal teorinya," kata Nazha. "Jika memang sudah cukup. Temui aku lagi, dan kuberitahu rahasianya."

"Umn!"

Nazha langsung melenggang setelahnya. Wanita itu meninggalkan banyak kesan unik dalam dada Apo.

"Keren, serius," batin Apo. Matanya memandangi punggung Nazha yang dibalut long-coat putih. Remaja itu seperti mendapatkan idola baru dalam hidupnya. "Kurasa aku harus menyelingi komik dengan ensiklopedi juga setiap ada kesempatan."

Pukul 11 Apo pun pulang dan mengolah cepat bahan-bahan masakannya. Persiapan bumbu-bumbu memang berguna untuk mempercepatnya pekerjaan. Si manis cukup ribut menyelesaikan atraksi dapurnya. Dia dibantu 3 koki serta 2 pelayan untuk menyusun rantangan bekal.

"Sip, sudah siap!" gumam Apo sambil mengusap keringat di dahi. Dia melepas apron kuning gambar bunga matahari. Sekujur tubuhnya benar-benar aroma masakan laut. "Sekarang harus mandi dulu. Sammycatt juga. Phi Mile, kami pasti akan datang ke sana!"

Hari itu semua hal pun berjalan dengan baik. Si manis berceloteh ria di depan Mile, yang makan sambil memangku si sulung.

"Iyakah? Tumben ada pertujukan balet di sini."

"Iya loh, Phi! Tadi aku lihat poster show-nya di jalan! Boleh tidak akhir pekan ini kita nonton mereka bersama?"

"Boleh," kata Mile sambil tersenyum. "Kalau begitu aku mempercepat pekerjaan Rabu ini. Biar nanti punya waktu pada malam Kamis."

"Terima kasih!"

"Sama-sama ...."

Si manis bertepuk tangan sangking senangnya. "Ngomong-ngomong, masakanku enak tidak, Phi?" tanyanya tiba-tiba. "Kalau suka, next time pasti kubuatkan varian seafood yang lain lagi."

Mile pun memasukkan irisan tuna-nya ke dalam mulut. "Tentu saja," katanya. "Juara 1 untuk masakan terlezat. Ha ha ha ha ...."

Si manis pun tidak terima. Setulus apapun sang suami dalam memuji yang barusan terdengar seperti roasting-an. Remaja itu pun mencubit bahu Mile sekuat tenaga. Gerakannya sampai memutar karena kesal tidak karuan. "Ihhhh! Awas ya!" katanya. "Ingat, Phi juga harus belajar dalam memuji lain kali."

Bersambung ....