BAB 63

Jawaban Untuk Reader Kritis:

Mendadak, ada teriakan di belakang Kinn yang dibarengi tarikan kasar.

"Tuan Kinn, hati-hati--"

[KACRAK! KACRAK!]

[DORRR!! ]

BRUGH!

Kinn pun terbanting jatuh, tetapi dia tidak marah samasekali. Sebab, andai bajunya tidak dijambak, mungkin saja dada Kinn sudah bocor di tempat itu.

"Hahh ... hahh ... hahh ...." Napasnya begitu riuh.

Secepatnya, bodyguard di sebelah Kinn pun langsung melanting sang mafia berdiri. "Tuan, apa Anda tidak apa-apa?" tanyanya. Antara cemas dan tidak tega melihat Kinn sempat diperlakukan asal seperti tadi.

"Hm," gumam Kinn sambil meraih tangan tersebut. "Aku tidak apa-apa."

"Syukurlah ...."

Namun, baru saja tegak berdiri, Kinn sudah melotot karena melihat kulit dinding-dinding terbalik di sekitar sana. Menampakkan barisan ratusan pisau. Pelontar. Juga beberapa yang dilesatkan ke arah mereka berdua.

"AWAAAAAAAAASSSSSS!!"

BRAKHHH!

CRAKH! CRAKH! CRAKH!

Kali ini, gantian Kinn yang melempar si bodyguard ke sisi patung. Tubuh lelaki itu sampai terbentur, tetapi masih bagus daripada dicincang pisau-pisau dari dinding-dinding penyembelih.

"Hahhh ... hahh ... hahh ...."

Reaksi si bodyguard pun sama seperti Kinn barusan. Dia tersengal-sengal panik, keringatnya turun ke dagu, lalu menatap prihatin salah satu rekannya yang tetiba ambruk ke tangga bawah.

SRAAAAAKHHH!

BRAKKH!

Entah kapan terkenanya, yang pasti tubuh itu tertancapi tiga pisau lain yang sama persis. Dia merosot turun ke lantai yang lebih rendah hingga menimbulkan suaranya riuh yang menyakitkan.

"Sshhh ...." Kinn langsung memberi komando agar mereka diam sebentar.

"Semuanya, tunggu aba-aba dariku," katanya waspada.

Sambil menelusurkan pandangan ke sekitar, Kinn pun menggiring para bawahannya masuk. Padahal, semua mulus ketika mereka datang.  Namun, kenapa semua jebakan muncul? Pasti ada yang memicunya diantara salah satu dari mereka meski tanpa sengaja.. "Di ruangan ini ada dua CCTV," kata Kinn. "Sekarang laporkan berapa yang di tempat lain."

Menanggapi ucapannya, keenam bodyguard yang tersisa pun menyahut secara giliran.

"Di sini dua, Tuan!"

"Di sini empat!"

"Di sini satu!"

... dan seterusnya.

Kinn pun meneliti tiap lipatan-lipatan dinding yang samar. Lantas berbisik sekali lagi. "Pertama-tama tembak semuanya dari tempat kalian berdiri," katanya. "Pastikan dari balik titik buta. Seseorang pasti mengawasi kita dari kejauhan. Dia menggunakan sensor khusus untuk memburu di dalam sini."

DEG

Mendengarnya, skuadron kecil Kin  pun menahan napas. "Baik!" kata mereka serempak.

DORR! Prakh!

Satu per satu, bodyguard Kinn pun menghabisi CCTV yang terpasang sebelum bersembunyi di balik pilar perlindungan masing-masing. Karena  tiap CCTV satu rusak, pasti ada serangan dari dinding-dinding kejam di sekitar.

[KACRAK! KACRAK!]

[DORRR!!] (*)

(*) Yang kugaris bawahi itu serangan balasan dinding, ya. Biar ketahuan bedanya.

"Lagi! Semuanya!" perintah Kinn mutlak.

DORR! Prakh!

[KACRAK! KACRAK!]

[DORRR!!]

DORR! Prakh!

[KACRAK! KACRAK!]

[DORRR!!]

Seperti prediksi Kinn, serangan balasan beruntun pun datang dari arah-arah yang tidak terduga. Namun, meski harus mengurusnya satu per satu, semua CCTV benar-benar habis setelahnya.

"Sekarang aman ...." kata Kinn. Lantas keluar dari persembunyian pertama kali. Dia cepat melewati ruang bertemakan emas itu, lalu meneruskan keinginan masuk ke dalam.

"Aku yakin dia lelaki yang menjadi dokter Laura," kata Kinn. Dia mengecek tubuh "Jirayu 007" yang telah rusak, lalu menjilat darahnya yang terasa lebih kering di jari.

Kinn yakin, ini salah satu dari klona-klona itu, tetapi dia tak berkomentar apapun. Dibolak-baliknya sisi badan tubuh

klona, kemudian menemukan bom yang non-aktif dalam tulang rusuk artifisialnya.

"Amore ...." gumam Kinn sambil meraba ukiran kecil yang tertanam pada mesin klona menyedihkan itu.  Keningnya mengernyit. Kenapa projek ini disebut "Amore?". Bukankah maknanya adalah cinta."

"Tuan, itu ...." gumam salah satu bodyguard Kinn yang baru menyusul di belakangnya.

"Tak apa, tak masalah," kata Kinn kemudian mundur dari ruangan tadi. "Hanya manusia jejadian klona."

