Sejak kapan Porche tidak tenang dalam tidurnya? Dia sendiri lupa. Padahal, springbed yang disediakan Kim begitu wangi, empuk, dan mewah sekali. Namun, Porche selalu ingin melakukan sesuatu. Sesekali, dia turun ke lantai. Mencoba mengetuk-ketuk pintu. Sayang tak ada jawaban.

"Maaf, Anda tak bisa keluar," kata pelayan klona di balik pintu. "Tuan sudah memerintah kami untuk untuk menahan Anda hingga pagi nanti."
Porche tetap mengetuk-ketuk dengan ributnya.
TOK! TOK! TOK!
"Ayolaaah~"
Tok! Tok! Tok!
"Please, aku harus tahu apa yang terjadi ....!"
Brakh! Brakh! Brakh!
"HEI! JANGAN ABAIKAN AKU!"
BRAKH!
Puncaknya, Porche pun menendang dengan sekuat tenaga sampai kakinya ngilu sendiri. Dia bahkan terpental, jatuh, lalu mengeluh penuh sakit hati.
"Ahhhhsssss ... shit!" makinya sambil meninju lantai.

Bagaimana Porche tidak panik? Sekian jam Kim tidur siang di kamarnya bersama Tawan, mendadak sang adik ipar keluar dengan terburu-buru. Dia bahkan tampak sangatlah marah, lalu masuk mobil dengan diikuti ratusan klona dari segala arah.
Gila! Isinya sungguh jejadian semua! Memang sekaya apa Kim selama ini?
Tak ada yang benar-benar tahu.
Sejak awal mereka bertemu, Porche sering mendengar fakta Kim hidup terpisah dari keluarga Theerapanyakul sejak dulu. Namun, yang mereka pahami, sang pewaris bungsu itu hanyalah penyanyi serta musisi. Kalau pun Kim menetap di luar negeri, pasti siapapun maklum karena menyangka dirinya konser di sana-sini.
"HEI, TOLONG ...! TOLONG ...! TOLONG JANGAN KURUNG AKU DI SINI, BRENGSEK!"
BRUAAAAKHH!
Porche mungkin sudah gila, tetapi hatinya tak tenang. Dia sampai memeluk pintu, merosot di sana, tetapi selalu mendengar kokangan senjata di sana-sini.
KACRAK! KACRAK!

Oh, ya Tuhan ... kenapa Kim hanya mengekangnya? Kenapa tidak membunuhnya saja? Kenapa membuat ini jadi sulit?
"Kau sinting, Kim," desah Porche dengan suara yang parau. "Apa kau tidak tahu kapan harus berhenti?"
Apapun keluhan Porche, sudah tentu tak berguna. Pasukan mobil hitam Kim terus berhamburan keluar dari garasi bawah tanah. Padahal, Porche sudah mengintipnya dari dinding kaca lebih dari lima menit lalu.
Serius lah, keparat! Memang sebenarnya berapa banyak klona-klona Kim yang digandakan?! Beratus-ratus? Beribu-ribu? Berjuta-juta?
Porche mulai membayangkan Kinn suaminya bukan siapapun dibandingkan sang adik bungsu.
[Siaga. Siaga! Pengakses terbatas dalam perlindungan menunjukkan tanda pemberontakan. Segera berjaga sejauh 1 meter dari lokasi]

Porche pun terjebak dalam putus asanya, terlebih saat geraman-geraman mesin mobil itu kembali. Tidak ada 20 menit! Serius! Dan kala dia menyibak tirai, Kinn benar-benar ditendang keluar salah satu klona dari dalam mobil.
BRUGH!
Sang suami tampak babak belur, pertanda dia sempat memberontak di dalam sana. Diantara ratusan klona bertenaga gila, Kim berjalan angkuh melewati kakaknya sebelum melirik Porche yang hanya bisa mengintip.
Duakh!
"Melihat apa, Kinn?" tanya Kim sembari menginjak wajah kakaknya. "Istrimu yang sedang menangis?"
Seketika, Kinn pun mendesis seperti ular. "Kau ...." Sebab dia benar-benar melihat Porche di atas sana. Di balik tirai putih, lelaki itu memang tampak baik-baik saja. Namun, kedua matanya berair kala balas menatapnya.
"Porche ...."
Injakan Kim mendadak semakin keras. "Dengar, aku masih mengampunimu hari ini. Tinggal menunggu Laura saja," katanya. "Besok, jika semua tamu undangan lengkap, semua ini pasti kuakhiri dengan cepat."
DEG
"Apa?!"

