BAB 1: KENAPA BERUBAH PIKIRAN?

Cuplikan:

"Astaga! Mereka bahkan mengenakan baju sewarna! Aku sebenarnya baru melakukan apa?" bingung Pete. Meneguk ludah, dia menoleh ke belakang dan siap dibenci belasan bodyguard yang merangkap jadi pria simpanan seorang Kinn Anakin Theerapanyakul.

***

"Tuan Kinn, jangan!" jerit Pete ketika Kinn mendekat. Baru saja sang boss, Thankun memerintah dirinya untuk mengurus Kinn yang mabuk, malah jadinya seperti ini. Baru sampai di mobil tubuhnya sudah diraba-raba. Demi apapun, Vegas pasti marah kalau tahu!

Aku punya kekasih, Tuan! Hei!

Sangking bingungnya, Pete pun mendorong Kinn sekuat tenaga hingga terjembab ke ujung. Untung mabuknya Kinn termasuk parah. Meski kekuatan Kinn tetap membuatnya kewalahan, tetapi semuanya masih bisa dikendalikan.

"Aku harus membawanya pulang segera!" kata Pete. Lalu melajukan mobilnya dari gedung pesta heboh itu.

Di perjalanan, Kinn sudah mulai tenang. Dia hanya menggeram-geram, tapi tidak setelah Pete memapahnya turun. Pria itu kembali membuat Pete terdesak. Kali ini ke dinding ruang tamu waktu baru masuk. Tengah malam pula! Para penjaga sepi dan sekalinya datang, mereka tak bisa melawan kata-kata sang boss.

"PERGI! Kecuali yang satu ini. Bawa dia ke kamarku sekarang," kata Kinn. Dia menunjuk Pete, dan ini seperti kiamat baginya.

"Eh? Jangan! Tunggu dulu!"

Percuma saja Pete menolak. Dua bodyguard yang berjaga lebih takut dibunuh besok pagi daripada tidak menuruti kemauan sang boss yang di titik birahi. Mereka memapah Kinn ke kamar mewahnya, berikut Pete dipegangi dua orang di belakang.

BRUGH!

Pete melotot ketika tubuhnya ditindih Kinn layaknya pada kekasih. "Tuan Kinn!"

Para bodyguard segera pergi untuk memberikan privasi. Kalau besok pagi ada masalah antara Vegas dan Kinn lagi, itu sudah di luar urusan mereka. Yang mereka tahu, kalau ada perintah untuk melindungi, pasti akan mereka lakukan.

Pete pun memukul-mukul Kinn ketika bibirnya dicium begitu kasar. Dia memang seorang masokis, tapi maaf. Punya kekasih beda dengan saat belum punya. Pete cuma mau bibir Vegas! Buat apa melakukan ini dengan Kinn Anakin Theerapanyakul!

Pete bersumpah dia tak pernah berpikiran melakukan ini dengan Kinn. "Ummmff! Ummff!"

Hentikan, Tuan Kinn!

BRUGH!

Beruntung Kinn hilang kesadaran lagi setelahnya. Aneh, memang. Tapi Pete segera melepaskan diri dari Kinn begitu bisa. Dia menata pose tidur Kinn sebisa mungkin meski agak random.

Ah, sudahlah. Tuan Kinn memang aslinya imut. Tapi tidak boleh ada yang tahu soal ini. Harus kututup pintunya dengan benar.

Pete juga tak mau membuat masalah. Setelah dia mengunci pintu kamar Kinn dari dalam, dia menjaga sang boss dengan tidur di sebuah sofa panjang. Siapa tahu nanti malam Kinn hangover, kan? Orang mabuk memang sebaiknya tidak ditinggal sendiri.

Keesokan paginya, Kinn bangun dalam kondisi bingung. Dia memijit kepala, dan Pete langsung datang untuk memberikan segelas minuman sebelum perut Kinn kenapa-kenapa. "Ini, Tuan. Apa Anda sudah baik-baik saja?" tanyanya. Meski semalam agak menakutkan, tapi Kinn belum pernah mabuk sembarangan seperti ini. Kira-kira kenapa, ya?

"Apa ada hubungannya dengan Tuan Tawan? Biasanya Tuan Kinn akan menggila kalau ingat mantan pacarnya," batin Pete.

"Sudah. Aku tidak apa-apa," kata Kinn. Dia meletakkan gelas, baru kemudian mandi. Pria itu baru bertanya kepada Pete saat memainkan golf virtual. "Aku kenapa, Pete? Semalam kata beberapa penjaga aku menyuruhmu ke kamarku."

"Ahaha, iya. Tapi selain Anda ... umn ... menciumku, tidak terjadi hal lain. Aku bersyukur Anda pingsan tidak lama kemudian."

"Oh ...."

Kinn tampak puas dengan jawaban itu. Dia tahu Pete takkan berbohong, apalagi kalau sudah menyangkut Vegas. "Baguslah," katanya. "Kuharap masalah ini tidak terjadi lagi. Aku minta maaf atas semuanya."

"Tidak apa-apa, Tuan," kata Pete. Dia cengar-cengir seperti biasa. Seolah tidak terjadi apapun.

"Pokoknya aku tidak akan mengaku ke Vegas kalau tak ditanya! Bisa bahaya sekali!" batin Pete berusaha tenang.

Yang tidak Pete sangka adalah Kinn mendadak bilang sesuatu. "Pete, aku butuh mainan baru," katanya sambil melempar bola golf begitu jauh dengan tongkatnya.

"Maksud Anda, Tuan?" tanya Pete ragu-ragu.

"Mainan. Carikan aku lelaki yang tampan. Kau pasti sudah tahu tipe-ku yang dulu."

DEG

"Ya ampun ...." keluh Pete dalam hati. "Kalau spesifikasinya seperti Tuan Tawan tentu saja sulit. Harus tampan dan perhatian."

Pete pun asal bicara apapun yang dia tahu, daripada mendapat masalah lagi. "Tuan Kinn, sebenarnya ada bartender seksi di Kota Maunju. Mungkin dia bisa membuatmu terhibur? Kurasa kau lelah akhir-akhir ini," katanya.

Kinn pun mengusap keringat yang mengalir di keningnya. "Bartender itu bukan gigolo. Cari ide lain yang lebih bagus!" katanya dengan urat-urat muncul di pelipis.

"Tapi, setahuku dia mau datang untuk servis sebentar," kata Pete berusaha meyakinkan. "Teman-temannya yang lain juga."

Kinn pun menoleh kepada Pete. "Dia bisa tidur dengan laki-laki?"

Pete refleks mengeluarkan cengiran lebar. "Kalau itu aku tidak tahu. He he ... He he ...."

Menahan emosi, Kinn pun menghela napas panjang. "Seharusnya aku tidak membicarakan ini denganmu," katanya.

"Aduh, mati aku!" batin Pete ketar-ketir. "Harusnya otakku ini dipakai berpikir lebih serius! Aarghh!"

"Pete."

Mendadak Kinn bersuara lagi.

"Eh, ya, Tuan?!"

Kinn tampak berpikir sejenak, sebelum membuka mulut. "Panggilkan Big segera ke sini. Aku mau keluar ditemani dia untuk melihat si bartender langsung."

Seketika jantung Pete serasa keluar. "Apa?!"

"Kenapa mendadak berubah pikiran?! Aku benar-benar tak mengerti!" batin Pete tak karu-karuan.

Bersambung ....