Kinn memang membawa pasukannya keluar. Namun, dia yakin ada yang janggal dengan situasi saat ini  Tak hanya gedung, Kinn yakin pernah melihat judul "Amore" di tempat lain.

Di sampul album DVD berserakan dalam rumah, di banner-banner yang terpajang pada channel televisi tanah air, bahkan kredit film yang digunakan sebagai Ost latar.

Sayang, meski sudah memikirkan semuanya, Kinn juga berusaha memungkiri sendiri.

"Ah, jangan yang aneh-aneh ...." gumam Kinn. Karena menurutnya, mustahil sang pelaku adik bungsunya sendiri.

Pasti hanya kebetulan, iya, kan?

Pasti hanya pikiran negatifnya saja.

"Lupakan, lupakan," batin Kinn merasa risih dengan intuisinya sendiri. "Aku harus fokus pada misi dan membawa Porche kembali."

Beberapa bodyguard Kinn sampai mengernyitkan kening melihatnya berpikir keras. Mereka bertanya apa dia merasa lelah? Kinn pun membalasnya dengan bentakan.

"Bukan! Sudah! Lebih baik kalian laporkan bagaimana situasi Vegas?" tanya Kinn mengalihkan topik pembicaraan. "Atau situasi pasukan belakang. Sampai kapan mereka akan mangkir ke sini."

Mereka pun menurut, daripada merusak mood Kinn jauh. Di seberang sana, Vegas sudah turun ke halaman pabrik Laura, dan siap menyergap laboratorium wanita itu dengan 2 pasukan kecilnya.

Beda lagi dengan kapal pesiar susulan, mereka diterjang angin laut yang agak merepotkan di tengah-tengah sehingga mungkin akan datang terlambat.

"Benar-benar tak ada apapun di sini," kata Kinn. Mereka akhirnya melemaskan penjagaan, kemudian merenungi diri mengapa hanya berdiri bertujuh di tengah aula besar.

Jujur, Kinn kecewa pada usahanya sendiri, tetapi dia juga yakin Porche baik-baik saja. Sebab mayat klona lah yang ditemukan, bukan Porche.

Bisa jadi sang lelaki tercinta sudah memburu hal lain yang samasekali tak Kinn ketahui. Pertanda Porche selangkah lebih maju darinya.

______

Ha ha ha. Aku hebat, kan, Kinn?

Kau harus lebih percaya padaku!

_______

Seolah-olah, Kinn bisa melihat Porche duduk gahar sambil mengejeknya dengan cengiran manis saat ini.

Senyum yang begitu indah. Hal yang bermakna kekuatan, dan Kinn sudah benar tidak mengekangnya selama ini.

"Tuan, selanjutnya kita kemana?"

Kinn pun menghela napas panjang. Dia bahkan membiarkan bodyguard-nya berjalan kesana kemari hanya karena rasa penasaran pada perabotan di sekitar. Mereka menyentuh-nyentuh patung, terkekeh kagum pada lukisan, lalu melihat-lihat keramik hias. "Sementara ini kita gabung dengan yang lain," katanya. "Siapa tahu ada petunjuk lebih di luar."

"Baik!"

Namun, baru saja Kinn hendak berbalik, namanya sudah dipanggil lagi. "TUNGGU, TUAN KINN! LIHAT INI!"  Arahnya dari lantai 3 dan terpisah pegangan tangga.

Bodyguard itu segera membuka lebar pintu untuk Kinn yang menghambur datang. Dia terengah-engah, tampak seperti baru dikejar anjing , padahal hanya baru melihat hal sedikit gila di dinding.

A - M - O  - R - E

Lima kata itu muncul dari balik dinding setelah tuas lampu hias digeser. Menampilkan foto besar wajah Porche di tiap batanya, berikut yang versi terpisah-pisah di dinding lain.

Oh ... sebenarnya, bukan fotografinya yang aneh. Melainkan di sebelah potret besar Porche, ada puluhan (mungkin hampir seratus?) foto cetak lelaki lain yang ditempel secara acak.

Berantakan.

Dicoreti darah-darah yang mengalir dari pisau tajam. Membentuk "X" tak beraturan, juga tanggal pembantaian masing-masing nyawa.

Semua dikuliti di wajah. Semuanya dicekik dan dimutilasi. Dan meski dengan organ terburai pun, Kinn tahu semua lelaki itu merupakan orang-orang yang pernah dia dekati sebelum menikahi Porche.

DEG

"Apa?!"

Bersambung ....

Ada teka-teki lain untuk kalian:

Bab 57: Kim biarin Porche bertarung dengan "Jirayu 007" tanpa disembelih di ruangan jebakannya. Tapi pas Kinn dateng, jebakannya mulai berfungsi. Kira-kira kenapa begitu?

Bab 54: Kim memajang foto Porche yang utuh dan terpisah-pisah. Seolah-olah dia suka Porche, tetapi udah dikonfirmasi di bab ini sebenarnya Kim pengen mutilasi Porche langsung. Tapi, kenapa di bab 59, Kim malah gendong Porche dan batalin rencananya?

Bab 62: Digambarkan Kim bucin sama Tawan sampe tingkat sinting, tapi kenapa Porche dibiarin tetep hidup? Bahkan dirawat pakai piama, dipakain kaus kaki di kamar tidur, dan tetep dikasih akses sistem meskipun terbatas.