Wajah Kim menjulang megah sebelum membungkuk perlahan. Dia mencengkeram rahang memar Kinn, menatapnya dari mata ke mata. Kemudian meludahinya--
BRAKH!
"KIM! BRENGSEK!" teriak Porche sambil menggedor dinding kaca. Dia menghentikan penghinaan itu sebelum terjadi. Dan membuat Kim mendengus kesal.
"Jalang ...." maki Kim. Sedikit banyak, dia benci melihat napas Porche yang sampai mengembun.
Hanya demi membela lelaki ini? Andai Porche tahu seberapa kasar Kinn di masa lalu--
"KIM!"
BRAKH!
"KIM, KAU INI JANGAN SAMPAI GILA!"
Kim justru hanya tertawa. "Sudah sepantasnya penyiksa datang jika seseorang lari dari kesalahannya," katanya sebelum menatap seluruh klona. "Sekarang lempar dia masuk ke dalam."

BRUGH!
Sejak saat itu, badan Kinn pun menjadi samsak yang empuk. Dia sempat diseret-seret. Dikekang dari kanan dan kiri. Juga lengkap ancaman pistol di belakang kepala.
Meskipun begitu, Kinn tidak melawan samasekali. Dia lega karena Porche masih hidup, dekat dengannya di sini, meski Kinn tak tahu menahu soal hatinya.
Porche pasti bingung sekali. Dia tidak ditemani siapapun di tempat ini. Dan itu membuat Kinn ingin meninju diri sendiri.
"JALAN!"
Kinn juga tidak marah hanya karena ditendang untuk bergerak semakin cepat. Baginya, ini tidak terlalu buruk. Dikurung di suatu tempat, mungkin itu justru menjadi kesempatannya untuk berpikir.
Tentang Tawan. Tentang kesalahannya di masa lalu. Lalu sisi lain Kim yang kini muncul di hadapannya.
"Apa dia sungguh-sungguh adikku?" pikir Kinn setelah dia dikurung di balik jeruji besi.


Kim yang dia kenal adalah adik yang manis, agak galak, tetapi sebenarnya perhatian. Kim akan diam saat meneliti orang, tidak terlalu menunjukkan perasaannya, tetapi mudah mengatakan hal-hal di luar nalar.
"Phi, tidak perlu menjemputku segala. Aku ini bukan bocah tololmu. Lagipula, sebentar lagi tinggiku pasti menyaingimu."
Namun, yang Kinn lihat sekarang adalah sosok yang asing. Kinn tidak mengenal Kim samasekali. Dia seperti baru datang dari kotak pandora yang paling dalam. Sendirian. Tanpa ada seseorang yang cukup hangat untuknya di dalam karena memang sudah menebah sukma.

"Betah-betahkan dirimu di sana, oke?" katanya saat mengunjungi penjara Kinn sebentar. Dia menepuk pipi Kinn seolah mereka tak pernah sekeluarga.
Kinn bahkan hanya bisa menonton saat sang adik mengomando masuk beberapa klona untuk bergabung masuk. Mereka mengangkat box besar dari luar sana, yang tak Kinn sangka isinya adalah raga Ken yang selama ini dia cari.
DEG
"Tunggu, bukankah Ken ada di lab Laura sebelumnya?" pikir Kinn dengan tengkuk mendingin. "Kau ..." desahnya. "Apa yang mau kau lakukan padanya?!"
"Hanya menjemputnya dari kematian," kata Kim. "Dia kuberikan ganjaran yang pantas."

"Apa?!"
"Salah sendiri menjadi manusia separuh-separuh," kata Kim sembari membuka ampul suntik untuk membangunkan Ken dari tidurnya. Dia tampak sangat sangat santai, bahkan setelah Ken yang meringkuk telanjang di dalamnya mulai membuka mata. "Bilang akan membantuku untuk Phi Tawan, tapi tidak tega membunuh kalian. Apa-apa kolega seperti itu? Tapi aku masih mengampuni nyawanya."
"Kim?" tanya Ken yang baru terduduk sadar. Dia yang masih linglung, kemudian mengedarkan pandangan hingga syok melihat kondisi Kinn Anakin. "Khun Kinn!" (***)

Kim sudah siap mencekik leher Ken jika saja dia berteriak lebih ribut lagi. "Sssh ... shh ... shh ...." katanya jengkel. "Bisa diam dulu sebentar? Atau aku sungguhan mengambil hidupmu kali ini."
Ken pun diam dan membuang mukanya dari Kinn. Dia mengerut, meski Kim melempar jas luaran untuk menutupi tubuhnya. Bagaimana pun, dia juga menaruh hati kepada Tawan. Jadi, ketika Kim menawarkan ide gilanya, mana mungkin dia tak ingin bergabung?
Dengan menyanggupi pencurian mayat Tawan, mengganti proses kremasinya dengan mayat lain, kemudian menyembunyikan faktanya selama ini. Padahal, dia log in di keluarga Theerapanyakul setahun sebelum tugas adalah untuk Kinn.
"Ken, jelaskan. Kennnnn!" kata Kinn sedikit jengkel.
Tanpa melihat, Ken pun menjawab pelan. "Aku masuk untuk menjaga Anda," katanya. "Tuan Korn sendiri yang memerintahku. Khususnya dari Nosa Corta Italia."

Memang, pada masa-masa Tawan masih hidup, Kinn sering dikejar oleh penyusup dari Itaila. Entah dari Mossimo dan Laura asli, atau dari Nosa Corta palsu yang memanfaatkan relasi mereka, yang pasti ternyata ... Kinn sudah diincar sedari lama.
Bahkan ketika Kinn masihlah kecil. Tidak mendadak ketika dia dewasa baru ditelusuri data-data keluarganya.
"Jangan bohong, Ken. Kau pikir aku setolol itu?" tanya Kinn. "Kau ini kurang lebih seumuranku! Mana mungkin masuk lebih awal hanya untuk misi seperti itu--"
"Ayahku," sela Ken. "Ayahku sebenarnya yang masuk ketika itu," jelasnya. "Tapi, Tuan Korn sengaja menggantikan datanya dengan namaku agar kerahasiaan hal ini semakin tebal."
Kinn pun terbeku diam. "...."
"Tapi, aku tidak pernah ada niat menjadi pembunuh Anda. Sungguh," kata Ken. "Lagipula, aku tertarik dengan dunia seperti ini karena Ayah sering cerita tentang keluarga Theerapanyakul. Walau maaf, aku juga marah ketika Anda membuat Tawan begitu."
"...."
"Aku tidak bisa menerima kematiannya, Tuan," kata Ken. "Aku hanya ingin membantu Kim menghidupkannya kembali, sekalipun itu mustahil."

"Jadi, masih ingin lanjut bicara?" tanya Kim. "Terserah kalian saja. Aku masih ada urusan di luar."
PLAKH!
"Tunggu, Kim," kata Ken. Dia refleks mencekal lengan Kim, dan Kinn sungguh heran melihat interaksi mereka seperti itu. Selayaknya hanya kepada teman. Bukan majikan dan bawahannya. Panggilan Ken ke Kim saja hanya nama.
Kim menatap Ken malas, tetapi mengatakan apa yang ingin Ken ketahui. "Tawan baik. Tubuhnya masih utuh seperti terakhir kau membuka mata," katanya. "Nanti malam kau boleh melihatnya. Tapi, berpenampilan lah yang layak dulu sebelum datang padaku."
Ken tidak menjawab apapun, tetapi rautnya sumeringah sekali. "Oke ..." seolah-olah dia berkata begitu.
Sisi-sisi yang seperti ini, sungguh Kinn tidak pernah menduga akan melihatnya dengan mata kepala sendiri. Bahwa Tawan ternyata banyak disukai seseorang, ketika dulu dirinya menjadi pihak yang mengabaikan.

"Ini sepertinya memang pantas," batin Kinn sembari meremas jeruji besi. "Namun, sebagai kakakmu. Aku pun bertanggung jawab untuk mengembalikan sosok adik yang kukenal sebelum ini."
SREEEEEEEEKHHH!
Sore itu, sebelum matahari tenggelam. Kim meninggalkan Kinn di dalam kurungan gelap. Demi kembali ke sosok yang menunggunya dalam kotak kaca penuh selang-selang perawatan.
"Hai, Phi ...." sapa Kim sembari mengelus pinggiran kotak. "Tinggal 40 jam hingga bisa kau keluar lagi dari sini."
Bersambung ....
(***) Menjadi model klona belum tentu mati ya gaes. Contoh Laura, Pete, dan sekarang Ken. Mereka semua masih hidup. Cuma data genetik + penampilan fisik-nya aja yang di-copy paste. Untuk Jirayu, nanti ada sendiri kemunculannya. Sekarang kalian tahu kalau Kim sebenarnya enggak pernah bener-bener nyakitin orang. Kecuali sama yang bersangkutan sama misinya. Dan kalau pun klona-nya mati, "mereka" itu sebenarnya cuma barang. Enggak pernah hidup.